Professor
Al dan kelima pemain uji coba yang sekarang harus berhadapan dengan kenyataan
yang tidak pernah terbayangkan.
Mobil
Kijang putih berhenti tepat di depan Masjid dekat Lampu merah, yang posisinya
tepat di seberang Gardu Listrik. Professor Al, Reno, Fathimah, Zaza, Zaid, dan
sherly turun dari mobil dan langsung merasakan hawa dingin yang luar biasa,
meskipun mereka sudah memakai jaket.
Mereka
langsung melihat Voldemort yang sedang melayang di tengah Gardu Listrik sambil
menyerap energi listrik yang ada. Dementor mengelilingi voldemort terlihat
seperti memujanya. Semua kaki mereka gemetar. Fathimah dan Zaza sampai terduduk
karena ketakutan, dan merekapun hanya mampu mengucap dzikir. Hal itu secara
sekilas menjadi perhatian Sherly lagi. Meskipun secara mental dia masih sanggup
berdiri melihatnya, namun hatinya sangat ketakutan.
“Prof,
apakah kita akan berdiam diri saja tanpa melakukan apapun?” Reno yang juga
sebenarnya ketakutan bertanya sambil tetap memandang kejadian mengerikan itu.
“Tidak
tahu Reno, apa yang bisa saya pikirkan adalah kalian berlima bertarung
melawannya seperti di game” dengan sedikit bingung professor menjawab Reno.
“Gila itu
prof, kalau kami mati bagaimana?” Sherly yang merasa kurang setuju dengan hal
itu memprotesnya.
“Ya, saya
belum memikirkan lebih jauh. Tapi sudah ada jatuh korban, berdasarkan apa yang
kami analisis dan teliti, kalian memiliki hubungan dengan kejadian ini. Dan ada
peluang kalian yang bisa menyelesaikan ini” professor dengan bingung merespon
apa yang disanggah Sherly.
Semua
bingung dan hanya bisa diam, sementara Voldemort semakin menjadi-jadi menyerap
energi listrik kalau dibiarkan Kota Bengkulu akan kehilangan energinya.
“Avada Kedavra”
Secara
mendadak Reno maju dan mengarahkan tongkat mekanik yang dibuat oleh AlCorp nya
ke arah Voldemort dan kilatan cahaya hijau keluar dari tongkat Reno. Cahaya itu
terpental dan tidak mengenai Voldemort. Ada pelindung di sekitarnya untuk
menjaga Voldemort dari pengaruh energi luar.
Voldemort
yang terganggu langsung menoleh ke arah Reno dan yang lain. Dan dia berdesis
seperti ular, saat itu juga tujuh dementor yang mengelilinginya langsung
melayang ke arah mereka.
Professor
Al dan yang lain langsung lemas tanpa bisa bergerak. Reno yang masih berdiri
langsung mengarahkan tongkatnya ke arah Dementor yang datang dan mengucapkan
mantra yang sudah dilatihnya.
“Expecto Patronum”
Cahaya
putih membentuk Rusa Jantan keluar dan menghalau para dementor untuk mendekat,
tapi itu saja tidak cukup. Cahaya patronus Reno sudah mulai meredup.
“Teman-teman
keluarkan mantra patronus kalian juga, aku tidak cukup kuat menahannya. Ayolah,
InshaAllah ini bukan sihir yang seperti kita bayangkan, tongkat yang kita pakai
juga dibuat dari bahan mekanik elektrik yang menyalurkan energi listrik dari
game yang ada pada tubuh kita. Ayo teman-teman...!!!” sembari mempertahankan
sihirnya, Reno berteriak kepada teman-temanya.
Sherly
yang memang atheis langsung berdiri di samping Reno dan mengucapkan mantra
seperti Reno, seekor cahaya yang berbentuk kelinci berlari melingkari Dementor
terlihat seperti mengusirnya.
Zaid dan
Zaza juga mulai berdiri dan mengucapkan mantranya Cahaya yang membentuk Singa
jantan dan Kangguru keluar dan berdiri sejajar dengan Rusa dan kelinci Reno dan
Sherly.
Perlahan
Dementor itu mulai melemah, dan tidak mampu menembus benteng Patronus yang
dibuat oleh mereka. Namun ketujuh dementor itu bergabung dan menjadi satu
dementor yang besar dan membuat semua Patronus lenyap.
Seklai
lagi Reno, Sherly, Zaza, dan Zaid berdiri sejajar dan mengucapkan mantranya
dengan serentak,
“Expecto Patronum”
Sebuah
cahaya berbentuk kubah cembung menyelimuti mereka namun belum cukup kuat.
Sherly menoleh Fathimah dengan wajah memohon. Dengan berat hati Fathimah
berdiri di samping Zaza dan membayangkan Kenangan sebelumnya, lalu mengucapkan
mantranya,
“Expecto Patronum”
Seekor
berang-berang raksasa yang terbuat dari cahaya keluar dari tongkat Fathimah.
Yang akhirnya membuat Dementor terpecah kembali dan melayang balik ke arah
Voldemort.
Voldemort
menghentikan penyerapan listriknya. Dia mulai melayang turun ke jalan raya yang
sepi, karena semua warga sudah memasuki rumah dan tidak ada yang keluar dengan
peringatan sebelumnya.
Perlahan
dia mulai jalan ke arah Reno dan kawan-kawan. Dengan tangannya dia membentuk
sebuah tongkat dari kilatan listrik di telapaknya. Lalu mengarahkan tongkatnya
ke arah Reno dan lainnya. Tanpa perlu mengucapkan mantra kilatan cahaya kuning
keluar dari tongkat di telapaknya, mengenai ban mobil Professor yang langsung
pecah dan meledak.
Voldemort
semakin mendekati mereka yang bersembunyi di balik mobil.
“Dalam
hitungan ketiga, langsung ucapkan mantra paling ampuh ya, seperti yang ku
ucapkan di awal tadi,” Bisik Reno, semuanya mengangguk kecuali Fathimah. Hal
itu tidak terlalu diperhatikan oleh Reno.
Langkah
kaki Voldemort sudah mulai terdengar, dan hawa semakin dingin dengan Dementor
yang juga mengiringinya.
Reno sudah
siap dengan aba-abanya. Fathimah yang tetap bersikukuh tidak mau ikutan, duduk
agak mundur diikuti Professor Al yang hanya bisa melihat.
“Satu...dua...tiga...”
Reno,
Sherly, Zaza, dan Zaid berdiri langsung mengucapkan mantra sambil
mengarahkannya ke arah voldemort.
“Avada Kedavra”
Empat
cahaya hijau menuju ke arah Voldemort, dengan satu gerakan dia menepis semua
itu. Kekuatan listrik yang di dapatnya cukup membantu menambah kekuatan yang
ada pada voldemort.
Sekarang
semuanya saling berhadapan di perempatan jalan. Voldemort mulai mengarahkan
tongkatnya ke arah Reno dan yang lainnya. Ketika cahaya kuning keluar dari
tongkatnya...
“Allahu akbar...allahu akbar...”
Adzan Isya
berkumandang, dan tiba-tiba cahaya kuning dari tongkat Voldemort menghilang.
Voldemort pun merasakan sesuatu yang aneh, dan seketika dia melayang menjauhi
tempat itu bersamaan dengan Dementor yang mengikutinya.
Suara
adzan sudah memberikan pengaruh gelombang yang sangat kuat. Gelombang suara
dari energi yang ada pada suara adzan yang dimaksimalkan dengan pengeras suara
khusus ternyata mampu mengalahkan energi yang ada pada Voldemort.
Memang
semua masjid di Bengkulu menggunakan pengeras suara yang mampu mengeluarkan
energi listrik dari gelombang suara yang dihasilkan. Yang mana jika adzan
berkumandang maka semuanya yang memiliki energi listrik yang sedang beroperasi
akan terhenti sementara sampai adzan itu selesai. Hal itu menjadi sebuah
pertolongan tidak terduga sebelumnya oleh Reno dan lainnya.
Mendengar
Adzan itu, Fathimah yang dari tadi ketakutan menjadi tenang, dan menjadi yang
pertama untuk langsung menuju masji dekat lampu merah Suka Merindu itu.
“Nah biar
tenang yuk kita Sholat dulu” Ajak Fathimah kepada yang lain.
Reno yang
dari tadi sempat cemas, malah sekarang melongo melihat Fathimah yang begitu
santainya mengajak sholat. Zaza dan Zaid tanpa banyak bicara mengikuti
Fathimah, dan Sherly menunggu di teras.
“Udah,
tenangin diri dulu yuk Ren,“ Professor menepuk punggung Reno menenangkan
lamunannya sesaat. Lalu mengikuti langkah Fathimah dan lainnya yang sudah
menuju masjid untuk melakukan sholat isya.