Kamis, 31 Desember 2020 0 komentar

Malam ini biasa aja


Malam ini biasa aja, nggak usah terlalu bahagia ataupun euforia,

Kecuali jika besoknya akan ujian skripsi di tatap beberapa pasang mata,
atau besoknya ujian nasional penentu kelulusan
ataupun melamar sebaai tahap awal melepas masa bujang

Malam ini biasa aja, nggak usah sok deg-degan ataupun seneng berlebihan
kecuali kamu akan menghadapi persalinan kelahiran anak yang diinginkan
atau ospek pertama sebagai icip awal menjadi seorang mahasiswa
ataupun bakal nyiapin mental karena besoknya bakal bawa orangtua kesekolah akibat berulah

Malam ini biasa aja, nggak usah banyak resolusi, revolusi, atau basa-basi
Yang berganti hanyalah angka, yang sebenarnya tak berarti banyak selain banyaknya angan yang tak pula membuatmu bergerak mewujudkannya.

Malam ini biasa aja, jangan kebanyakan membuat bunyi, ataupun bikin resah sekliling diri
jam tetap akan berpindah dari 00.00 ke 00.01, tak ada yang berubah, yang tetap kesiangan shubuh kalau nggak berubah tetap kesiangan. Yang tetap bisa tahajud, kalau tidak begadang akan tetap bisa tahajud.

Ada yang merasa tulisan ini terlalu egois? Hm, ya jangan dibaca sih, terlepas apapun yang kamu rasakan jika membaca tulisan ini, semuanya lebih kepada pengingat diri sendiri.

Tidak ada yang perlu kamu risaukan dengan dengan secuil tulusan ini, yang perlu kamu risaukan adalah diri sendiri yang tak pernah absen merayakan setiap, hari peingatan apapun itu bukan hanya tahun baru. Namun, hanya sebatas ucapan, postingan, dan selfi-an. Of course, hak masing-masing dong. Begitupun saya menulis ini, hehe.

Yups, singkat saja tulisan kali ini. Pokoknya malam ini biasa saja. Kalau yang biasa begadang karena maraton nonton film, ya silahkan tidak perlu histeris berganti tahun, kalau yang ditonton tidak banyak maksiatnya tentu lebih baik.
yang tidur cepat, bagus juga, biar shubuh nggak kesiangan atau malah terlewat ya.

So, nggak ada yang spesial di malam ini. Cuma ganti tahun doang kan. Kalau ganti status kejombloan baru spesial, ups.

Kamis, 19 November 2020 0 komentar

Saya Bukan Anak Yang Berbakat (part 1)

"Ranking bawah, dan tidak disuruh naik kelas dulu"
Assalamu'alaikum pembaca semua. setelah sekian lama kembali memaksakan diri untuk menulis. mumpung ada idenya.

Kali ini saya akan bercerita tentang diri sendiri di beberapa view tentang diri sendiri yang tidak punya bakat apapun pada dasarnya. selebihnya silahkan nikmati sendiri ya, dan inshaAllah akan berlanjut sampai kehidupan masa sekarang.

Mari flashback ke masa kecil...

Saya bukan orang istimewa dari sisi manapun. Bukan dari keluarga dengan harta berlimpah, rajin belajar tak kenal waktu, ataupun memiliki keahlian yang mudah dilakukan dari kecil. Yaps, hanya seorang yang biasa-biasa saja dengan terus untuk hidup dengan kebaikan.

Akan langsung saya mulai dari memori kelas 3 sd. saat itu belum lama masuk sekolah ajaran baru, lalu mata pelajaran matematika. Dari kecil apa yang di otak saya matematika sangatlah tidak menyenangkan, ya tentu ingin menyerapnyapun susah.

Saat itu materinya menulis angka bilangan dari tulisan. setelah diberi contoh dua soal, di soal ketiga sampai kelima saya dan teman sekelas, disuruh untuk menuliskan angkanya sendiri. dan jelas saja saya salah semua kecuali yang diberi contoh.

Masih teringat dengan jelas, salah satu soalnya disuruh menuliskan angka Dua Ratus Empat. Saya yang sukanya main hujan saat kecil, menuliskan angkanya dengan polos yang saya paham. Dimana jawaban yang saya tulis adalah 2004. Pikir saya, ya tulis angka 200,nya dulu, baru angka 4nya kan. setelah dikoreksi esoknya barulah saya paham.

Tapi, ya mana saya ambil pusing. yang penting masih bisa main sama teman-teman disekolah kan, hehe.

Time skip antara kelas 3 semester dua sampai kelas 5 SD. diantara masa waktu ini, ada sebuah kejadian yang menumbuhkan jiwa penakut saya begitu besar sehingga yah, mulai merasakan yang namanya pembullian, pemerasan dan ancaman. apa itu? inshaAllah akan lanjut di part 2 ya. Sudah tidak tahan pengen tidur ini, hehe. selamat istirahat semuanya.
Sabtu, 19 September 2020 0 komentar

Spoiler lagi : Voldemort in bengkulu #novelyangtakselesai

 Expecto Patronum”

Sebuah cahaya besar membentuk berang-berang muncul dari tongkatnya.

“Arahkan sekarang Imah”

Fathimah langsung mengarahkan tongkatnya dengan cahaya berbentuk berang-berang itu ke dalam gudang dan ke arah Dementor.

Ruangan gudang perlahan menjadi hangat. Para penjahat tidak tahu apa yang masuk, mereka hanya melihat cahaya dan merasakan kehangatan yang nyaman. Mereka tidak mencurigai apapun, pikir mereka itu hanyalah cahaya metahari yang masuk ke gudang.



Namun lain dengan reaksi Dementor, dengan teriakan seperti orang menjerit dan serak, Dementor langsung melayang keluar ruangan dan pergi menjauh dari gudang. Para penjahat hanya melihat saja, sebenarnya mereka bersyukur karena dari tadi mereka merasa suasana di dalam ruangan cukup mencekam dengan adanya Dementor.

“Oke bagus Fathimah, sekarang giliranku” Sherly sedikit maju kedepan Fathimah, melalui celah jendela, dia membidik orang terdekat, dan mengucapkan mantra.

Imperio”

Cahaya merah kecil keluar dari tongkat Sherly dan menuju ke arah dahi salah satu penjahat.

Seketika penjahat yang terkena cahaya itu seperti orang yang di hipnotis. Lalu dia mengajak keempat teman lainnya keluar untuk mencari makan. Tiga orang mengikutinya, yang satu berjaga di dalam. Di luar rencana Sherly, ternyata masih ada satu orang yang berjaga di dalam gudang.

“Gimana sekarang Li? Ini di luar rencana” Tanya Fathimah cemas.

“Aduh, kayaknya terpaksa bertarung deh, gimana Mah?” sherly pun dengan ragu bertanya kepada Fathimah.

“Aku nggak mau sebenarnya kalo harus mengeluarkan sihir lagi, bisa kamu bius kayak penjaga di depan?” Fathimah balik meyakinkan Sherly.

“Tapi kita harus tetap masuk Mah. Gini aja, pas masuk nanti kamu langsung gunakan mantra expelliarmus untuk mementalkan tongkat sihirnya, lalu aku serang dengan mantra bius. Kamu harus ikut, ingat demi adikmu” Kali ini Sherly yang meminta kerjasama oleh Fathimah. Sedikit memaksa ssih, tapi daripada tidak sama sekali.

Fathimah hanya mengangguk mengikuti rencana Sherly.

Pelan-pelan mereka mencoba membuka pintu belakang gudang. Sherly mengarahkannya ke lubang pintu dan mengucapkan mantranya.

“Alohomora”

Bunyi ‘klik’ pelan dan pintu terbuka. Sang penjahat tidak mendengar suara kecil itu. Dia masih sibuk dengan bacaan koran di tangannya.

Setelah cukup lebar terbuka, Sherly dan Fathimah siap-siap masuk dan sudah menyiapkan tongkatnya masing-masing.

“Sekarang Fathimah...!!!” Sherly berteriak

Penjahat itu kaget dan berbalik, disaat itu juga Fathimah langsung mengarahkan tongkatnya ke penjahat dan...

“Expelliarmus”

Tongkat sihir penjahat yang berada disaku kanan bajunya terpental. Masih dalam kondisi kaget penjaga itu berlari ke arah Fathimah. Ketika tinjunya hampir mendarat di perut Fathimah, Sherly yang kali ini beraksi. Namun gerakan gesit sang penjahat membuat susah Sherly untuk menyerang, takut mengenai Fathimah.

Fathimah yang juga cukup ahli bela diri, masih mampu menghindari serangan fisik dari penjahat. Meskipun berjilbab lebar dan bercadar, dia selalu memakai lapisan celana olahraga, sehingga membuat gerakannya bisa lincah. Beberapa gelas dan kursi patah dan pecah terkena amukan sang penjahat dan Fathimah sudah mulai lelah. Satu pukulan lagi megarah ke Fathimah dan Fathimah menghindar melompat kebelakang, ternyata sudah tidak ada jalan lagi. Fathimah menempel di sudut tembok. Sang penjahat mulai menyeringai.

“Habislah kau kali ini” Seru serak sang penjahat.

Pukulan siap di lancarkan, satu kepalan tinju yang besar mengarah ke Fathimah...

“Petrificus Totalus”

Cahaya hijau mengenai punggung belakang sang penjahat, dan seketika jatuh ke lantai dengan keras.


-bersambung-

Sabtu, 27 Juni 2020 0 komentar

Usamah Izzuddin Al-qosam Present : Passion pun berlanjut, Namun beda dimensi (Tulisan ini tujuannya promosi)

Tulisan ngalir berikutnya ini, lebih tepatnya promosi sih. Ide training dan pengembangan passion kembali lagi. Setelah dimasa lalu cukup senang dan sering mengadakan training pelatihan, apalagi yang berhubungan dengan Public Speaking dan kepenulisan. Namun berada pada dimensi yang berbeda saat ini, membuat arah dan goal juga berubah.

Jika di masa lalu, targetan dan pencapaian lebih kepada mahasiswa yang bisa bergerak sendiri, dan tenaga yang dikeluarkan bisa diprediksi. Namun kini apa yang dilakukan pada sekitaran anak remaja tentunya berbeda rasa.

Interaksi kepada banyak siswa khususnya jenjang SMP, lalu orangtuanya, mendapatkan banyak hal dan pelajaran baru sana sini.

Nah, lalu inilah yang terjadi dalam otak ytang sedang tidak mau berhenti, meski kadang masih mager buat cepet-cepet mandi pagi.

Wabah pandemic, membuat kita harus beradapatasi dengan banyak mengembangkan diri. Salah satu yang menjadi ciri khas pandemic, dengan banyaknya agenda yang bersifat online di sana-sini. Begitulah yang terjadi, yang akhirnya membuat berbagai macam pelatihan, kelas, dan seminar khusus pelajar selama 6 bulan kedepan. Apa saja itu?

1. Tahfizh online liburan. Jikalau tidak liburan, akan membuka ini secara offline dan tatap muka secara langsung. Tujuannya sederhana, setelah beberapa cerita singkat sana sini, dengan ananda yang hafalan takut hilang atau bagaimana menambahnya. Disini dengan kemampuan yang masih terbatas ini, mencoba membuka kegiatan tahfizh online pelajar melalui WA, yang konsepnya di ambil dari berbagai pengalaman, baik diri sendiri maupun orang lain. Hanya selama 2 minggu liburan aja programnya. Pendaftaran sudah ditutup, senin akan dimulai. (design pamflet by Nabiilah Putri #ilak)

2. Kelas Bahasa Inggris. Berikutnya kelas online sesuai jurusan. Yups, melihat betapa susahnya belajar online secara komunikasi dan memahami materi secara utuh. Inilah yang melandasi membuat kelas ini. Jika agenda tahfizh melalui WA, maka kelas bahasa inggris menggunakan aplikasi zoom. Dimana disana nanti akan ada presentasi yang isinya bab awalan materi bahasa inggris di semester baru nanti. Pertemuan 2 kali seminggu, dengan ada tugas di sela-sela nantinya. Program ini pun hanya akan dilaksanakan selama liburan, sementara ada kelas 7 dan kelas 9 yang sudah mendaftar. (design pamflet by Ezzah Tanisha #ponakanicut)


3. Seminar online, persiapan menghadapi pembelajaran sistem online. Setelah kurang lebih tiga bulan melaksanakan pembelajaran online, jadi bisa mendapatkan pola bagaimana seharusnya mengajar, dan juga belajar. Nah, tentu sangat baik jika para siswa dibimbing dan dituntun untuk melakukan persiapan ini. Selain bisa meningkatkan nilai mereka secara akademik, juga mendisiplinkan diri mereka agar adapatasi dengan teknologi. (design pamflet by Ezzah Tanisha #ponakanicut)


Nah tiga agenda tadi adalah apa yang direncanakan dan dicanangkan yang akan dilaksanakan selama masa liburan dua minggu kedepan. Semua akan diisi secara pribadi. Meski yang diinginkan adalah menargetkan para siswa sekolah sendiri, namun karena takut akan berbagai hal, maka status agendanya adalah umum, dan peserta juga bersifat umum, namun tetap terbatas pada para pelajar. Dan semua akan diisi pribadi, sesuai batas kemampuan yang dimiliki.

Begitu juga di masa rutin mengisi mahasiswa, sebagian besar agenda, bikin sendiri, isi sendiri, bombing sendiri, namun hasil menjadi hal yang dinikmati bersama. Maka judul awal saya tulis nama sendiri, karena dari dulu bikin spanduknya juga begitu, tanpa embel embel organisasi.

Sombong? Bukan. Karea sering menawarkan agenda dan ide sana sini, ditolak ditunda bahkan beberapa tidak peduli. Akhirnya saya eksekusi sendiri. Bahkan pengajuan proposal konsep training yang pernah diajukan, berkas saja tidak masuk, namun trainingnya Alhamdulillah malah berjalan. Bingung kan? Hehe, yasudah masa lalu, yuk kita lanjut.

Nah di masa 6 bulan online nanti, ada beberapa hal lagi yang akan saya laksankan,. Jika yang tiga diatas sudah mulai proses agendanya, yang ini sedang dirancang meski masih dalam rencana, namun bismillah.

1. seminar online, atau sharing menentukan sekolah untuk jenjang karir, sesuai minat, bakat, dan passion (khusus pelajar kelas 9). Tujuannya membimbing para pelajar kelas 9, sedari sekarang mulai bisa menentukan goal dan tujuannya, bagi yang masih bingung.

2. Mempelajari TIK Dasar (Ms. word , Ms. Power point, Ms. Excel)(kelas 9 sangat dianjurkan)  dengan tidak adanya mapel TIK secara khusus di K13, banyak pelajar yang masih belum bisa mengoperasikan TIK dasar secara baik. Kalau game dan media sosial sih mereka ahlinya. Namun hal dasar terkait kemampuan umum, masih banyak yang kaku dalam mengoperasikannya.

3. Mengenal jenis-jenis sekolah lanjutan. Ini sebenarnya diperuntukkan kelas 9, namun jenjang kelas lain juga boleh. Berbentuk seminar lanjutan dari yang nomor satu tadi. Jikalau ada para pelajar yang masih bingung, siapa tahu bisa membantu membulatkan keputusan memilih sekolahnya.

4. Satu karya dimasa pandemic. Nah yang kali ini adalah passion yang saya suka. Jadi ini akan berbicara seminar tentang kepenulisan, yang proyek akhirnya adalah buku. Dengan rencana target sementara, karya Kumpulan Cerpen antalogi 5 orang, Kumpulan puisi antalogi 10 orang, dan non fiksi duet dengan saya, dimana disini targetnya adalah para pelajar.

Yups, itulah ide minimal yang akan dicoba dirancang dan dilaksanakan semasa pandemi dengan semua berbasis online. Yang mau booking menjadi peserta di salah satu agenda silahkan, hehe.

Lanjut lagi, semoga besok masih bisa lanjut menulis, berhubung otak sudah cair, kembali dulu ke laporan sekolah. Oyasuminasai, wassalam.


0 komentar

Raport Delivery, Hari pertama, (Part 1)

Bismillah, beberapa waktu break nulis, dengan kembalinya aktivitas sekolah. Dua hari sedang mentok dengan laporan rapat sekolah, Cuma dipikirin, dikerjain baru dikit. Yasudah, mari kembali menulis, untuk mencairkan otak.

Bisa jadi dalam satu tulisan ini, atau akan dibagi tiga bagian. Akan kilas balik senin-selasa-Rabu bagaimana perjalanan Bagi raport delivery ke rumah-rumah. Tentu saya hanya akan membahas satu kelas dalam perjalanan ini, karena kelas lain yang bagikan beda lagi ya, hehe.

Senin, 22 Juni 2020. Sebuah hari istimewa bagi saya dan seluruh rekan guru di SMPIT Khairunnas Kota Bengkulu. Pandemi COVID-19 yang belum usai, memaksa semuanya berfikir kreatif dalam melaksanakan aktivitasnya, apalagi yang terbiasa melakukan dengan bekerja secara langsung. Inilah salah satu usaha baru yang kami lakukan, dan kali ini yaitu pada proses pembagian raport kenaikan kelas.

Setelah berbagai pertimbangan, diskusi dan rapat sana sini. Akhirnya sekolah dengan kesepakatan bersama, semua tim guru akan  melaksanakan pembagian rapot dengan delivery, door to door ke semua rumah wali murid yang ada. Meski ada satu dua orangtua karena berbagai kondisi mengambilnya disekolah, namun 80-90 persen semuanya bisa terlaksana.


08.00 – 08.30 kurang lebih 30 menit, dengan persiapan sana sini memulai pembukaan pembagian raport dengan menggunakan aplikasi zoom. Memicu dengan adaptasi teknologi, Alhamdulillah sebagian besar wali murid bisa mengikutinya. Meski dengan berbagai kelucuan, dari yang ribut, sampai ngobrol sesame walimurid.

Pembukaan dimulai dengan tasmik oleh ustadz Hengki, lalu pengarahan dari kepala sekolah dan wakil kurikulum, pembacaan bintang-bintang umum setiap angkatan, dan ditutup doa dengan ustadz Nur wahyudi.


Saya dan ustadz febri, sebagai pendamping dan wali kelas 8B, memulai perjalanan kami untuk mengirimkan hasil belajar ananda di tahun ajaran kali ini. Dengan total 24 murid kami membaginya menjadi 3 hari. 12 murid di hari pertama, 6 murid dia hari kedua, dengan satu mengambil raportnya ke sekolah. Dan 6 murid di hari ketiga, karena akan menyampaikannya langsung ke daerah sukaraja, seluma, dan sekitarnya.

08.40 sedikit meleset dari jadwal pertama, kami berangkat. Menuju rumah terdekat dari sekolah, yaitu ananda Ahmad Irfan Habibi. Alhamdulillah, karenda tidak terlalu jauh, jadi masih sesuai dengan estimasi waktu yang direncanakan.  Ananda yang semakin tinggi dan putih, namun tampak aura kejenuhan di mukanya. Semoga segera kembali ke sekolah ya nak.

Terus terang kami sebenarnya ingin berlama bisa bercerita di setiap rumah yang dikunjungi. Namun tentu dengan banyak tempat, dikejar waktu, dan harus mencari alamat terlebih dahulu, maka dari itu mau tidak mau maksimal kami hanya bisa setengah jam di setiap rumah. Meski tidak lama, rindu ini terbayarkan inshaAllah, hehe.

Lanjut sekitar jam 09.05 kami berangkat ke rumah Ananda Farhan. Agak menyeberang sedikit ke daerah hibrida, mencari patokan sebuah minmarket waralaba, dan rumahnya berada di belakangnya. Mendengar sedikit banyak susahnya pembelajaran melalui online, salah satunya bahasa arab, yang bingung mau ertanya dengan siapa dan bagaimana.

Lalu, kami lanjut perjalanan ke rumah Ananda Fadli di timur indah 1. Hamper saja terlewat ketika mencari alamatnya. Bermodalkan alamat yang sudah didata dan google map akhirnya menemukan rumahnya. Pas dating ternyata ada ustadz Yudi dan ustadz Anas, baru selesai menemui Fadlan, yang mana adalah saudara kembar dari ananda Fadli. Akhirnya bergantian kami yang masuk. Bercerita sharing kondisi, dan salah satu trik lucu ayahnya biar nggak banyak keluar rumah, pada dicukur gundul, hehe.

Alhamdulillah, setelah tuntas apa yang perlu disampaikan kamipun lanjut perjalanan. Mencari rumah ananda Eghi, sempat ragu kemana, akhirnya menggunakan pepatah lama, malu bertanya sesat di jalan, maka biar tidak tersesat kamipun bertanya,hehe. Akhirnya tidak jauh dari perkiraan, kami sampai ri rumah ananda Eghi.

Ibunya kebetulan sedang kepasar, alhasil banyak yang kami sharingkan kepada ayahnya, meskis edang kurang sehat. Banyak koreksinya tentunya, namun Alhamdulillah, dengan datang langsung bisa tahu bagaiaman kondisi ananda dan yang dilakukan selama liburan., yang akan menjadi catatan untuk perbaikan kedepannya.

Lanjut di perjalanan berikutnya kami menuju rumah ananda Rayfat, yang berputar kembali ke daerah Padat karya. Sempat mondar mandir di gang mencari rumahnya, yang akhirnya ketemu, setelah kembali bertanya. Alhamdulillah, mendapat kabar yang baik juga. Namun ya kembali lagi, beberapa bulan hanya dirumah saja, tentu menjadi tekanan sendiri bagi setiap ananda.

Mengejar waktu, kami berlanjut lagi akan berangkat ke rumah ananda Fathan Athallah. Eh, baru keluar pintu, ada ibunda Eghi yang menunggu kami. masyaAllah, merasa tidak enak karena tidak bisa menemui kami ketika dirumah kami, menyusul lah dari jalan timur indah ke padat karya hanya untuk bisa bertemu kami. Terimkasih bu.

Perjalanan terakhir sebelum dzuhur kami berlanjut lagi ke rumah Ananda Fathan di jalan manga. Yang salah menggunakan ingatan kami ke panorama, yang ternyata adalah jalan manggis. Alhasil kami putar balik, dan sampai kerumah ananda. Makin putih dan tinggi tentunya, namun ketika kami akan kembali pergi, rayut wajah akan kangennya sekolah begitu tampak di wajah ananda.

Kami akhiri dulu perjalanan awal, kembali ke sekolah dan bersiap sholat dzuhur.

Ingin di lanjutkan, tapi sambung next tulisan ya, hehe.

(Maaf kalau masih ada yang typo, langsung post tanpa editing)
Selasa, 09 Juni 2020 0 komentar

Asma Nadia – Isa alamsyah – Dewa Eka Prayoga

Assalamualaikum sobat pembaca. Dari judul udah menarik lah ya. Secara nama para penulis terkenal yang ditampilkan, setidaknya akan menarik perhatian.

Seperti janji kemaren yang tertunda. Kali ini akan sedikit bercerita dan sharing terkait apa yang saya dapatkan mengikuti live facebook sharing seputar dunia kepenulisan.

Langsung praktek pertama yang saya lakukan seperti di tulisan kali ini, yaitu judul. Menggunakan personal branding orang lain untuk menarik perhatian. Nah berbicara tentang personal branding, ini akan jadi bahasan pertama dulu.

Kebetulan ketika saya mengikuti livenya, ketika moment personal branding lagi dibahas sama kang Dewa Eka Prayoga. Yang belum tahu Dewa Eka Prayoga bisa searching dulu di internet. Penulis dan pengusaha sekelas beliau, tentu memiliki banyak cara untuk mengolah personal branding. Dimana dengan memiliki branding kita akan lebih mudah dikenal.

Nah, jika berhubungn dengan tulisan, kalian ingin menjadi penulis seperti apa?

Tahu Aqua, Vespa, pepsodent? Maaf nih ya menyebut merk. Namun kita telaah sedikit hal ini. Sering kali ketika menyebutkan hal-hal yang barang dasarnya bukan hal tersebut namun yang tercetus adalah nama-nama merk tersebut. Seperti Aqua. Padahal yang kita inginkan air mineral, tapi tetap saja bertanya, ada aqua? Itulah, aqua memiliki personal branding kuat sampai disebutkan secara tidak sadar oleh kita.

Belum lagi pepsodent, padahal yang dicari adalah pasta gigi. Pasti sering bertanya dulunya ketika ke warung, ada pepsodent pak? Meski merknya yang lain namun yang disebutkan tetap saja hal tersebut. Karena pepsodent sudah memiliki power kuat dalam brandingnya.

Saya sendiri dulunya membangun branding ketika masih aktif dalam kegiatan motivasi dan pelatihan menjadi trainer kepenulisan. Boleh anda coba ketik di google IMAJIVATORPRENEUR, saya berani jamin, sampai sekarang yang akan keluar adalah berkaitan dengan blog saya. Memang namanya sedikit rumit, namun perlahan banyak yang terbiasa dengannya.

Nah, kurang lebih singkatnya itu bagian tentang branding. Kalau penjelasan lebih panjang nanti bisa jadi seminar, hehe. Di sesi ini kebetulan saya banyak mendengar ketika Dewa Eka Prayoga yang sedang berbicara, nah ada slide contoh bagaimana membangun design brand dengan semua komponenya sehingga tujuan menjadi jelas. Yang mau hasil screenshootannya boleh komen aja, atau inbox facebook saya.

Lalu mulai berbincang hal-hal lain terkait dengan buku.

Gambar hanya pemanis, flashback pelatihan tahun 2016

Satu mindset yang selalu saya ingat, ketika mulai menulis, jadilah penulis. Kenapa? Karena ketika kita melakukannya sembari merangkap yang lain, tulisan kita tidak akan selesai-selesai. Jangan jadi editor apalagi penyunting. Dijamin tulisan akan berhenti disana saja. Lakukan editing setelah selesai tulisan.

Bagi saya menulis blog ini adalah sebuah kebiasaan agar saya terus bisa ada ruang menulis dengan rileks santai, sembari menerima kritikan dan masukan untuk perbaikan. Dengan sering menulis kita akan mudah dan terbiasa menulis.

Maaf kalau acak yang disampaikan, saya hanya menyampaikan apa yang ingat dan menempel ya. Hehe.

Lalu berbicara dengan komitmen. Ketika mennjadi penulis, kita perlu berkomitmen pada diri sendiri dan meluruskan niat selurus-lurusnya, ingin menjadi penulis yang seperti apa. Hanya sekedar menulis saja lalu sudah. Atau benar-benar menjadikan tulisan kita bermanfaat untuk orang lain. Bagaimana caranya? Ya tulis dan publikasikan. Bisa dengan di media sosial, atau dicetak secara massal.

Mbak Asma sendiri juga menyampaikan bahwa begitu butuhnya mentor dalam menulis. Seperti layaknya seorang murid yang perlu guru untuk membimbingnya. Itu juga yang mennjadi cerita awal beliau bersama dengan kakaknya Helvi Tiana Rosa membentuk FLP. Agar bisa sharing dan saring. Bertukar pikiran dan menambah ilmu.


Sekelas mbak Asma saja pernah punya pengalaman yang membuat beliau seperti tidak ada apa-apanya. Beliau bercerita bagaimana ketika pernah diundang untuk ikut pelatihan kepenulisan seasia. Membawa 10 buku terbitnya, dan beberapa bab naskah yang sedang diprosesnya. Mbak Asma sendiri mengatakan, bahwa setelah dikoreksi habis-habisan tiga bab pertama naskah yang sedang digarapnya itu, beliau langsung merasa semua yang ditulisnya hanyalah halaman kosong saja. Sekelas beliau saja merasa seperti itu dalam belajar, apalagi kita. Diatas langit selalu ada langit.

Bermodal nekat, Allah sempatkan di 2015-2017 untuk bisa membagikan ilmu tentang kepenulisan. Berbagi dengan teman-teman, membantu menerbitkan, hingga akhirnya muncul penulis-penulis baru dan mentor-mentor dengan modal yang tak akan membuat malu.

Sekali berkomitmen untuk menulis dan ingin jadi penulis, maka jangan pernah berhenti memproduksi dan menulis. Salah satu pesan yang saya tangkap dbagian lainnya. Kalau Kang Dewa sedang menantang dirinya untuk bisa menulis tujuh buku tahun ini, begitu juga mbak Asma yang merutinkan dirinya minimal 2-5 buku dalam setahun harus bisa dihasilkan. Paling minim, satu tahun harus publish satu buku.


Idealnya usahakan enam bulan satu buku. Begitu pesan lain yang ditangkap dari mbak Asma. Tiga naskah terpendam, plus dua rencana menulis duet, rasanya bisa menjadi modal untuk rencana saya publish karya dalam dua tahun kedepan.

Tentunya banyak lagi ilmu yang disampaikan, namun segini dulu yang mampu dikeluarkan dalam bentuk tulisan.

Oyasuminasai minna…

Foto-foto yang ada hanya pemanis ya, hehe. Ketika dulu diizinkan Allah bertemu langsung dan belajar dengan Mbak Asma dan Pak Isa, serta buku teman-teman yang terbit dari pelatihan bersama saya 2016 lalu.








Senin, 08 Juni 2020 0 komentar

Si pecinta warna biru 5 juz.

Tengah malam, belum bisa tidur setelah mati lampu dan ide memaksa untuk keluar. Ya sudahlah, mungkin akan bergadang pake banget, besok tinggal tidur siang aja deh ya.

Assalamualaikum sobat pembaca. Kembali bercerita jejak angkatan 6 yang terlintas secara acak. Kali ini akan bercerita seorang anak tilmidzat yang saya sepakat jika tidak pernah dipanggil karena masalahnya. Dan selalu menyandang minimal dua penghargaan bintang disetiap semester diangkatannya.

Annisa Zaahiyah nama lengkapnya. Nisa atau ica sapaan akrab oleh teman-temannya.

Di awal masuk penyuka warna biru ini terkenal dengan kepolosannya bahkan sampai sekarang pun iya. Momen pertama kepolosan yang paling melekat, saat itu adalah ulangan bahasa Indonesia, dan kebetulan saya menjadi pengawas dikelas mereka. Lalu bertanyalah dengan benar-benar bertanya arti dari kata dangkal itu apa. Saya yang penasaran membaca dulu soal dan pilihan gandanya. Akhirnya tidak bisa membalas tanggapan, karena dangkal adalah jawabannya.

Awalnya tidak percaya, apa sebegitu tidak tahunya atau main-main nih. Hehe. Soalnya dengan beberapa angkatan sebelumnya terkadang kalau tidak mengecek soal, terjebak dengan bertanya seolah-olah ada soal yang tidak dipahami namun ternyata petunjuk untuk jawabannya.

Setelah ditelisik memang tidak tahu sama sekali artinya. Namun tetap tak bisa diberitahu ketika ulangan dong artinya, hehe.

Setelah makin lama, dalam keseharian barulah disadari memang kosakata yang tidak biasa Si Nisa, begitu saya biasa memanggilnya, tidak ada dalam pemahaman nisa. Banyaklah terkadang terjadi kelucuan dengan beliau karena begitu banyaknya hal yang terkadang beliau belum bisa langsung mencernanya. Dan julukan si polos itu memang cukup melekat.


Namun di tengah-tengah itu ada hal yang akhirnya saya sadari. Betapa terjaganya sang hafizhah ini. Ditengah candaan, saya sering berpikir bagaimana penjagaannya dirumah, didikan orangtuanya dan semua hal, sampai istilah umum apalagi yang kurang baik beliau tidak mengetahuinya. Salah kalau dibilang itu kebodohan, tapi saya menyebutnya kemurnian. Sebuah pribadi yang bersih terjaga dari pengaruh luar. Semoga tidak berlebihan ya, hehe.

Setelah beberapa kali berbincang dengan ayahnya. Barulah saya bisa memhami bagaimana atmosfir kemurnian itu didapat. Keluarga yang dibentuk, prinsip yang ditekankan, ah, tak mampu langsung mencernanya sekaligus, namun bisa dipahami.

Keisengan tentu menjadi ciri khas saya. Sekali mencoba usil dengan sedikit marah dengan beliau. Yang akhirnya hampir menangis. Tentu setelah minta maaf kembali cair. Hehe, maaf sudah jahil ya nak.

Beranjak kelas dua, tentu perkembangan beliau juga Alhamdulillah. Salah satu yang paling menonjol dibidang hafalan. Dan saudaranya yang memiliki karakter 360 derajat namun tetap saling peduli, satu sekolah dan masuk menjadi adik kelasnya. Oke, kita belum akan membahas si ilak ya, hehe.

Karena ketika nisa di kelas satu yang saat itu saya menjadi guru Konseling untuk kelas 7 talamidz dan tilmidzat, begitu banyak menerima curahan ceritanya.

Masih ingat bagaimana si Nisa sering kali dengan kepolosannya, sangat mudah terbawa suasana, dan juga sulit untuk menolak hal-hal tertentu. Dengan empati yang tinggi, selalu membawa pemilik ketawa khas ini sesekali terjebak dengan kebaikannya yang tulus.

Sebagai guru konseling, cukup sering untuk menjadi tempat ceritanya. Awalan cerita sebelum memulai dengan gaya lucu bicaranya dan jari telunjuk yang menghadap keatas, pasti bilang gini, “tapi janji ustadz nggak bilang siapa-siapa ya” plus cengiran atau kemurungannya. Tergantung kondisinya saat itu. Cukup banyak hal-hal rahasia bagi dirinya atau solusi yang ingin dipikirkannya didiskusikan. Sebagian besar masih agak menempel cerita-ceritanya.

Sampai, ketika sudah naik kelas dan tidak lagi mengajar di kelas delapan saat itu. Masih sesekali nisa mencari waktu untuk bertanya dan cerita. Sampai adiknya ilak, kata si Nisa pernah dibilangin “kok mbak sering ceritanya ke ustadz uus” kurang lebih gitu lah. Kami ketawa aja ketika nisa menceritakan itu. Eh ila belum tahu ya hal ini, hehe.

Di kelas Sembilan saya fokus dipembagian kelas laki-laki, hanya sesekali melihat kegiatan kelas yang dulu pernah diajar. Ah, satu kali pernah masuk ketika menggantikan ustadz merwan sebentar saat beliau ada keperluan di kantor. Mengajarkan tentang internet dan computer (pindah lagi kan mapelnya)

For the last, meski tak akan bisa diceritakan semua secara detail, dengan berbagai momen dan rasa perpisahan, Seorang yang namanya hanya beda satu huruf dengan nama karakter cerpen yang saya buat beberapa tahun lalu bisa lihat di tulisan bagian https://izzuddinalqosam5.blogspot.com/2016/09/review-cerpen-dalam-kumcer-surat-dari.html ya, hehe. Meninggalkan tangisan yang pecah di hari pelepasan. Sampai tangan bergetar saat diminta memfotonya dengan guru lainnya.


Doa terbaik semoga istiqomah, dan bertambah 5 juznya sampai nanti 30 juz. Aamiin.

 


0 komentar

Memoriam di pertambahan umurku…

Assalamualaikum, sobat pembaca. Sesuai rencana, akan menulis tentang beberapa memoriam dengan angkatan 6. Sudah mulai berterbangan ide yang akan ditulis, dan akan dimulai dari topik ini terlebih dahulu.

Sebelumnya kenapa saya menulis berbagai moment dengan angkatan ini. Tak ada maksud apa-apa selain ya menulis saja. Ide bergulir saja ketika setelah angkatan yang tanpa peripsahan secara besar-besaran ini terjadi.

