Jumat, 24 Maret 2017

Pesan si Pangeran Sunyi



Bulan, aku bertanya padamu apa kau tahu apa yang sedang terjadi di bumi?

Aku tak tahu kenapa semuanya menjadi seperti ini.


Masih ku tatap putri tidur yang terngiang setiap malam di dalam mimpiku, aku pun hanya seorang pangeran rapuh yang tak tahu kapan akan meninggalkan dunia ini.

Bulan, apakah matahari masih menyinari mu, ataukah kau hanya mendapatkan sinar dari setiap cahaya komet yang lewat menyenggolmu?

Ah, sang putri tidur sudah membuka kelopak matanya untuk bangun. Namun dirinya masih tergolek lelah karena energi yang juga belum pulih setelah tidur panjang yang dilakukannya.

Bulan, bagaimana kabar dirinya di semesta lain, apakah pesan dari satelit apollo yang kuluncurkan tersampaikan? Aku yakin, pesan itu akan melewati galaksi bima sakti dan melintasi semesta ke dua untuk mencapainya.

Sang putri tidur sudah bisa berjalan perlahan. Gaun birunya yang menjuntai sampai menyapu lantai menyita perhatian kedua mata yang sudah terkantuk. tidak banyak yang kulihat dari senyuman manisnya yang hanya menyentil sedikit dari perasaan yang sedang tenggelam.

Panah hati pun berputar tak menentu mencari tujuan yang juga tak pasti. Apakah perjalanan ini akan menjadi tak berujung lagi?

Bulan, aku masih berbicara padamu meski ku tahu kau tak akan menjawab sedikitpun, sekalipun. Aku tahu semua ini hanyalah ungkapan semu yang tak ada maknanya, tapi pikiran ini terus menghantui untuk berbicara padamu.

Aku masih menjaga sang putri tidur yang kini sudah terbangun. Minum segelas jus dingin untuk membuatnya tetap terjaga tanpa harus tidur lagi untuk waktu yang lama.

Entahlah, apa yang harus kuberikan lagi untuk bisa membuatnya tetap terjaga. Aku hanya ingin bersama sang putri, sedikt lebih lama saja.

Tuan putri, sebenarnya aku ingin mengajak berbicara dirimu. Berbincang sejenak untuk beberapa hal. Entah itu tentang rakyat di kerajaan kita, ataupun masa depan yang ingin di lakukan. Tapi kenapa kau hanya diam dan terus memberikan senyuman yang aku tak bisa menebak sedikitpun maknanya. Apa yang kau ingin sampaikan tuan putri?

Wahai sang putri tidur, masihkah kau memalingkan mukamu untuk bisa berbicara padaku? Aku hanya ingin sedikit penjelasan saja atas beberapa hal. Masih ingatkah ketika dahulu kau begitu lepas untuk bisa menjahiliku dengan beberapa trik sederhanamu. Meskipun aku mengetahuinya, ku biarkan untuk kau jahili karena akupun menikmati.

Apa salahku? Tak bisakah kau ucapkan barang sedikit kata saja untuk menunjukkan semua itu?

Ah...

Bulan, kembali aku menatap dirimu untuk berbicara kepadaku. Menceritakan berbagai kejadian di alam semesta sana. Apakah Planet Jupiter masih tetap menjadi yang terbesar dalam lingkaran orbit yang kita punya? Ataukah cincin saturnus sudah diserahkan kepada neptunus?

Adakah cerita menakjubkan yang bisa membuat diri ini terbang untuk menjelajah sesuatu yang belum terjamah?

Maafkan aku yang sudah meninggalkan kupu-kupu lama yang bersinar. Sekarang aku hanya menatapnya terbag dengan penuh keanggunan bersama makhluk lain yang lebih indah. Mungkin memang bukan tempatnya bersamaku. Aku hanya mendoakan kemuliaan dan kebaikan pada dirinya, inilah aku yang hanya bisa merusak dan mematahkan sebuah tali ikatan yang indah menjadi pecah.

Bulan, sampaikan salamku pada sang matahari. Jika sampai tibanya nanti dia akan mendekati akhir dari kehidupanku di bumi, aku hanya bisa mencoba mempertahankan diri dengan terus mensyukuri apa yang sedang terjadi.

(Dari sang Pangeran Sunyi, yang sedang menjaga Sang Putri)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Dongengnya bagus, lho!

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

Alhamdulillah, sha, he,
lagi mencari kelanjutan sang pangeran yang masih berbicara dengan sang bulan

Posting Komentar

 
;