Bulan,
aku bertanya padamu apa kau tahu apa yang sedang terjadi di bumi?
Aku tak
tahu kenapa semuanya menjadi seperti ini.
Masih
ku tatap putri tidur yang terngiang setiap malam di dalam mimpiku, aku pun
hanya seorang pangeran rapuh yang tak tahu kapan akan meninggalkan dunia ini.
Bulan,
apakah matahari masih menyinari mu, ataukah kau hanya mendapatkan sinar dari
setiap cahaya komet yang lewat menyenggolmu?
Ah,
sang putri tidur sudah membuka kelopak matanya untuk bangun. Namun dirinya
masih tergolek lelah karena energi yang juga belum pulih setelah tidur panjang
yang dilakukannya.
Bulan,
bagaimana kabar dirinya di semesta lain, apakah pesan dari satelit apollo yang
kuluncurkan tersampaikan? Aku yakin, pesan itu akan melewati galaksi bima sakti
dan melintasi semesta ke dua untuk mencapainya.
Sang
putri tidur sudah bisa berjalan perlahan. Gaun birunya yang menjuntai sampai
menyapu lantai menyita perhatian kedua mata yang sudah terkantuk. tidak banyak
yang kulihat dari senyuman manisnya yang hanya menyentil sedikit dari perasaan
yang sedang tenggelam.
Panah
hati pun berputar tak menentu mencari tujuan yang juga tak pasti. Apakah
perjalanan ini akan menjadi tak berujung lagi?
Bulan,
aku masih berbicara padamu meski ku tahu kau tak akan menjawab sedikitpun,
sekalipun. Aku tahu semua ini hanyalah ungkapan semu yang tak ada maknanya,
tapi pikiran ini terus menghantui untuk berbicara padamu.
Aku
masih menjaga sang putri tidur yang kini sudah terbangun. Minum segelas jus
dingin untuk membuatnya tetap terjaga tanpa harus tidur lagi untuk waktu yang
lama.
Entahlah,
apa yang harus kuberikan lagi untuk bisa membuatnya tetap terjaga. Aku hanya ingin
bersama sang putri, sedikt lebih lama saja.
Tuan
putri, sebenarnya aku ingin mengajak berbicara dirimu. Berbincang sejenak untuk
beberapa hal. Entah itu tentang rakyat di kerajaan kita, ataupun masa depan
yang ingin di lakukan. Tapi kenapa kau hanya diam dan terus memberikan senyuman
yang aku tak bisa menebak sedikitpun maknanya. Apa yang kau ingin sampaikan
tuan putri?
Wahai sang
putri tidur, masihkah kau memalingkan mukamu untuk bisa berbicara padaku? Aku hanya
ingin sedikit penjelasan saja atas beberapa hal. Masih ingatkah ketika dahulu
kau begitu lepas untuk bisa menjahiliku dengan beberapa trik sederhanamu. Meskipun
aku mengetahuinya, ku biarkan untuk kau jahili karena akupun menikmati.
Apa salahku?
Tak bisakah kau ucapkan barang sedikit kata saja untuk menunjukkan semua itu?
Ah...
Bulan,
kembali aku menatap dirimu untuk berbicara kepadaku. Menceritakan berbagai
kejadian di alam semesta sana. Apakah Planet Jupiter masih tetap menjadi yang
terbesar dalam lingkaran orbit yang kita punya? Ataukah cincin saturnus sudah
diserahkan kepada neptunus?
Adakah cerita
menakjubkan yang bisa membuat diri ini terbang untuk menjelajah sesuatu yang
belum terjamah?
Maafkan
aku yang sudah meninggalkan kupu-kupu lama yang bersinar. Sekarang aku hanya
menatapnya terbag dengan penuh keanggunan bersama makhluk lain yang lebih
indah. Mungkin memang bukan tempatnya bersamaku. Aku hanya mendoakan kemuliaan
dan kebaikan pada dirinya, inilah aku yang hanya bisa merusak dan mematahkan
sebuah tali ikatan yang indah menjadi pecah.
Bulan,
sampaikan salamku pada sang matahari. Jika sampai tibanya nanti dia akan
mendekati akhir dari kehidupanku di bumi, aku hanya bisa mencoba mempertahankan
diri dengan terus mensyukuri apa yang sedang terjadi.
(Dari
sang Pangeran Sunyi, yang sedang menjaga Sang Putri)
2 komentar:
Dongengnya bagus, lho!
Alhamdulillah, sha, he,
lagi mencari kelanjutan sang pangeran yang masih berbicara dengan sang bulan
Posting Komentar