Seberapa
sering mengeluhkan waktu? Merasa semua yang dilakukan perlu waktu yang lebih,
karena mendapati yang kurang. Apakah sejatinya memang waktunya yang kurang, atau
kitanya yang kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik?
Seorang
pelajar yang mencoba menyelesaikan ujiannya dengan waktu yang terbatas, merasa
kejar-kejaran dengan waktu. Terkadang sampai membuat diri mengeluh. Ketika pengawas
mengatakan “sepuluh menit lagi” sang pelajar bergumam, “duh cepat sekali sih
waktunya, masih banyak yang belum, bisa ditambah nggak sih?”
Seorang
pekerja kantoran, yang bekerja sampai sore dan mendapatkan gaji perbulannya,
merasa belum cukup dengan hal itu. Akhirnya membuat kontrak tambahan dengan
bekerja lembur. Dengan tambahan waktu tentu akan ada penambahan penghasilan. Namun
waktu yang sudah ditambahkan pun, tetap saja membuatnya belum menyelesaikan
pekerjaan dengan baik. Perlu lembur lebih lagikah?
Seorang
koki yang mengikuti perlombaan masak, harus menyediakan masakan dengan waktu
terbatas. Ketika mendekati waktu habis, dia beralasan mengatakan peralatan yang
disediakan panitia yang tidak bagus lah, waktu yang terlalu cepat, dan lainnya.
Lagi-lagi waktu mendapatkan tempat untuk disalahkan.
Seorang
pelaku maksiat, yang matinya tak juga sempat untuk bertobat, memohon dengan
sangat kepada sang malaikat, “Tolong kembalikan aku ke dunia, semua waktuku
akan kugunakan dengan beribadah tanpa henti”
Tentunya
hal ini hanyalah usaha sia-sia yang tak akan merubah komitmen sang malaikat
untuk menghukum perbuatannya. Apakah yang salah si pelaku maksiat, atau memang
waktu untuknya belum masuk pada masa bertobat?
Entahlah,
berapa banyak dari kita yang sering mengeluhkan waktu, mengharapkan waktu, dan
berandai-andai dengan waktu. Seolah-olah waktu yang ada untuk kita selalu
terasa kurang.
Pernah dikatakan,
jikalau manusia menghabiskan waktu tidurnya delapan jam per hari, dan anggaplah
hidup manusia rata-ratanya adalah enam puluh tahun. Berarti waktu hidupnya
digunakan untuk tidur sebanyak dua puluh tahun.
Salah
waktu yang digunakan untuk tidur, atau salah kitanya yang membuat waktu tidur?
Pahamilah
bahwa apa-apa yang terjadi di dunia tidak akan berubah jika bukan kita yang
merubahnya. Memang takdir tentu di tangan Allah, namun jika kita tidak ingin
berubah, maka apapun yang terjadi tidak
ada yang bisa disalahkan, selain diri sendiri.
Masihkah
menyalahkan waktu yang kurang untuk kau nikmati?
Rasulullah
dalam dua puluh tiga tahun bisa menyebarkan ajarannya sampai dirasakan oleh
kita sekarang. Umur hidupnya yaitu enam puluh tiga tahun.
Musa
yang masih kecil, dalam umurnya yang dibawah sepuluh tahun sudah mampu
menghafal Al-quran dan menjadi juara di berbagai acara. Kita membaca al-quran
saja berat dan merasa tidak penting.
Bill
Gates dalam masa hidupnya sekarang, hanya menikmati hasil dari produk yang
sudah dibuatnya. Bagaimana dengan kita yang masih sibuk dalam permainan game
dan hanya mennggunakan internet untuk bermain di dunia maya saja?
J.K
Rowling terus mencoba memasukkan naskah Harry Potternya sebanyak 17 kali sampai
akhirnya diterima dan menjadi cetakan terbaik dengan penghasilan yang juga
kaya. Sekarang pada masa hidupnya dia bisa menikmati hasil dari jerih payahnya.
Lha kita? Boro-boro ngirim ke penerbit, nulis aja nggak mau.
Tak ada
alasan lagi waktu yang kurang dalam melakukan berbagai hal yang diinginkan. Semua
diberikan waktu 24 jam yang sama, maka seharusnya pencapaian yang dihasilkan
juga bisa sama bagusnya sesuai kemampuan masing-masing.
Jika masih
menyalahkan waktu, maka kita sudah menyalahkan ALLAH yang menciptakan waktu. Bukankah
Allah sudah banyak bersumpah atas nama waktu? Demi Matahari, Demi Fajar, Demi
Waktu Dhuha, dan beberapa sumpahnya akan waktu yang lainnya.
Maka
tidak ada lagi sebuah penyesalan akan menjadikan waktu kambing hitam atas semua
yang dilakukan. Kita yang memiliki waktu, aturlah sesuai kehidupan yang
dijalani, dan jadikan semuanya bermanfaat.
Salam
Kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar