Sabtu, 27 Juni 2020

Raport Delivery, Hari pertama, (Part 1)

Bismillah, beberapa waktu break nulis, dengan kembalinya aktivitas sekolah. Dua hari sedang mentok dengan laporan rapat sekolah, Cuma dipikirin, dikerjain baru dikit. Yasudah, mari kembali menulis, untuk mencairkan otak.

Bisa jadi dalam satu tulisan ini, atau akan dibagi tiga bagian. Akan kilas balik senin-selasa-Rabu bagaimana perjalanan Bagi raport delivery ke rumah-rumah. Tentu saya hanya akan membahas satu kelas dalam perjalanan ini, karena kelas lain yang bagikan beda lagi ya, hehe.

Senin, 22 Juni 2020. Sebuah hari istimewa bagi saya dan seluruh rekan guru di SMPIT Khairunnas Kota Bengkulu. Pandemi COVID-19 yang belum usai, memaksa semuanya berfikir kreatif dalam melaksanakan aktivitasnya, apalagi yang terbiasa melakukan dengan bekerja secara langsung. Inilah salah satu usaha baru yang kami lakukan, dan kali ini yaitu pada proses pembagian raport kenaikan kelas.

Setelah berbagai pertimbangan, diskusi dan rapat sana sini. Akhirnya sekolah dengan kesepakatan bersama, semua tim guru akan  melaksanakan pembagian rapot dengan delivery, door to door ke semua rumah wali murid yang ada. Meski ada satu dua orangtua karena berbagai kondisi mengambilnya disekolah, namun 80-90 persen semuanya bisa terlaksana.


08.00 – 08.30 kurang lebih 30 menit, dengan persiapan sana sini memulai pembukaan pembagian raport dengan menggunakan aplikasi zoom. Memicu dengan adaptasi teknologi, Alhamdulillah sebagian besar wali murid bisa mengikutinya. Meski dengan berbagai kelucuan, dari yang ribut, sampai ngobrol sesame walimurid.

Pembukaan dimulai dengan tasmik oleh ustadz Hengki, lalu pengarahan dari kepala sekolah dan wakil kurikulum, pembacaan bintang-bintang umum setiap angkatan, dan ditutup doa dengan ustadz Nur wahyudi.


Saya dan ustadz febri, sebagai pendamping dan wali kelas 8B, memulai perjalanan kami untuk mengirimkan hasil belajar ananda di tahun ajaran kali ini. Dengan total 24 murid kami membaginya menjadi 3 hari. 12 murid di hari pertama, 6 murid dia hari kedua, dengan satu mengambil raportnya ke sekolah. Dan 6 murid di hari ketiga, karena akan menyampaikannya langsung ke daerah sukaraja, seluma, dan sekitarnya.

08.40 sedikit meleset dari jadwal pertama, kami berangkat. Menuju rumah terdekat dari sekolah, yaitu ananda Ahmad Irfan Habibi. Alhamdulillah, karenda tidak terlalu jauh, jadi masih sesuai dengan estimasi waktu yang direncanakan.  Ananda yang semakin tinggi dan putih, namun tampak aura kejenuhan di mukanya. Semoga segera kembali ke sekolah ya nak.

Terus terang kami sebenarnya ingin berlama bisa bercerita di setiap rumah yang dikunjungi. Namun tentu dengan banyak tempat, dikejar waktu, dan harus mencari alamat terlebih dahulu, maka dari itu mau tidak mau maksimal kami hanya bisa setengah jam di setiap rumah. Meski tidak lama, rindu ini terbayarkan inshaAllah, hehe.

Lanjut sekitar jam 09.05 kami berangkat ke rumah Ananda Farhan. Agak menyeberang sedikit ke daerah hibrida, mencari patokan sebuah minmarket waralaba, dan rumahnya berada di belakangnya. Mendengar sedikit banyak susahnya pembelajaran melalui online, salah satunya bahasa arab, yang bingung mau ertanya dengan siapa dan bagaimana.

Lalu, kami lanjut perjalanan ke rumah Ananda Fadli di timur indah 1. Hamper saja terlewat ketika mencari alamatnya. Bermodalkan alamat yang sudah didata dan google map akhirnya menemukan rumahnya. Pas dating ternyata ada ustadz Yudi dan ustadz Anas, baru selesai menemui Fadlan, yang mana adalah saudara kembar dari ananda Fadli. Akhirnya bergantian kami yang masuk. Bercerita sharing kondisi, dan salah satu trik lucu ayahnya biar nggak banyak keluar rumah, pada dicukur gundul, hehe.

Alhamdulillah, setelah tuntas apa yang perlu disampaikan kamipun lanjut perjalanan. Mencari rumah ananda Eghi, sempat ragu kemana, akhirnya menggunakan pepatah lama, malu bertanya sesat di jalan, maka biar tidak tersesat kamipun bertanya,hehe. Akhirnya tidak jauh dari perkiraan, kami sampai ri rumah ananda Eghi.

Ibunya kebetulan sedang kepasar, alhasil banyak yang kami sharingkan kepada ayahnya, meskis edang kurang sehat. Banyak koreksinya tentunya, namun Alhamdulillah, dengan datang langsung bisa tahu bagaiaman kondisi ananda dan yang dilakukan selama liburan., yang akan menjadi catatan untuk perbaikan kedepannya.

Lanjut di perjalanan berikutnya kami menuju rumah ananda Rayfat, yang berputar kembali ke daerah Padat karya. Sempat mondar mandir di gang mencari rumahnya, yang akhirnya ketemu, setelah kembali bertanya. Alhamdulillah, mendapat kabar yang baik juga. Namun ya kembali lagi, beberapa bulan hanya dirumah saja, tentu menjadi tekanan sendiri bagi setiap ananda.

Mengejar waktu, kami berlanjut lagi akan berangkat ke rumah ananda Fathan Athallah. Eh, baru keluar pintu, ada ibunda Eghi yang menunggu kami. masyaAllah, merasa tidak enak karena tidak bisa menemui kami ketika dirumah kami, menyusul lah dari jalan timur indah ke padat karya hanya untuk bisa bertemu kami. Terimkasih bu.

Perjalanan terakhir sebelum dzuhur kami berlanjut lagi ke rumah Ananda Fathan di jalan manga. Yang salah menggunakan ingatan kami ke panorama, yang ternyata adalah jalan manggis. Alhasil kami putar balik, dan sampai kerumah ananda. Makin putih dan tinggi tentunya, namun ketika kami akan kembali pergi, rayut wajah akan kangennya sekolah begitu tampak di wajah ananda.

Kami akhiri dulu perjalanan awal, kembali ke sekolah dan bersiap sholat dzuhur.

Ingin di lanjutkan, tapi sambung next tulisan ya, hehe.

(Maaf kalau masih ada yang typo, langsung post tanpa editing)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;