Selasa, 02 Juni 2020

Sekolah 1000 aturan?


Sekolah 1000 aturan, begitu beberapa alumni menjulukinya.

Assalamualaikum sobat pembaca sekalian, tentu sekolah yang dimaksud adalah sekolah tempat saya mengajar sekarang. Kenapa begitu? Yap, karena memang banyak aturan disini, yang mana tentu aturan tersebut bertujuan untuk bersama-smaa meniti perubahan lebih baik.
Namun, seberapa dalam sih anak smp bisa memahami peraturan dimana itu adalah proses belajar dan menambah pengalaman. Sebagaimana judul yang tertera diatas, beberapa alumni yang masih tetap berkomunikasi bahkan kadang bertemu, memiliki pendapat dan rasa tersendiri atas yang sudah mereka alami.

Sebuah sekolah yang merintis dari kelas-kelas yang bertempat di sebuah klinik lama, hingga sekarang mulai belajar berjalan, berlari dengan kekuatan sendiri, tentu ada proses yang dileawti. Salah satunya adalah bagaimana atmosfir aturan-aturan yang ada berjalan.

Tidak hanya untuk para murid, dibalik itu semua para guru, staff, bahkan sampai para petinggi memiliki aturan yang harus dipatuhi dan juga untuk kontrol diri.

Contoh kecil, seperti anak murid yang memiliki kewajiban ibadah yang dilaporkan ketika bulan ramadhan kemaren, tentu guru juga tak kalah banyak laporannya. Malah setiap pengajar memiliki standar yang juga dipress oleh sekolah yang jangan sampai kualitas bidang masing-masing akan hilang.

Tentu aturan-aturan lain terkait para karyawan tidak bisa dijabarkan satu-satu, itu adalah sebuah pengontrolan masing-masing dengan tetap menjaga nama baik sekolah tentunya, hehe.

Kembali dengan judul kita tadi. Tentu kalau berbicara hal tersebut terkesan sekolah ini seperti ketat dan tidak membebaskan ekspresi siswanya ya. Eits kata siapa? Alhamdulillah, untuk prestasi dari bidang seni sampai olahraga sudah pernah ditorehkan, tidak melulu dalam bidang keagamaan yang tentu menjadi tonjolan dan keunggulan kita disini.

Namun memang, sekolah mengawasi sampai hal terkecil sekalipun.

Untuk beberapa angkatan terdahulu mungkin memiliki suasana tersendiri bagaimana pengetatan aturan yang dilakukan sekolah terhadap mereka. Merasa seperti ingin pindah sekolah setiap hari, merasa seperti dipojokkan terus oleh guru, namun itu sebelum mereka semua tahu tujuan dan apa yang kami para guru ingin sampaikan melalui pengalaman.

Alhasil, apa yang mereka rasakan setelah lulus dan menjajaki jenjang yang lebih tinggi. Di tahun pertama mereka menikmati masa SMA, terutama yang memasuki sekolah yang berbasis umum, beberapa dari mereka shock. Yang paling pertama adalah bagaimana ucapan yang keluar dari mulut teman-teman baru mereka dan begitu berbaurnya antara laki-laki dan perempuan.

Yups, tentu saja. Begitu kita kontrolnya anak-anak agar mengontrol apa-apa yang keluar dari mulut mereka. Jangankan mencarut (bahasa orang sini ngomong kotor lah ya), berkata bodoh untuk temannya saja, itu diingatkan. Dan bisa dibayangakanlah apa-apa saja kata-kata yang biasa dipakai anak smp jika tidak terkontrol. Apalagi dengan game online yang kata-katanya lebih tidak beradab dalam komunikasi antar teman (biasanya sering seperti itu)

Belum lagi campur baur. Tentu yang berasal dari sekolah berbasis islam, pada umumnya jelas kelas dipisah. Jikapun belum, ada sekat yang menghalangi agar interaksi tatap muka antar lawan jenis tidak terlalu bebas. Meski tidak dipungkiri satu sama lain masih akan terjadi komunikasi.

Dengan masuk ke jenjang dan suasana baru yang  lebih bebas dan campur, beberapa dari mereka ada yang kaget awalnya, namun tetap menjaga sebisa mungkin, ada juga yang bertahan dan bisa mengontrol, ada juga yang proses kembali agar bisa tahu batasan. Tentu semua itu kembali kepada kontrol diri masing-masing mereka.

Ternyata dengan tidak ada atauran sampai hal kecil yang mengontrol ucapan, tindakan dan lainnya, mereka awalnya pada kebingungan meski akhirnya beradapatasi juga dalam beberapa minggu.

Diluar itu mungkin mereka memang menjuluki, sekolah 1000 aturan, namun ternyata itulah yang mereka rindukan. Bagaimana diingatkan manset dan kaoskaki bagi yang perempuan. Bagaimana botaknya rambut ketika mencontek, rindu maskaan bunda, yang tak akan ada lagi ketika SMA. Dan banyak lagi aturan yang mereka pikir ketika saat SMP seperti mengekang, ternyata disanalah semua awal dari pembentukan diri.

Bahkan ditahun pertama berpindah jadi anak SMA, masih ada yang bilang nggak enak SMA, mau balik SMP aja. Padahal di SMP bilangnya mau pindahlah, cepet tamatlah, hehe.

For the last, untuk semua yang pernah menjadi bagian dari SMP IT Khairunnas, yakinlah disini yang diinginkan adalah menjadi sama-sama baik. Memang akan selalu ada pahitnya, dan disanalah saatnya bertahan. Pilihan kalian ingin menetap atau pergi. Namun jika sudah pergi jangan sampai menyesal keputusan yang telah dijalani.

Salam kebaikan, Salam Tepar, Oyasuminasai J

0 komentar:

Posting Komentar

 
;