Minggu, 19 Maret 2017

Apakah Waktu yang memang kurang ?



Seberapa sering mengeluhkan waktu? Merasa semua yang dilakukan perlu waktu yang lebih, karena mendapati yang kurang. Apakah sejatinya memang waktunya yang kurang, atau kitanya yang kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik?


Seorang pelajar yang mencoba menyelesaikan ujiannya dengan waktu yang terbatas, merasa kejar-kejaran dengan waktu. Terkadang sampai membuat diri mengeluh. Ketika pengawas mengatakan “sepuluh menit lagi” sang pelajar bergumam, “duh cepat sekali sih waktunya, masih banyak yang belum, bisa ditambah nggak sih?”

Seorang pekerja kantoran, yang bekerja sampai sore dan mendapatkan gaji perbulannya, merasa belum cukup dengan hal itu. Akhirnya membuat kontrak tambahan dengan bekerja lembur. Dengan tambahan waktu tentu akan ada penambahan penghasilan. Namun waktu yang sudah ditambahkan pun, tetap saja membuatnya belum menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Perlu lembur lebih lagikah?

Seorang koki yang mengikuti perlombaan masak, harus menyediakan masakan dengan waktu terbatas. Ketika mendekati waktu habis, dia beralasan mengatakan peralatan yang disediakan panitia yang tidak bagus lah, waktu yang terlalu cepat, dan lainnya. Lagi-lagi waktu mendapatkan tempat untuk disalahkan.

Seorang pelaku maksiat, yang matinya tak juga sempat untuk bertobat, memohon dengan sangat kepada sang malaikat, “Tolong kembalikan aku ke dunia, semua waktuku akan kugunakan dengan beribadah tanpa henti”

Tentunya hal ini hanyalah usaha sia-sia yang tak akan merubah komitmen sang malaikat untuk menghukum perbuatannya. Apakah yang salah si pelaku maksiat, atau memang waktu untuknya belum masuk pada masa bertobat?

Entahlah, berapa banyak dari kita yang sering mengeluhkan waktu, mengharapkan waktu, dan berandai-andai dengan waktu. Seolah-olah waktu yang ada untuk kita selalu terasa kurang.

Pernah dikatakan, jikalau manusia menghabiskan waktu tidurnya delapan jam per hari, dan anggaplah hidup manusia rata-ratanya adalah enam puluh tahun. Berarti waktu hidupnya digunakan untuk tidur sebanyak dua puluh tahun.

Salah waktu yang digunakan untuk tidur, atau salah kitanya yang membuat waktu tidur?

Pahamilah bahwa apa-apa yang terjadi di dunia tidak akan berubah jika bukan kita yang merubahnya. Memang takdir tentu di tangan Allah, namun jika kita tidak ingin berubah, maka apapun yang terjadi  tidak ada yang bisa disalahkan, selain diri sendiri.

Masihkah menyalahkan waktu yang kurang untuk kau nikmati?

Rasulullah dalam dua puluh tiga tahun bisa menyebarkan ajarannya sampai dirasakan oleh kita sekarang. Umur hidupnya yaitu enam puluh tiga tahun.

Musa yang masih kecil, dalam umurnya yang dibawah sepuluh tahun sudah mampu menghafal Al-quran dan menjadi juara di berbagai acara. Kita membaca al-quran saja berat dan merasa tidak penting.

Bill Gates dalam masa hidupnya sekarang, hanya menikmati hasil dari produk yang sudah dibuatnya. Bagaimana dengan kita yang masih sibuk dalam permainan game dan hanya mennggunakan internet untuk bermain di dunia maya saja?

J.K Rowling terus mencoba memasukkan naskah Harry Potternya sebanyak 17 kali sampai akhirnya diterima dan menjadi cetakan terbaik dengan penghasilan yang juga kaya. Sekarang pada masa hidupnya dia bisa menikmati hasil dari jerih payahnya. Lha kita? Boro-boro ngirim ke penerbit, nulis aja nggak mau.

Tak ada alasan lagi waktu yang kurang dalam melakukan berbagai hal yang diinginkan. Semua diberikan waktu 24 jam yang sama, maka seharusnya pencapaian yang dihasilkan juga bisa sama bagusnya sesuai kemampuan masing-masing.

Jika masih menyalahkan waktu, maka kita sudah menyalahkan ALLAH yang menciptakan waktu. Bukankah Allah sudah banyak bersumpah atas nama waktu? Demi Matahari, Demi Fajar, Demi Waktu Dhuha, dan beberapa sumpahnya akan waktu yang lainnya.

Maka tidak ada lagi sebuah penyesalan akan menjadikan waktu kambing hitam atas semua yang dilakukan. Kita yang memiliki waktu, aturlah sesuai kehidupan yang dijalani, dan jadikan semuanya bermanfaat.

Salam Kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;