Banyak
membaca banyak menulis, banyak mendengar banyak ilmu yang bisa dibicarakan.
Inspirasi kali ini dari sebuah ceramah yang membahas sesuatu yang paling sering
digunakan pada zaman ini. Yap, media sosial.
Dulu
media sosial masih sangat sedikit belum terlalu menjamur itupun tujuannya juga
sangat sederhana. Yang paling ingat ketika masih ada friendster (Betul nggak
tulisannya ya). Saya tidak punya, hanya pernah melihat teman yang menggunakan
itu.
Memang
tidak bisa ingin membandingkan zaman dahulu dengan sekarang jika berbicara
kecanggihan dan kemajuan teknologi. Hanya saja memang sebuah ikatan dan eratnya
silaturahim lebih terasa dulu ketika bisa langsung mendatangi seseorang yang
ingin dituju. Bukan berarti sekarang tidak.
Dizaman
media sosial semua menggunakan aplikasi yang sangat banyak meskipun untuk satu
tujuan. Bahkan ada yang mengatakan media sekarang ibarat punya banyak remote
untuk satu televisi. Bbm, Line, Whatsapp, FB, Email, Twitter, dan macam
lainnya. Saya hanya memiliki sedikit diantaranya, paling sering hanya FB dan
Email.
Karena
mudahnya melakukan interaksi pada media ini, tidak jarang meregangkan banyak
hal juga yang ada di dunia maya ini. Mereka yang berpikir tidak perlu banyak
gerak dan cukup melakukan sesuatu dari apa yang tampak saja membuat banyak
orang memanipulasi apa yang tampak dari orang lain, tidak terkecuali ucapan.
Di
media ini juga kita bisa menilai dan melihat seberapa baik orang di dalam
ucapan dan perkataannya. Banyak yang menganggap karena ini adalah sebuah bentuk
ekspresi, jadi tidak membatasi dari apa yang disampaikannya.
Lucu
juga bagi mereka yang terkadang rentan galau dan begitu mudahnya mengungkapkan
sesuatu yang sebenarnya aib sendiri. Ketika ada orang yang mengetahui
kondisinya yang sebenarnya tidak ingin diketahui banyak orang dia malah marah
dan mengatakan orang lain stalker atau penguntit, tidak sadar bahwa yang
menyebarkannya adalah diri sendiri.
Nah,
bukankah media ini hanya menjadi ajang penambah dosa? Dari ada yang curhat
bunuh diri, sampai ingin kawin lari. Menghujat sana-sini tanpa ada memberi
solusi. Bukankah kita dianjurkan untuk berkata baik atau diam.
Cobalah
untuk berdzikir dan memuji nama Allah akan setiap tulisan atau komentar. Atau
bahkan tulislah yang baik-baik saja. bersajak, mengungkapkan kesedihan bisa kok
dengan tetap berdzikir kepada Allah.
Niatkan
dengan mantap dan kuat, biarlah Dia yang menilai seberapa tulus niat kita untuk
melakukannya. Cobalah ketika mendapatkan kabar atau melihat sesuatu yang
menakjubkan tulis di komentar seperti ini,
“Allahu
akabar, MasyaAllah ya, hebat banget Allah memberikan kemampuan kepada teman
kita hingga bisa tembus lomba ke nasional”
Atau
bisa juga mengomentari kekejaman atau kekejian dengan mendoakan sang pelaku,
“Astaghfirullah,
kejam banget mereka melakukan itu, semoga Allah memberikan hidayah”
Jika sedang
melihat orang lain berdebat yang hanya mengedepankan ego dan panjang komentar
sampai berpuluh dan beratus jadilah penengah atau salah satu mengalah,
“Subhanallah,
kita telah diberikan oleh Allah pengetahuan untuk bisa berdikusi, Alhamdulillah.
Tapi yuk kita bertobat kepada Allah atas apa yang telah kita lakukan, semoga
keburukan diampuni, dan kebaikan dirahmati, amiin”
Nah,
kalau semua beginikan Adem rasanya ya. Yah, kalaupun cowok iseng lihat ada
photo profil cewek yang bagus, cobalah puji dengan asma Allah. tapi ini
sebaiknya jangan terlalu lah ya. Yang cewek nggak perlu umbar photo kecantikan,
yang cowok juga matanya dijaga biar nggak jelalatan, hehe.
Tentu
indah jika semua beranda kita diisi dengan dzikir kepada Allah, jadi ladang
pahala yang bagus toh, dan bisa menjadi amal jariyah bagi setiap yang membaca,
atau bahkan mengikutinya. Semoga perbuatan baik berada pada diri kita semua
amiin.
Salam
Kebaikan.
0 komentar:
Posting Komentar