Menjadi
tempat pengaduan anak yang sedang memasuki masa pubertas memang lucu-lucu
sedih. Lucunya ketika apa yang mereka sampaikan menurut kita itu hal biasa tapi
bagi mereka luar biasa, sedihnya ketika apa yang mereka ceritakan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan.
Anak
zaman sekarang tentu beda dengan zaman dulu, dan ingat pada dasarnya tidak ada
anak yang suka dibanding-bandingkan. Setiap anak memiliki cara sendiri untuk
menganggap apakah itu masalah besar ataupun bukan serta solusi yang diharapkan.
Pertama
laki-laki. Nah jika mendengar apa yang diungkapkan oleh laki-laki tentu tidak
akan jauh dari hal yang bersifat kuat dan langsung.
Anak
dari masa pra puber sekitar 12 tahun sampai nanti masa puncaknya, akan mudah
terpacu adrenalinnya untuk melakukan sesuatu yang menantang. Misalnya saja
perkelahian, percintaan, mencoba-coba hal yang baru dan banyak lagi. Bahkan
beberapa melawan dengan orang tua dan guru sendiri.
Anak
laki-laki akan selalu merasa ingin kompetitif dengan hal yang berbau
kelaki-lakian. Bisa itu seberapa kuat mereka, mungkin dengan adu panco dan yang
lain bisa menjadi ajang menunjukkkan kekuatan bagi mereka.
Ada
juga yang sudah bisa berpikir cerdik dan licik. Hal ini bisa dari pengaruh lingkungan,
tontonan, bacaan, atau didikan yang di dapat. Pintar mengelabui guru dan orang
tua untuk sesuatu yang diinginka. Tapi kalau ketahuan cemas dan takutnya bukan
main. Namanya juga coba-coba kan.
Akan
selalu menemukan hal yang unik dan terus berkembang dari mereka. Laki-laki
puber akan mudah terombang-ambing karena mereka masih perlu untuk mengetahui
kecocokan akan sesuatu. Meskipun tetap saja ada beberapa yang unik. Dari
pendiam, penyendiri, mudah perasa, dan lebih dewasa. Semua itu wajar adanya. Untuk
mereka anak laki-laki rata-rata lebih cepat untuk bisa menyelesaikan masalah
dan melupakannya dibanding anak perempuan.
Nah,
berikutnya membahas anak perempuan. Jika dipikirkan masalah-masalah yang keluar
dari anak perempuan pada masa pubertasnya tidak terlalu jauh beda dari generas
ke generasi. Yang pertama dan paling umum tentu masalah cinta atau perasaan.
Pada bagian ini, hampir semua anak perempuan merasakannya.
Ada
yang suka dengan teman sekelas, kakak tingkatnya, bahkan tersepona (lebih hebat
dari terpesona) dengan gurunya, wuih. Nah hal ini sebenarnya tidak bisa di
elakkan karena memang fitrahnya sudah mengerti tentang perasaan. Entah dari
yang sekedar kagum, sampai yang terkenang dan terbawa mimpi.
Awalnya
mungkin mereka memang tidak ada rasa apa-apa, tapi berjalan dengan interaksi
dan sering melakukan kontak, inilah awal rasa itu muncul. Nah, kakak, orang
tua, guru, bersama harus bisa mengarahkan dan memberikan pemahman dengan cara
yang sesuai dengan karakter anak perempuan ini.
Hal
lain yang biasa terjadi adalah kelompok-kelompok pada anak perempuan. Entah
dari dulu selalu saja ada yang seperti ini. Jika ada lima belas anak perempuan
di dalam kelas, bisa jadi terbagi dari dua sampai empat kelompok. Ada juga
seorang anak yang netral, tapi setiap gabung selain bingung dan seperti tak ada
teman yang pasti saja. Bahkan ada yang kemana-mana hanya dengan teman yang satu
itulah, tentu ini akan berpengaruh dengan kondisi psikologis sang anak
Tidak
sedikit anak perempuan pubertas yang bingung dengan kondisi ini. Yah,
ujung-ujung saling ngomong di belakang kan? Apalagi dengan mudahnya media
sosial tersebar, semua bisa menjadi pemicu kebencian jika tidak dikontrol.
Jika
orang tua bisa memberikan pemahaman tentunya akan sangat bagus. Guru juga
sebagai orang tua kedua harus bisa merangkul dan membuat jarak antar murid yang
seperti ini tidak berlanjut.
Begitulah
banyaknya apa yang dirasakan oleh anak-anak yang sedang memasuki masa pubertas.
Menemukan cara yang paling efektif sangat penting untuk mengatasi apa yang
mereka rasakan. Salah satu paling sederhana adalah dengan menampung dan
mendengarkan keluhan mereka. Sering mendengar saran bahwa perempuan itu butuh
didengarkan. Ketika mereka sudah mengungkapkan semuanya akan ada rasa kelegaan
dari diri mereka sendiri.
Laki-laki
dan perempuan memang beda, namun untuk anak-anak pubertas, pada dasarnya mereka
hanya ingin untuk diperhatikan dan diakui keberadaannya. Entah itu sesuatu yang
dilakukan atau diucapkan. Yang mereka inginkan adalah semua orang melihat
kepada mereka. Bahkan untuk anak pendiam sekalipun, mereka tidak ingin jika
diabaikan.
Semoga
kita bisa sama-sama memberikan teladan terbaik untuk mereka yang sedang
menjalani masa menuju kedewasaannya.
Salam
kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar