Minggu, 02 April 2017

Setidaknya Dengarkan Saja



Seringkali kita harus memasang telinga dengan nikmat atas apa yang dibicarakan seseorang. Terlepas mau tidaknya mendengarkan, adanya telinga diberikan memang untuk itulah fungsinya.


Pernahkah ketika bertemu orang yang pertama kali dikenal lalu orang itu kayak sok akrab akhirnya berbicara panjang lebar padahal kita malas mendengarkannya. Terlebih lagi jika suasana hati sedang mampet dan kusut, rasanya kayak mau teriak aja ya.

Tapi disinilah salah satu hubungan setiap manusia bisa saling terbentuk. Apalagi perempuan. Beberapa pendapat mengungkapkan, bahwa ketika perempuan berbicara lebih ingin untuk di dengarkan daripada diberikan jawaban dan tanggapan.

Perempuan butuh tempat untuk melepaskan sesuatu dan berceritalah salah satu caranya. Memang ada orang yang mampu bercerita dengan menuliskannya di buku diary atau mengetikkannya di laptop. Ada juga mencari teman yang mau menerima curhatannya.

Dibanyak tempatpun kita sering menjumpai kejadian-kejadian dimana kita harus bisa menjadi pendengar yang baik.

Seperti beberapa waktu lalu ketika saya sedang di Angkot. Ada dua orang ibu-ibu yang berbicara cepat. Sepertinya bahasa dari salah satu suku yang cukup dikenal. Setelah panjang lebar bercerita mereka turun. Ada seorang laki-laki tua, berumur kisaran tiga puluh sampai empat puluhan berkomentar tentang dua ibu tadi.

Menceritakan beberapa suku yang menurutnya orang yang berasal dari suku tertentu hanya tampak keras di luar tapi lembut di luar. Lalu ceritanya merambah sampai bagaimana mendesain angkot dan sebagainya. Bagi kita bisa saja tidak penting, tapi setidaknya berikan tanggapan terhadap apa yang dikatakannya. Saya tersenyum dan bergumam sekaligus mengangguk dalam beberapa perktaannya ketika diperlukan.

Teringat juga dua tahun lalu, ketika sedang menjadi panitia penerimaan mahasiswa baru, setelah menampilkan dramatisasi puisi, duduklah di samping gedung untuk menyegarkan badan dengan angin yang sedang sejuk.

Seorang bapak yang tidak jauh dari tempat saya duduk mendekati perlahan. Akhirnya terjadilah perbincangan yang cukup panjang. Tanpa banyak tanya pun beliau menceritakan tentang ketiga anaknya, sifat-sifat mereka dan banyak hal tentang kepribadian anak bapak tersebut. Sebenarnya untuk apa sih informasi itu bagi saya? Tapi disinilah peran kita sebagai makhluk sosial yang saling melengkapi. Ketika ada yang berbicara ya mendengarkan.

Eh, kagetnya setelah tahu bapak itu adalah WD 3 Fakultas MIPA saat itu, dan sempat bertemu dibeberapa acara. Untung beliau tidak kenal, hehe.

Menjadi guru BK sekarangpun lebih terasa lagi bagaimana harus siap bersabar dan menikmati telinga untuk mendengarkan banyak cerita dari banyaknya anak murid. Dari cerita masalah keluarga, cinta, sampai pelajaran. Jika tidak mau ambil pusing, bisa saja hal ini ditinggalkan, tapi posisi amanah dan kita sebagai guru yang harus menjadikan sahabat untuk muridnya tidak bisa ditinggalkan.

Tahukah bahwa setiap orang akan merasa kesepian jika tidak ada yang bersedia mendengarkan apa yang ingin disampaikannya?

Seorang guru yang tidak akan menjadi guru jika tidak ada murid yang mendengarkannya,
Seorang trainer tidak akan menjadi trainer jika tidak ada peserta yang mau mengikuti arahannya,

Seorang penjual tidak akan menjadi penjual jika tidak ada pembeli yang mendengarkan tawarannya,

Seorang presiden tidak akan menjadi presiden, jika tidak ada rakyat yang mau mendengarkan kebijakannya,

Dan semua hal lain yang berawal dari hal yang sederhana yaitu mendengarkan.

Memang mendengar sesuatu yang tidak disenangi tentu hanya akan menyakitkan dan menyusahkan. Tapi belajarlah untuk lebih banyak mendengar, dengan begitu kita akan bisa memilih mana yang baik dan buruk. Mana yang benar dan salah. Mana yang bid’ah dan syari’at. Mana yang halal dan haram. Mana yang harus dan yang tidak.

Tentu jika ingin ketenangan hati hal yang paling baik untuk didengar adalah Al-Quran. Tak ada gantinya baik itu dengan dendangan lagu yang merdu atau musik yang berisik. Obatnya hati yang mendengarkan ini.

Yang terpenting adalah terus berusaha menjadi seorang yang disenangi orang lain, bukan menjadi yang menyebalkan dan tidak karuan. Gunakan setiap kehadiran kita adalah kebermanfaatan bagi semua.

Salam Kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;