Seringkali
kita harus memasang telinga dengan nikmat atas apa yang dibicarakan seseorang.
Terlepas mau tidaknya mendengarkan, adanya telinga diberikan memang untuk
itulah fungsinya.
Pernahkah
ketika bertemu orang yang pertama kali dikenal lalu orang itu kayak sok akrab
akhirnya berbicara panjang lebar padahal kita malas mendengarkannya. Terlebih lagi
jika suasana hati sedang mampet dan kusut, rasanya kayak mau teriak aja ya.
Tapi
disinilah salah satu hubungan setiap manusia bisa saling terbentuk. Apalagi
perempuan. Beberapa pendapat mengungkapkan, bahwa ketika perempuan berbicara
lebih ingin untuk di dengarkan daripada diberikan jawaban dan tanggapan.
Perempuan
butuh tempat untuk melepaskan sesuatu dan berceritalah salah satu caranya.
Memang ada orang yang mampu bercerita dengan menuliskannya di buku diary atau
mengetikkannya di laptop. Ada juga mencari teman yang mau menerima curhatannya.
Dibanyak
tempatpun kita sering menjumpai kejadian-kejadian dimana kita harus bisa
menjadi pendengar yang baik.
Seperti
beberapa waktu lalu ketika saya sedang di Angkot. Ada dua orang ibu-ibu yang
berbicara cepat. Sepertinya bahasa dari salah satu suku yang cukup dikenal.
Setelah panjang lebar bercerita mereka turun. Ada seorang laki-laki tua,
berumur kisaran tiga puluh sampai empat puluhan berkomentar tentang dua ibu
tadi.
Menceritakan
beberapa suku yang menurutnya orang yang berasal dari suku tertentu hanya
tampak keras di luar tapi lembut di luar. Lalu ceritanya merambah sampai
bagaimana mendesain angkot dan sebagainya. Bagi kita bisa saja tidak penting,
tapi setidaknya berikan tanggapan terhadap apa yang dikatakannya. Saya tersenyum
dan bergumam sekaligus mengangguk dalam beberapa perktaannya ketika diperlukan.
Teringat
juga dua tahun lalu, ketika sedang menjadi panitia penerimaan mahasiswa baru,
setelah menampilkan dramatisasi puisi, duduklah di samping gedung untuk
menyegarkan badan dengan angin yang sedang sejuk.
Seorang
bapak yang tidak jauh dari tempat saya duduk mendekati perlahan. Akhirnya
terjadilah perbincangan yang cukup panjang. Tanpa banyak tanya pun beliau
menceritakan tentang ketiga anaknya, sifat-sifat mereka dan banyak hal tentang kepribadian
anak bapak tersebut. Sebenarnya untuk apa sih informasi itu bagi saya? Tapi
disinilah peran kita sebagai makhluk sosial yang saling melengkapi. Ketika ada
yang berbicara ya mendengarkan.
Eh,
kagetnya setelah tahu bapak itu adalah WD 3 Fakultas MIPA saat itu, dan sempat
bertemu dibeberapa acara. Untung beliau tidak kenal, hehe.
Menjadi
guru BK sekarangpun lebih terasa lagi bagaimana harus siap bersabar dan
menikmati telinga untuk mendengarkan banyak cerita dari banyaknya anak murid.
Dari cerita masalah keluarga, cinta, sampai pelajaran. Jika tidak mau ambil
pusing, bisa saja hal ini ditinggalkan, tapi posisi amanah dan kita sebagai
guru yang harus menjadikan sahabat untuk muridnya tidak bisa ditinggalkan.
Tahukah
bahwa setiap orang akan merasa kesepian jika tidak ada yang bersedia
mendengarkan apa yang ingin disampaikannya?
Seorang
guru yang tidak akan menjadi guru jika tidak ada murid yang mendengarkannya,
Seorang
trainer tidak akan menjadi trainer jika tidak ada peserta yang mau mengikuti
arahannya,
Seorang
penjual tidak akan menjadi penjual jika tidak ada pembeli yang mendengarkan
tawarannya,
Seorang
presiden tidak akan menjadi presiden, jika tidak ada rakyat yang mau
mendengarkan kebijakannya,
Dan
semua hal lain yang berawal dari hal yang sederhana yaitu mendengarkan.
Memang
mendengar sesuatu yang tidak disenangi tentu hanya akan menyakitkan dan
menyusahkan. Tapi belajarlah untuk lebih banyak mendengar, dengan begitu kita
akan bisa memilih mana yang baik dan buruk. Mana yang benar dan salah. Mana
yang bid’ah dan syari’at. Mana yang halal dan haram. Mana yang harus dan yang
tidak.
Tentu jika
ingin ketenangan hati hal yang paling baik untuk didengar adalah Al-Quran. Tak
ada gantinya baik itu dengan dendangan lagu yang merdu atau musik yang berisik.
Obatnya hati yang mendengarkan ini.
Yang
terpenting adalah terus berusaha menjadi seorang yang disenangi orang lain,
bukan menjadi yang menyebalkan dan tidak karuan. Gunakan setiap kehadiran kita
adalah kebermanfaatan bagi semua.
Salam
Kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar