Minggu, 12 Maret 2017

Curhatnya Anak Pubertas



Menjadi tempat pengaduan anak yang sedang memasuki masa pubertas memang lucu-lucu sedih. Lucunya ketika apa yang mereka sampaikan menurut kita itu hal biasa tapi bagi mereka luar biasa, sedihnya ketika apa yang mereka ceritakan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan.


Anak zaman sekarang tentu beda dengan zaman dulu, dan ingat pada dasarnya tidak ada anak yang suka dibanding-bandingkan. Setiap anak memiliki cara sendiri untuk menganggap apakah itu masalah besar ataupun bukan serta solusi yang diharapkan.

Pertama laki-laki. Nah jika mendengar apa yang diungkapkan oleh laki-laki tentu tidak akan jauh dari hal yang bersifat kuat dan langsung.

Anak dari masa pra puber sekitar 12 tahun sampai nanti masa puncaknya, akan mudah terpacu adrenalinnya untuk melakukan sesuatu yang menantang. Misalnya saja perkelahian, percintaan, mencoba-coba hal yang baru dan banyak lagi. Bahkan beberapa melawan dengan orang tua dan guru sendiri.

Anak laki-laki akan selalu merasa ingin kompetitif dengan hal yang berbau kelaki-lakian. Bisa itu seberapa kuat mereka, mungkin dengan adu panco dan yang lain bisa menjadi ajang menunjukkkan kekuatan bagi mereka.

Ada juga yang sudah bisa berpikir cerdik dan licik. Hal ini bisa dari pengaruh lingkungan, tontonan, bacaan, atau didikan yang di dapat. Pintar mengelabui guru dan orang tua untuk sesuatu yang diinginka. Tapi kalau ketahuan cemas dan takutnya bukan main. Namanya juga coba-coba kan.

Akan selalu menemukan hal yang unik dan terus berkembang dari mereka. Laki-laki puber akan mudah terombang-ambing karena mereka masih perlu untuk mengetahui kecocokan akan sesuatu. Meskipun tetap saja ada beberapa yang unik. Dari pendiam, penyendiri, mudah perasa, dan lebih dewasa. Semua itu wajar adanya. Untuk mereka anak laki-laki rata-rata lebih cepat untuk bisa menyelesaikan masalah dan melupakannya dibanding anak perempuan.

Nah, berikutnya membahas anak perempuan. Jika dipikirkan masalah-masalah yang keluar dari anak perempuan pada masa pubertasnya tidak terlalu jauh beda dari generas ke generasi. Yang pertama dan paling umum tentu masalah cinta atau perasaan. Pada bagian ini, hampir semua anak perempuan merasakannya.

Ada yang suka dengan teman sekelas, kakak tingkatnya, bahkan tersepona (lebih hebat dari terpesona) dengan gurunya, wuih. Nah hal ini sebenarnya tidak bisa di elakkan karena memang fitrahnya sudah mengerti tentang perasaan. Entah dari yang sekedar kagum, sampai yang terkenang dan terbawa mimpi.

Awalnya mungkin mereka memang tidak ada rasa apa-apa, tapi berjalan dengan interaksi dan sering melakukan kontak, inilah awal rasa itu muncul. Nah, kakak, orang tua, guru, bersama harus bisa mengarahkan dan memberikan pemahman dengan cara yang sesuai dengan karakter anak perempuan ini.

Hal lain yang biasa terjadi adalah kelompok-kelompok pada anak perempuan. Entah dari dulu selalu saja ada yang seperti ini. Jika ada lima belas anak perempuan di dalam kelas, bisa jadi terbagi dari dua sampai empat kelompok. Ada juga seorang anak yang netral, tapi setiap gabung selain bingung dan seperti tak ada teman yang pasti saja. Bahkan ada yang kemana-mana hanya dengan teman yang satu itulah, tentu ini akan berpengaruh dengan kondisi psikologis sang anak

Tidak sedikit anak perempuan pubertas yang bingung dengan kondisi ini. Yah, ujung-ujung saling ngomong di belakang kan? Apalagi dengan mudahnya media sosial tersebar, semua bisa menjadi pemicu kebencian jika tidak dikontrol.

Jika orang tua bisa memberikan pemahaman tentunya akan sangat bagus. Guru juga sebagai orang tua kedua harus bisa merangkul dan membuat jarak antar murid yang seperti ini tidak berlanjut.

Begitulah banyaknya apa yang dirasakan oleh anak-anak yang sedang memasuki masa pubertas. Menemukan cara yang paling efektif sangat penting untuk mengatasi apa yang mereka rasakan. Salah satu paling sederhana adalah dengan menampung dan mendengarkan keluhan mereka. Sering mendengar saran bahwa perempuan itu butuh didengarkan. Ketika mereka sudah mengungkapkan semuanya akan ada rasa kelegaan dari diri mereka sendiri.

Laki-laki dan perempuan memang beda, namun untuk anak-anak pubertas, pada dasarnya mereka hanya ingin untuk diperhatikan dan diakui keberadaannya. Entah itu sesuatu yang dilakukan atau diucapkan. Yang mereka inginkan adalah semua orang melihat kepada mereka. Bahkan untuk anak pendiam sekalipun, mereka tidak ingin jika diabaikan.

Semoga kita bisa sama-sama memberikan teladan terbaik untuk mereka yang sedang menjalani masa menuju kedewasaannya.

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;