Minggu, 12 Maret 2017

Berdzikirlah di media Sosial



Banyak membaca banyak menulis, banyak mendengar banyak ilmu yang bisa dibicarakan. Inspirasi kali ini dari sebuah ceramah yang membahas sesuatu yang paling sering digunakan pada zaman ini. Yap, media sosial.


Dulu media sosial masih sangat sedikit belum terlalu menjamur itupun tujuannya juga sangat sederhana. Yang paling ingat ketika masih ada friendster (Betul nggak tulisannya ya). Saya tidak punya, hanya pernah melihat teman yang menggunakan itu.

Memang tidak bisa ingin membandingkan zaman dahulu dengan sekarang jika berbicara kecanggihan dan kemajuan teknologi. Hanya saja memang sebuah ikatan dan eratnya silaturahim lebih terasa dulu ketika bisa langsung mendatangi seseorang yang ingin dituju. Bukan berarti sekarang tidak.

Dizaman media sosial semua menggunakan aplikasi yang sangat banyak meskipun untuk satu tujuan. Bahkan ada yang mengatakan media sekarang ibarat punya banyak remote untuk satu televisi. Bbm, Line, Whatsapp, FB, Email, Twitter, dan macam lainnya. Saya hanya memiliki sedikit diantaranya, paling sering hanya FB dan Email.

Karena mudahnya melakukan interaksi pada media ini, tidak jarang meregangkan banyak hal juga yang ada di dunia maya ini. Mereka yang berpikir tidak perlu banyak gerak dan cukup melakukan sesuatu dari apa yang tampak saja membuat banyak orang memanipulasi apa yang tampak dari orang lain, tidak terkecuali ucapan.

Di media ini juga kita bisa menilai dan melihat seberapa baik orang di dalam ucapan dan perkataannya. Banyak yang menganggap karena ini adalah sebuah bentuk ekspresi, jadi tidak membatasi dari apa yang disampaikannya.

Lucu juga bagi mereka yang terkadang rentan galau dan begitu mudahnya mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya aib sendiri. Ketika ada orang yang mengetahui kondisinya yang sebenarnya tidak ingin diketahui banyak orang dia malah marah dan mengatakan orang lain stalker atau penguntit, tidak sadar bahwa yang menyebarkannya adalah diri sendiri.

Nah, bukankah media ini hanya menjadi ajang penambah dosa? Dari ada yang curhat bunuh diri, sampai ingin kawin lari. Menghujat sana-sini tanpa ada memberi solusi. Bukankah kita dianjurkan untuk berkata baik atau diam.

Cobalah untuk berdzikir dan memuji nama Allah akan setiap tulisan atau komentar. Atau bahkan tulislah yang baik-baik saja. bersajak, mengungkapkan kesedihan bisa kok dengan tetap berdzikir kepada Allah.

Niatkan dengan mantap dan kuat, biarlah Dia yang menilai seberapa tulus niat kita untuk melakukannya. Cobalah ketika mendapatkan kabar atau melihat sesuatu yang menakjubkan tulis di komentar seperti ini,

“Allahu akabar, MasyaAllah ya, hebat banget Allah memberikan kemampuan kepada teman kita hingga bisa tembus lomba ke nasional”

Atau bisa juga mengomentari kekejaman atau kekejian dengan mendoakan sang pelaku,

“Astaghfirullah, kejam banget mereka melakukan itu, semoga Allah memberikan hidayah”

Jika sedang melihat orang lain berdebat yang hanya mengedepankan ego dan panjang komentar sampai berpuluh dan beratus jadilah penengah atau salah satu mengalah,

“Subhanallah, kita telah diberikan oleh Allah pengetahuan untuk bisa berdikusi, Alhamdulillah. Tapi yuk kita bertobat kepada Allah atas apa yang telah kita lakukan, semoga keburukan diampuni, dan kebaikan dirahmati, amiin”

Nah, kalau semua beginikan Adem rasanya ya. Yah, kalaupun cowok iseng lihat ada photo profil cewek yang bagus, cobalah puji dengan asma Allah. tapi ini sebaiknya jangan terlalu lah ya. Yang cewek nggak perlu umbar photo kecantikan, yang cowok juga matanya dijaga biar nggak jelalatan, hehe.

Tentu indah jika semua beranda kita diisi dengan dzikir kepada Allah, jadi ladang pahala yang bagus toh, dan bisa menjadi amal jariyah bagi setiap yang membaca, atau bahkan mengikutinya. Semoga perbuatan baik berada pada diri kita semua amiin.

Salam Kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;