Mendengar
sesuatu yang diyakini akan kebaikannya tentu menyenangkan dan melegakan. Apalagi
jika yang mengatakan semakin banyak dari orang-oang yang tidak terduga dan
dikenal sebelumnya.
Baru
saja kemarin itu terjadi. Mungkin ini hal biasa bagi kebanyakan orang lain.
Tapi menjadi luar biasa bagi diri sendiri. Tiga kali dalam sehari di jangka
waktu yang berjarak, mendengar dari tiga orang berbeda bahwa musik itu
menjemukan.
Pertama,
ketika satu kesempatan mewawancarai salah satu orang tua. Awalnya membahas
tentang kehidupan keluarga dan anak-anak dirumah, sampai pada satu titik
harapan mereka akan anaknya yang lebih mengedepankan bacaan al-quran dan
hafalan.
Sebuah
keinginan agar terjaganya anak dengan lingkungan yang baik tanpa terpengaruh
hal luar, baik itu pergaulan yang kurang baik, ataupun media sosial yang
berpengaruh tidak pas.
Meskipun
pembicaraan agak keluar jalur yang akhirnya terucap,
“Bacaan
Quran yang sekarang lebih kepingin ditekankan pak, karena itukan yang lebih
penting. Yah, daripada dengar musik kan, dilarang kan pak ya?” celoteh sang
ibu.
“Yah,
memang itu lebih penting. Tapi sesekali boleh lah pak ya, selama tidak terlena
dan menjadi keasyikan mendengarkannya” balas sang bapak yang duduk
disampingnya.
Sayapun
hanya tersenyum mendengar dua percakapan yang unik itu. Dalam hati juga
bergumam senang karena ada yang ikut berpikir mendengarkan dan memperbaiki
bacaan Al-Quran menjadi lebih baik untuk pilihan dilakukan.
Malamnya
setelah isya, ada agenda kumpul bersama dengan beberapa teman. Setelah
mendengarkan diskusi ilmu, sambil rehat menunggu waktu tidur salah seorang dari
kami mengambil infocus dan menghidupkan laptop. Menampilkan video ceramah dari
seorang anak metal yang hijrah.
Cukup
menarik mendengar konsep untuk memahami ketauhidan dari da’i ini. Lalu
bercerita tentang kisahnya yang mendapat hidayah ketika diajak beberapa
kelompok untu berkumpul dimasjid.
Dia
yang masih anak metal saat itu, bertanyalah satu hal yang menurutnya selama ini
jika bertanya tentang hal itu jawabannya hanya akan membuatnya enggan untuk
melanjutkan berbicara. Lalu bertanyalah sang anak metal ini saat sebelum untuk
diajak berkegiatan iktikaf di masjid,
“Oke,
sebelum saya ikut kegiatan dan mendengarkan apa yang kalian sampaikan, saya mau
bertanya pendapat anda tentang musik metal” kurang lebih seperti ini isi dari
pertanyaan sang anak metal.
Dia
berpikir kalau jawaban hanya akan menjurus pelarangan, haram, dan sebagainya,
akan langsung meninggalkan tempat saat itu juga. Namun jawaban yang di dapatkan
lain. Hal ini menjadi sebuah jawaban hikmah bagi dirinya.
“Musik
boleh metal, Tapi sholat jangan tinggal” begitu jawaban dari salah seorang
mereka.
Sang
dai yang sudah berhijrah ini memberikan penjelasan. Dalam artian disini bukan
berarti membolehkan musik. Tapi ini cara untuk mengenalkan hikmah. Tidak
langsung dengan memvonis. Ibaratnya menceritakan pernikahan kepada anak kecil,
mana paham, yang ada langsung lari. Tutur sang da’i.
Namun
dengan dia mulai mengikuti kegiatan di masjid, merutinkan sholat, dan melakukan
ibadah serta mempelajari berbagai sunnah, pada satu titik diapun mengatakan,
“Kalau
sekarang saya terkadang mual dan pusing, mendengar musik”
Hal ini
di dapatkannya bukan karena diceramahi dengan ekstrim, tapi dikenalkan ibadah
dasar, dan kisah-kisah himah. Kenyamanan dengan al-quran dan meninggalkan musik
metal, adalah jalannya sendiri, setelah mengetahui ilmu yang dia cari.
Setelahnya
benar-benar berhijrah, menggunakan sorban dan jubah sebagai pakaian yang
menempel di badannya.
Saat
ingin mulai berdakwah kepada tema-temannya sesama anak metal, dan juga anak
band banyak sindiran dan cemoohan. Tentu berjuang di jalan Allah banyak cobaan
dan rintangannya. Kembali ketika dirinya yang ditanya teman-teman tentang
musik, tak ada vonis yang diucapkan dai ini. Pilihan dan keyakinan dikembalikan
kepada teman-temannya.
Setelah
selesai ceramah, semua perlahan mengambil posisi untuk istirahat. Saya yang
masih belum mengantuk, mencari angin di luar kebetulan penjaga malam rumah
tempat kami menginap sedang duduk santai juga di sofa teras.
Tidak
lama saya diluar datang teman sang penjaga rumah. Awalnya hanya mendengarkan,
akhirnya ikut nimbrung ketika ditanya murottal. Saat itu saya sedang memegang
laptop, jadi ditanya apakah bisa memindahkan surat-surat yang ada di juz ‘amma
ke dalam memori hp. Saya yang memang membawa flashdisk dan card reader
kemana-mana langsung mengiyakan.
Awalnya
diberi pilihan, dengan mendengar beberapa lantunan dari berbagai qori’. Yang
saya punya, hanya muhammad thoha, misyari rasyid, dan sudais. Setelah
mendengarkan, dia memilih untuk meminta yang muhammad thoa, saya selipkan juga
beberapa yang misyari rasyid.
Nah,
saat itu dia semakin banyak bercerita. Satu perkataan yang membuat saya tertegun,
“Memang
dulu pernah mabuk, tapi dak ada salahnya kan kalau kita mau berubah. Terkadang
pusing jenuh juga dengar musik-musik ni. Sesekali refreshing dengan bacaan
quran kan enak juga, menenangkan hati”
Betapa
mereka yang mencari cahaya ditengah kebenaran yang sejati sangan mudah
mengatakan kebaikan dan mencarinya tampa malu. Sedangkan kita yang sudah tahu,
terkadang terlalu malu untuk mengaku semua itu.
Semoga
kebaikan dan keberkahan selalu ada pada diri kita semua.
Salam
kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar