Minggu, 30 April 2017 0 komentar

Beruntun satu hari mendengar bahwa mendengar musik itu menjemukan



Mendengar sesuatu yang diyakini akan kebaikannya tentu menyenangkan dan melegakan. Apalagi jika yang mengatakan semakin banyak dari orang-oang yang tidak terduga dan dikenal sebelumnya.
 
taken from internet, komik aktivis
Baru saja kemarin itu terjadi. Mungkin ini hal biasa bagi kebanyakan orang lain. Tapi menjadi luar biasa bagi diri sendiri. Tiga kali dalam sehari di jangka waktu yang berjarak, mendengar dari tiga orang berbeda bahwa musik itu menjemukan.

Pertama, ketika satu kesempatan mewawancarai salah satu orang tua. Awalnya membahas tentang kehidupan keluarga dan anak-anak dirumah, sampai pada satu titik harapan mereka akan anaknya yang lebih mengedepankan bacaan al-quran dan hafalan.

Sebuah keinginan agar terjaganya anak dengan lingkungan yang baik tanpa terpengaruh hal luar, baik itu pergaulan yang kurang baik, ataupun media sosial yang berpengaruh tidak pas.

Meskipun pembicaraan agak keluar jalur yang akhirnya terucap,

“Bacaan Quran yang sekarang lebih kepingin ditekankan pak, karena itukan yang lebih penting. Yah, daripada dengar musik kan, dilarang kan pak ya?” celoteh sang ibu.

“Yah, memang itu lebih penting. Tapi sesekali boleh lah pak ya, selama tidak terlena dan menjadi keasyikan mendengarkannya” balas sang bapak yang duduk disampingnya.

Sayapun hanya tersenyum mendengar dua percakapan yang unik itu. Dalam hati juga bergumam senang karena ada yang ikut berpikir mendengarkan dan memperbaiki bacaan Al-Quran menjadi lebih baik untuk pilihan dilakukan.

Malamnya setelah isya, ada agenda kumpul bersama dengan beberapa teman. Setelah mendengarkan diskusi ilmu, sambil rehat menunggu waktu tidur salah seorang dari kami mengambil infocus dan menghidupkan laptop. Menampilkan video ceramah dari seorang anak metal yang hijrah.

Cukup menarik mendengar konsep untuk memahami ketauhidan dari da’i ini. Lalu bercerita tentang kisahnya yang mendapat hidayah ketika diajak beberapa kelompok untu berkumpul dimasjid.

Dia yang masih anak metal saat itu, bertanyalah satu hal yang menurutnya selama ini jika bertanya tentang hal itu jawabannya hanya akan membuatnya enggan untuk melanjutkan berbicara. Lalu bertanyalah sang anak metal ini saat sebelum untuk diajak berkegiatan iktikaf di masjid,

“Oke, sebelum saya ikut kegiatan dan mendengarkan apa yang kalian sampaikan, saya mau bertanya pendapat anda tentang musik metal” kurang lebih seperti ini isi dari pertanyaan sang anak metal.

Dia berpikir kalau jawaban hanya akan menjurus pelarangan, haram, dan sebagainya, akan langsung meninggalkan tempat saat itu juga. Namun jawaban yang di dapatkan lain. Hal ini menjadi sebuah jawaban hikmah bagi dirinya.

“Musik boleh metal, Tapi sholat jangan tinggal” begitu jawaban dari salah seorang mereka.

Sang dai yang sudah berhijrah ini memberikan penjelasan. Dalam artian disini bukan berarti membolehkan musik. Tapi ini cara untuk mengenalkan hikmah. Tidak langsung dengan memvonis. Ibaratnya menceritakan pernikahan kepada anak kecil, mana paham, yang ada langsung lari. Tutur sang da’i.

Namun dengan dia mulai mengikuti kegiatan di masjid, merutinkan sholat, dan melakukan ibadah serta mempelajari berbagai sunnah, pada satu titik diapun mengatakan,

“Kalau sekarang saya terkadang mual dan pusing, mendengar musik”

Hal ini di dapatkannya bukan karena diceramahi dengan ekstrim, tapi dikenalkan ibadah dasar, dan kisah-kisah himah. Kenyamanan dengan al-quran dan meninggalkan musik metal, adalah jalannya sendiri, setelah mengetahui ilmu yang dia cari.

Setelahnya benar-benar berhijrah, menggunakan sorban dan jubah sebagai pakaian yang menempel di badannya.

Saat ingin mulai berdakwah kepada tema-temannya sesama anak metal, dan juga anak band banyak sindiran dan cemoohan. Tentu berjuang di jalan Allah banyak cobaan dan rintangannya. Kembali ketika dirinya yang ditanya teman-teman tentang musik, tak ada vonis yang diucapkan dai ini. Pilihan dan keyakinan dikembalikan kepada teman-temannya.

Setelah selesai ceramah, semua perlahan mengambil posisi untuk istirahat. Saya yang masih belum mengantuk, mencari angin di luar kebetulan penjaga malam rumah tempat kami menginap sedang duduk santai juga di sofa teras.

Tidak lama saya diluar datang teman sang penjaga rumah. Awalnya hanya mendengarkan, akhirnya ikut nimbrung ketika ditanya murottal. Saat itu saya sedang memegang laptop, jadi ditanya apakah bisa memindahkan surat-surat yang ada di juz ‘amma ke dalam memori hp. Saya yang memang membawa flashdisk dan card reader kemana-mana langsung mengiyakan.

Awalnya diberi pilihan, dengan mendengar beberapa lantunan dari berbagai qori’. Yang saya punya, hanya muhammad thoha, misyari rasyid, dan sudais. Setelah mendengarkan, dia memilih untuk meminta yang muhammad thoa, saya selipkan juga beberapa yang misyari rasyid.

Nah, saat itu dia semakin banyak bercerita. Satu perkataan yang membuat saya tertegun,

“Memang dulu pernah mabuk, tapi dak ada salahnya kan kalau kita mau berubah. Terkadang pusing jenuh juga dengar musik-musik ni. Sesekali refreshing dengan bacaan quran kan enak juga, menenangkan hati”

Betapa mereka yang mencari cahaya ditengah kebenaran yang sejati sangan mudah mengatakan kebaikan dan mencarinya tampa malu. Sedangkan kita yang sudah tahu, terkadang terlalu malu untuk mengaku semua itu.

Semoga kebaikan dan keberkahan selalu ada pada diri kita semua.

Salam kebaikan.
Rabu, 26 April 2017 0 komentar

Mencari Alasan Untuk Tidak Sholat



“Baju lagi kotor, nggak enak lah kalau dipakai sholat”

“Maaf celana pendek nih”

“Belum dulu ya, duluan aja”

Sering mendengar ungkapan seperti ini? Yang lebih tidak mengenakkan terkadang jika yang seperti ini, “Eh, mau sholat ya, titip doa jangan lupa”, kenapa ngggak doa sendiri aja kan?
Inilah yang terkadang penting menjadi sorotan kita bersama. Betapa banyak hal remeh temen seperti itu menjadikan alasan kita untuk tidak sholat. Apa musti di beri gempa dahsyat dulu, atau air bah yang melimpah, atau mungkin di serang angin puting beliung, barulah kita mau tobat dan mulai melakukan sholat.


Alasan klasik lainnya, “nantilah kalau udah bener, sekarang aja masih kayak gini masa sholat, malu lah sama Allah” ini lebih parah lagi. Berarti nggak malu meninggalkan sholat ya. Padahal yang dihisab salah satu yang paling penting adalah hal ini.

Baju kotor selama tidak najis ya sah-sah saja jika dibawa sholat. Kalau memakai celana pendek atau bolong, datanglah ke masjid pinjam sarung kepada penjaga dan marbotnya. Terus kalo doa dititip sama mereka yang sholat, memang dijamin dikabulkan? Lha, yang nitip doa aja nggak sholat, apanya yang mau dikabulkan?

Ada juga yang nyeletuk seperti ini, “Sholat nggak sholat sama aja, masih jalan terus kok maksiat. Berarti nggak ada gunanya kan sholat” Astaghfirullah, semoga kita terlindung dengan hal seperti ini. Jangan salahkan sholatnya, tapi salahkan diri sendiri yang menjalankan sholat itu. Jika sholat kita benar dan tuma’ninah gerakannya, tentu akan menjadi penjaga dan berpengaruh kepada karakter kita.

Lha, ini baca suratnya saja terbalik-balik, rukuk dan sujud kayak ayam sedang matuk, dimana khasiatnya?

Ada yang pernah memberi istilah seperti ini, meskipun tidak terlalu tepat. Jika kata ISLAM diambil setiap hurufnya kepanjangan dari setiap waktu ssholat menjadi Isya, Shubuh, Lohor (beberapa tempat menyebut waktu dzuhur dengan sebutan ini), Ashar, dan Mahgrib. Jadi kalau sholat yang dilakukan tidak lengkap, ISLAM yang kita punya juga tidak sempurna.

Pengandaian ini massuk akal juga jika dipikirkan. Beberapa orang menganggap yang penting sholat Maghrib dan Isya aja plus Shubuh. Ashar dan Dzuhur kapan maunya. Emangnya ini barang bisa di korting? Ini mah tuntunan dan kewajiban, harus menjalankannya satu paket biar penuh, tidak bisa dipotong-potong.

Nah, masih mengumpulkan alasan untuk tidak melaksanakan sholat?

Kalau bilangnya, “Kan tidak bagus kalau melakukan ibadah dengan terpaksa”, lha jelas lebih tidak bagus lagi kalau tidak melakukan ibadah dong.

Kan sudah jelas itu hal yang wajib, berarti bagaimanapun harus dilakukan. Bukankah kita dulu disuruh-suruh orang tua agar mau dan bisa sholat? Ketika kecil kita pun sering kejar-kejaran agar tak mau disuruh sholat, sampai akhirnya sekarang kita sudah mau dan terbiasa untuk melakukannya.

Tentu jika melakukannya dengan kesadaran penuh, tak perlu ada yang diragukan lagi. Masih kurang menggiurkankah tawaran Allah akan pahala yang ditawarkan atas ibadah dan amal yang kita lakukan?

Di surat Al-Ma’un saja Allah mengatakan celaka bagi orang yang melalaikan sholat. Itu baru MELALAIKAN, apalagi yang TIDAK MELAKUKAN. Bukan celaka lagi, jelas-jelas dosa.

Jika tulisan ini menyindir dan tidak mengenakkan tidak masalah, ini untuk pengingat diri sendiri, dan siapa saja yang mau sama-sama berubah. Karena kita ingin menjadi baik setiap harinya. Kalau ada yang kurang berkenan dan kurang tepat silahkan diluruskan dengan cara yang baik.

Walaahu a’lam,

Salam Kebaikan.
Selasa, 25 April 2017 0 komentar

Pacaran, Status atau Aktivitas? Mana yang salah?



Kata yang satu ini masih tidak berubah dan tetap menjadi sebuah hal yang lumrah di sekitar kita. Dari orang biasa sampai yang kaya raya, dari yang kecil, sampai dewasa, dari yang jarang sholat sampai yang rajin sholat. Hal ini masih dianggap biasa.


Di sisi lain, banyak juga aktivis yang melakukan gerakan untuk menolak hal ini. Dari yang mengadakan seminar, membuat aksi turun jalan, meramaikan sosial media dan dunia maya dengan penolakan berbagai macam cara.

Namun masih menjadi pertanyaan tersendiri, apakah pacaran ini sebenarnya?
Jika diartikan sebagai status yang terjadi antara dua orang yang sepakat “katanya” menjalin hubungan yang lebih dekat akhirnya menjadi sah menurut pendapat mereka sendiri, sungguh ini hanyalah sebuah ego yang tidak berdasar.

Kalau di bahasa bengkulu nih katanya sih “metean”. Entah didapat darimana hal yang tidak berdasar ini. Siapa yang memulai dan akhirnya menjadikannya luas juga tidak tahu.

Lalu apa yang terjadi jika sudah sepakat dianatara dua manusia yang biasanya lawan jenis ini untuk menjalin hubungan tidak berdasar tadi dengan nama “pacaran”?

Mereka merasa memiliki hak-hak yang sebenarnya bukan hak mereka. Dari yang laki-laki bebas antar jemput, memberi perhatian, dan mau ngapain aja dengan si perempuan. Tentu akan berbeda perhatian, candaan, atau pun apresiasi memberi hadiah seorang teman yang memang bisa melakukannya dengan siapa saja, daripada mereka yang terikat dengan hubungan itu.

Ada juga yang perempuannya seperti mengekang laki-laki. Ngobrol dengan yang lain seddikit, dicurigai. Sms-an dengan yang lain langsung di wanti-wanti. Kalau memang kamu istrinya ya tidak masalah, lah disini, kamu siapanya dia? Mikir yuk?

Men”sah”kan hal yang sebenarnya tidak sah. Ketika disuruh benar-benar menjadikan hubungannya sah, malah beralasan banyak. Tidak siaplah, belum waktunya, jangan terburu-buru. Lantas apa yang sudah kamu lakukan dengan hubungan itu mana baiknya? Memangnya itu benar? Entahlah, sayapun tidak tahu.

Namun di beberapa kejadian, ada juga yang menjalin kedekatan, dari sms, telponan, saling beri perhatian, dan lainnya, meskipun tidak mengutarakan kesepakatan menjalin hubungan pacaran. Hal semacam ini terjadi di kalangan yang katanya menolak pacaran, mau siap saat menghalalkan, faktanya apa yang dilakukan tidak jauh beda dengan mereka yang pacaran. Namun sayangnya, mereka tidak sadar dengan aktivitas yang dilakukan.

Membungkus taarufan dengan saling janji dan memberi harapan. Padahal tidak tahu kalau tiba-tiba maut memisahkan bukan?

Nah, lalu pada dua kasus ini mana sih yang salah? Sayapun tidak bisa menjawab dengan pasti. Namun sadarilah bahwa keduanya tetap sesuatu yang tidak berdasar.

Jika memang suka memberi hadiah, jangan dikhususkan dengan seseorang saja. memberilah kepada banyak teman dan kawan. Beri perhatian kepada setiap orang yang membutuhkan. Jika memang sifat yang dimiliki seperti itu, ya tidak masalah. Kalau ada yang baper, ya minta maaf sajalah, haha.

Yang jelas, dua hal itu adalah ego yang memang tidak pernah hilang untuk diperuntukkan. Jika kita menyela mereka yang melakukan, percuma saja, hanya akan capek karena mereka selalu punya alasan. Nasehati seperlunya, jika membantah tinggalkan dan banyak di doakan saja. semoga cepat sadar dan tobat.

Salam Kebaikan.
Senin, 24 April 2017 0 komentar

Butuh Sesuatu Yang Baru



Senin yang libur, sungguh nikmat jika dipakai tidur. Mungkin seperti itu adanya. Nah menjalani libur yang mungkin bagi sebagian orang nikmat, ada juga yang tidak. Yang terpenting bagaimana menjalaninya, dan kita berpikir tentang hari ini.

Atau ada diantara kamu yang sedang merasa kosong, tidak tahu mau ngapain, rasanya lempeng aja gitu. Merasa waktu yang dihabiskan setiap detiknya hanya berasa capek meski tidak melakukan apapun, atau juga merasa tidak ada hasil yang jelas setiap melakukan sesuatu.

Eits, jangan dibiarkan hal yang semacam ini. Jika keterusan kamu akan jadi manusia hidup yang mati. Tidak ada semangat, merasa lelah, lesu, apapun yang dilakukan tidak ada jiwa yang tersalurkan di dalamnya. Hanya sekedar menjalankan rutinitas, itupun merasa tidak pas.

Coba cek beberapa hal ini, jika sedang merasakan hal seperti itu,

1. Pikirkan beberapa waktu ini sudah melakukan kesalahan apa saja.
Dalam posisi ini kita bisa dibilang muhasabah atau merenung. Mungkin setiap gerak kita tidak di berkahi karena masih ada hutang yang menggantung untuk dibayar. Ada perasaan orang terssakiti yang belum kita obati. Ada juga pekerjaan yang belum terselesaikan dan terbengkalai.


Jika ada diantaranya sedang dirasakan atau dialami, segerakan untuk diselesaikan. Kita memang tidak bisa menyelesaikannya sekaligus, namun dengan perlahan itu lebih baik. Mencicil sesuatu yang akan diselesaikan.

Jangan menunggu waktu yang tepat, karena tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk menyelesaikan suatu urussan, melainkan dimulai dari sekarang.

2. Bagaimana hubungan dengan orang tua?

Mungkin ini menggalaukan untuk anak kost.an, setiap orang pun caranya berbeda-beda untuk menjalin kedekatan dengan orang tua. Ada yang harus sms dan telpon tiap hari. Ada yang dengan bertemu sebulan sekali. Ada juga yang mendoakan dan mengirimkan hadiah setahun sekali.


Tidak masalah yang manapun caranya yang terpenting bagaimana sikap dengan orang tua tidak menimbulkan kekecewaan yang besar atas apa yang dilakukan.

3. Lakukan terus hal yang baru.

Nah yang ini kembali ke diri sendiri. Sungguh banyak hal yang bisa dilakukan untuk yang satu ini. Melakukan sesuatu yang baru berarti menaikkan tingkat ilmu, pengetahuan, kemampuan, dalam banyak bidang. Memang banyak yang mengatakan seseorang akan hebat jika fokus di dalam satu bidang, tapi bukan berarti tidak bolah mempelajari hal lain bukan?


Menjadikan hal baru untuk terus dilakukan salah satu cara mendorong diri sendiri untuk mengeluarkan kemampuan maksimal. Pikirkan saja sudah berapa sering kita melakukan sesuatu dengan maksimal dan sepenuh hati. Cukup jarang ya?

Membaca buku baru, membuat ide baru, mengikuti pelatihan baru, itu semua dapat meningkatkan kemampuan diri kita. Dan lagi sebagai manusia fitrah kita untuk terus mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Dan memang nafsu manusia pada dasarnya tidak pernah puas.

Jika dengan ilmu kita tidak pernah puas, tentu bagus, dengan begitu kita akan terus mencari ilmu dan kebenaran yang sebenar-benarnya kebenaran. Jangan pernah melepaskan pandangan akan sesuatu yang benar dan baru diketahui. Terkadang kebenaran itu suah lama adanya, hanya saja kita yang baru mengetahuinya.

Semoga yang sedikit ini bisa menjadi semangat buat kita semua ya. Nyambung nggak dengan judulnya nih, hehe terserahlah yang penting nulis deh.

Salam kebaikan.
 
;