Selasa, 09 Juni 2020

Asma Nadia – Isa alamsyah – Dewa Eka Prayoga

Assalamualaikum sobat pembaca. Dari judul udah menarik lah ya. Secara nama para penulis terkenal yang ditampilkan, setidaknya akan menarik perhatian.

Seperti janji kemaren yang tertunda. Kali ini akan sedikit bercerita dan sharing terkait apa yang saya dapatkan mengikuti live facebook sharing seputar dunia kepenulisan.

Langsung praktek pertama yang saya lakukan seperti di tulisan kali ini, yaitu judul. Menggunakan personal branding orang lain untuk menarik perhatian. Nah berbicara tentang personal branding, ini akan jadi bahasan pertama dulu.

Kebetulan ketika saya mengikuti livenya, ketika moment personal branding lagi dibahas sama kang Dewa Eka Prayoga. Yang belum tahu Dewa Eka Prayoga bisa searching dulu di internet. Penulis dan pengusaha sekelas beliau, tentu memiliki banyak cara untuk mengolah personal branding. Dimana dengan memiliki branding kita akan lebih mudah dikenal.

Nah, jika berhubungn dengan tulisan, kalian ingin menjadi penulis seperti apa?

Tahu Aqua, Vespa, pepsodent? Maaf nih ya menyebut merk. Namun kita telaah sedikit hal ini. Sering kali ketika menyebutkan hal-hal yang barang dasarnya bukan hal tersebut namun yang tercetus adalah nama-nama merk tersebut. Seperti Aqua. Padahal yang kita inginkan air mineral, tapi tetap saja bertanya, ada aqua? Itulah, aqua memiliki personal branding kuat sampai disebutkan secara tidak sadar oleh kita.

Belum lagi pepsodent, padahal yang dicari adalah pasta gigi. Pasti sering bertanya dulunya ketika ke warung, ada pepsodent pak? Meski merknya yang lain namun yang disebutkan tetap saja hal tersebut. Karena pepsodent sudah memiliki power kuat dalam brandingnya.

Saya sendiri dulunya membangun branding ketika masih aktif dalam kegiatan motivasi dan pelatihan menjadi trainer kepenulisan. Boleh anda coba ketik di google IMAJIVATORPRENEUR, saya berani jamin, sampai sekarang yang akan keluar adalah berkaitan dengan blog saya. Memang namanya sedikit rumit, namun perlahan banyak yang terbiasa dengannya.

Nah, kurang lebih singkatnya itu bagian tentang branding. Kalau penjelasan lebih panjang nanti bisa jadi seminar, hehe. Di sesi ini kebetulan saya banyak mendengar ketika Dewa Eka Prayoga yang sedang berbicara, nah ada slide contoh bagaimana membangun design brand dengan semua komponenya sehingga tujuan menjadi jelas. Yang mau hasil screenshootannya boleh komen aja, atau inbox facebook saya.

Lalu mulai berbincang hal-hal lain terkait dengan buku.

Gambar hanya pemanis, flashback pelatihan tahun 2016

Satu mindset yang selalu saya ingat, ketika mulai menulis, jadilah penulis. Kenapa? Karena ketika kita melakukannya sembari merangkap yang lain, tulisan kita tidak akan selesai-selesai. Jangan jadi editor apalagi penyunting. Dijamin tulisan akan berhenti disana saja. Lakukan editing setelah selesai tulisan.

Bagi saya menulis blog ini adalah sebuah kebiasaan agar saya terus bisa ada ruang menulis dengan rileks santai, sembari menerima kritikan dan masukan untuk perbaikan. Dengan sering menulis kita akan mudah dan terbiasa menulis.

Maaf kalau acak yang disampaikan, saya hanya menyampaikan apa yang ingat dan menempel ya. Hehe.

Lalu berbicara dengan komitmen. Ketika mennjadi penulis, kita perlu berkomitmen pada diri sendiri dan meluruskan niat selurus-lurusnya, ingin menjadi penulis yang seperti apa. Hanya sekedar menulis saja lalu sudah. Atau benar-benar menjadikan tulisan kita bermanfaat untuk orang lain. Bagaimana caranya? Ya tulis dan publikasikan. Bisa dengan di media sosial, atau dicetak secara massal.

Mbak Asma sendiri juga menyampaikan bahwa begitu butuhnya mentor dalam menulis. Seperti layaknya seorang murid yang perlu guru untuk membimbingnya. Itu juga yang mennjadi cerita awal beliau bersama dengan kakaknya Helvi Tiana Rosa membentuk FLP. Agar bisa sharing dan saring. Bertukar pikiran dan menambah ilmu.


Sekelas mbak Asma saja pernah punya pengalaman yang membuat beliau seperti tidak ada apa-apanya. Beliau bercerita bagaimana ketika pernah diundang untuk ikut pelatihan kepenulisan seasia. Membawa 10 buku terbitnya, dan beberapa bab naskah yang sedang diprosesnya. Mbak Asma sendiri mengatakan, bahwa setelah dikoreksi habis-habisan tiga bab pertama naskah yang sedang digarapnya itu, beliau langsung merasa semua yang ditulisnya hanyalah halaman kosong saja. Sekelas beliau saja merasa seperti itu dalam belajar, apalagi kita. Diatas langit selalu ada langit.

Bermodal nekat, Allah sempatkan di 2015-2017 untuk bisa membagikan ilmu tentang kepenulisan. Berbagi dengan teman-teman, membantu menerbitkan, hingga akhirnya muncul penulis-penulis baru dan mentor-mentor dengan modal yang tak akan membuat malu.

Sekali berkomitmen untuk menulis dan ingin jadi penulis, maka jangan pernah berhenti memproduksi dan menulis. Salah satu pesan yang saya tangkap dbagian lainnya. Kalau Kang Dewa sedang menantang dirinya untuk bisa menulis tujuh buku tahun ini, begitu juga mbak Asma yang merutinkan dirinya minimal 2-5 buku dalam setahun harus bisa dihasilkan. Paling minim, satu tahun harus publish satu buku.


Idealnya usahakan enam bulan satu buku. Begitu pesan lain yang ditangkap dari mbak Asma. Tiga naskah terpendam, plus dua rencana menulis duet, rasanya bisa menjadi modal untuk rencana saya publish karya dalam dua tahun kedepan.

Tentunya banyak lagi ilmu yang disampaikan, namun segini dulu yang mampu dikeluarkan dalam bentuk tulisan.

Oyasuminasai minna…

Foto-foto yang ada hanya pemanis ya, hehe. Ketika dulu diizinkan Allah bertemu langsung dan belajar dengan Mbak Asma dan Pak Isa, serta buku teman-teman yang terbit dari pelatihan bersama saya 2016 lalu.








0 komentar:

Posting Komentar

 
;