Bismillah, beberapa waktu break nulis, dengan kembalinya aktivitas sekolah. Dua hari sedang mentok dengan laporan rapat sekolah, Cuma dipikirin, dikerjain baru dikit. Yasudah, mari kembali menulis, untuk mencairkan otak.
Bisa
jadi dalam satu tulisan ini, atau akan dibagi tiga bagian. Akan kilas balik
senin-selasa-Rabu bagaimana perjalanan Bagi raport delivery ke rumah-rumah. Tentu
saya hanya akan membahas satu kelas dalam perjalanan ini, karena kelas lain
yang bagikan beda lagi ya, hehe.
Senin,
22 Juni 2020. Sebuah hari istimewa bagi saya dan seluruh rekan guru di SMPIT
Khairunnas Kota Bengkulu. Pandemi COVID-19 yang belum usai, memaksa semuanya
berfikir kreatif dalam melaksanakan aktivitasnya, apalagi yang terbiasa
melakukan dengan bekerja secara langsung. Inilah salah satu usaha baru yang
kami lakukan, dan kali ini yaitu pada proses pembagian raport kenaikan kelas.
Setelah
berbagai pertimbangan, diskusi dan rapat sana sini. Akhirnya sekolah dengan
kesepakatan bersama, semua tim guru akan melaksanakan pembagian rapot dengan delivery,
door to door ke semua rumah wali murid yang ada. Meski ada satu dua orangtua
karena berbagai kondisi mengambilnya disekolah, namun 80-90 persen semuanya
bisa terlaksana.
08.00
– 08.30 kurang lebih 30 menit, dengan persiapan sana sini memulai pembukaan
pembagian raport dengan menggunakan aplikasi zoom. Memicu dengan adaptasi
teknologi, Alhamdulillah sebagian besar wali murid bisa mengikutinya. Meski dengan
berbagai kelucuan, dari yang ribut, sampai ngobrol sesame walimurid.
Pembukaan
dimulai dengan tasmik oleh ustadz Hengki, lalu pengarahan dari kepala sekolah
dan wakil kurikulum, pembacaan bintang-bintang umum setiap angkatan, dan
ditutup doa dengan ustadz Nur wahyudi.
Saya
dan ustadz febri, sebagai pendamping dan wali kelas 8B, memulai perjalanan kami
untuk mengirimkan hasil belajar ananda di tahun ajaran kali ini. Dengan total
24 murid kami membaginya menjadi 3 hari. 12 murid di hari pertama, 6 murid dia
hari kedua, dengan satu mengambil raportnya ke sekolah. Dan 6 murid di hari
ketiga, karena akan menyampaikannya langsung ke daerah sukaraja, seluma, dan
sekitarnya.
08.40
sedikit meleset dari jadwal pertama, kami berangkat. Menuju rumah terdekat dari
sekolah, yaitu ananda Ahmad Irfan Habibi. Alhamdulillah, karenda tidak terlalu
jauh, jadi masih sesuai dengan estimasi waktu yang direncanakan. Ananda yang semakin tinggi dan putih, namun
tampak aura kejenuhan di mukanya. Semoga segera kembali ke sekolah ya nak.
Terus
terang kami sebenarnya ingin berlama bisa bercerita di setiap rumah yang
dikunjungi. Namun tentu dengan banyak tempat, dikejar waktu, dan harus mencari
alamat terlebih dahulu, maka dari itu mau tidak mau maksimal kami hanya bisa
setengah jam di setiap rumah. Meski tidak lama, rindu ini terbayarkan
inshaAllah, hehe.
Lanjut
sekitar jam 09.05 kami berangkat ke rumah Ananda Farhan. Agak menyeberang
sedikit ke daerah hibrida, mencari patokan sebuah minmarket waralaba, dan
rumahnya berada di belakangnya. Mendengar sedikit banyak susahnya pembelajaran melalui
online, salah satunya bahasa arab, yang bingung mau ertanya dengan siapa dan
bagaimana.
Lalu,
kami lanjut perjalanan ke rumah Ananda Fadli di timur indah 1. Hamper saja
terlewat ketika mencari alamatnya. Bermodalkan alamat yang sudah didata dan
google map akhirnya menemukan rumahnya. Pas dating ternyata ada ustadz Yudi dan
ustadz Anas, baru selesai menemui Fadlan, yang mana adalah saudara kembar dari
ananda Fadli. Akhirnya bergantian kami yang masuk. Bercerita sharing kondisi,
dan salah satu trik lucu ayahnya biar nggak banyak keluar rumah, pada dicukur
gundul, hehe.
Alhamdulillah,
setelah tuntas apa yang perlu disampaikan kamipun lanjut perjalanan. Mencari rumah
ananda Eghi, sempat ragu kemana, akhirnya menggunakan pepatah lama, malu
bertanya sesat di jalan, maka biar tidak tersesat kamipun bertanya,hehe. Akhirnya
tidak jauh dari perkiraan, kami sampai ri rumah ananda Eghi.
Ibunya
kebetulan sedang kepasar, alhasil banyak yang kami sharingkan kepada ayahnya,
meskis edang kurang sehat. Banyak koreksinya tentunya, namun Alhamdulillah,
dengan datang langsung bisa tahu bagaiaman kondisi ananda dan yang dilakukan
selama liburan., yang akan menjadi catatan untuk perbaikan kedepannya.
Lanjut
di perjalanan berikutnya kami menuju rumah ananda Rayfat, yang berputar kembali
ke daerah Padat karya. Sempat mondar mandir di gang mencari rumahnya, yang
akhirnya ketemu, setelah kembali bertanya. Alhamdulillah, mendapat kabar yang
baik juga. Namun ya kembali lagi, beberapa bulan hanya dirumah saja, tentu
menjadi tekanan sendiri bagi setiap ananda.
Mengejar
waktu, kami berlanjut lagi akan berangkat ke rumah ananda Fathan Athallah. Eh,
baru keluar pintu, ada ibunda Eghi yang menunggu kami. masyaAllah, merasa tidak
enak karena tidak bisa menemui kami ketika dirumah kami, menyusul lah dari
jalan timur indah ke padat karya hanya untuk bisa bertemu kami. Terimkasih bu.
Perjalanan
terakhir sebelum dzuhur kami berlanjut lagi ke rumah Ananda Fathan di jalan manga.
Yang salah menggunakan ingatan kami ke panorama, yang ternyata adalah jalan
manggis. Alhasil kami putar balik, dan sampai kerumah ananda. Makin putih dan
tinggi tentunya, namun ketika kami akan kembali pergi, rayut wajah akan
kangennya sekolah begitu tampak di wajah ananda.
Kami
akhiri dulu perjalanan awal, kembali ke sekolah dan bersiap sholat dzuhur.
Ingin
di lanjutkan, tapi sambung next tulisan ya, hehe.
0 komentar:
Posting Komentar