Adapun jika kenapa tidak menulis angkatan-angkatan sebelumnya. Jika ditelusuri, ada kok beberapa tulisan terkait dengan kejadian-kejadian yang dialami oleh angkatan sebelumnya. Dan juga setahun semenjak tahun lalu juga sedang break nulis, jadi ya bukan sengaja ya, hehe (karena ada alumni yang bertanya, J)

Nah, apa sih yang mau saya ceritakan malam ini. Tak ada yang spesial, selain berhubungan dengan hadiah. Alhamdulillah banyak hadiah yang selalu para anak murid dan orangtua berikan disetiap waktu yang takkan bisa tergantikan. Namun momen kali ini saya hanya ingin membahas di momen pertambahan umur saya.

Setiap tahun terhitung tiga tahun lalu disetiap umur bertambah, selalu ada satu orang yang tak pernah terduga memberikan kado sederhana. Memang saya mulai mencoba untuk tidak ada perayaan dan peringatan berlebihan dengan hal ini. Karena tidak diajarkan. Namun selalu mencoba mensyukuri dengan cara sendiri.

Dimulai ketika 5 september 2018. Saat itu masih dua bulan pertama dalam proses pembelajaran. Mendapatkan satu hadiah berbentuk bunga, yang mana juga ini bunga pertama yang pernah didapat. Tentunya bunga sintetis ya, hehe. Dikasih sama Afifah, si 50 kilo (begitu julukan yang diberikan karena BB.nya hihi).


Sempat salah paham oleh adek kelasnya, karena dikira suka sama guru. Haha, padahal saat itu yang dikasih oleh Afifah lebih dari dua orang yang ultahnya berdekatan. Emang gaya anaknya aja suka gitu.

Masih di momen 5 september 2018. Di bulan ini sedang masa transisi emosi karena sedang mendapat tekanan akan sesuatu. Yang mengakibatkan memberikan suasana tidak menyenangkan untuk beberapa guru sampai dipanggil kepala sekolah, dikiranya da maslaah dengan sekolah. ups, hehe.

Meski di depan murid mengajar dengan gembira dan bahagia. Namun selepas itu ekspresi muka kembali murung dan frustasi. Karena sedang banyak hal terjadi yang mana tidak ada hubungan dengan sekolah sama sekali, hanya saja efek dan dampak yang saya lempar malah terasa oleh kawan-kawan sendiri.

Saat itu sedang berjalan turun dari arah kantor menuju toilet. Lewat dikelas talamidz (baca laki-laki) tiba-tiba seorang laki-laki putih dan agak tinggi memanggil.

“ustadz…ustadz”

Seketika berhenti dan menoleh. Oh Faizh rupanya.

“Apa iz” tetap dengan muka datar yang sedikit dipaksakan tersenyum menjawab.

“ini tadz” Faizh menyerahkan sebuah bungkusan kado rapi, “selamat ulang tahun ya tadz” kembali senyuman ringan nan tulus itu terlukis di wajah sederhananya.

Saya hanya bisa diam tanpa kata menjawabnya dengan senyuman. Singkat namun entah kenapa menjadi setengah pereda kegundahan hati kala itu. Alhamdulillah. Kado sarung itu sampai sekarang masih dipakai. Semoga ketika dipakai ibadah sampai kepadamu ya nak.

Lalu ketika mereka kelas Sembilan. 5 september 2019.

Saya sudah kembali mengajar angkatan ini, lebih tepatnya di kelas talamidznya.

Saat itu setelah sebulan berjalan pembelajaran. Di hari pertambahan umur secara hitungan masehi, kembali dikejutkan dengan hadiah unik yang tentu tak pernah terduga. Memang saya sudah memperhatikan ketika pelajaran saya, anak ini sibuk menggunting kertas, mengelem dengan lakban, namun tidak ketinggalan untuk memperhatikan semua bahasan soal yang ada.

Tak berpikir apa-apa hanya menganggap biasa saja. Mungkin lagi bosan jadi bikin mainan.


Setelah agak sore, menuju ashar dan jam pulang. Hampir mirip kejadian seperti Faizh ditahun sebelumnya. Saat itu baru saja turun dari arah kantor dan berjalan ke arah kelas yang paling ujung. Pas lewat di depan kelas talamidz angkatan ini seperti dejavu langsung dipanggil sama Imam Ropid, atau opik sapaan akrabnya.

“Tadz…tadz…” sembari memberikan sebuah tumpukan kertas “happy birthday yo tadz”

Saya terpaku sebentar dan menerima itu. Ternyata itu yang sibuk dibikin dari siang toh, hehe. Jazakallah ya nak. Sebuah flip kertas yang membentuk wajah senyum dan ucapan ultah. Unik dan pertama kali.

Untuk sarung dan barangnya tak bisa ditampilkan fotonya, karena sedang di tempat lemari dan penyimpanan, hehe.

So, itulah tiga barang yang pernah mampir di moment pertambahan umur secara masehi. Ah, plus satu lagi, sebuah kertas ukiran nama yang dibuat oleh Niswa. Yang dari Kpop sekarang tobat, tapi ngehalu ke Anime. Geleng-geleng aja mah.

Pada dasarnya mengingkari perayaannya pun ucapan ulangtahunnya. Semoga siapapun dimanapun dan kapanpun Allah selalu berkahi umur kita untuk menjadi kebermanfaatan bagi orang lain aamiin.


Minggu, 07 Juni 2020 0 komentar

Antariksa – Galaksix Flashback

Assalamualaikum sobat pembaca. Kembali memulai tulisan.

Dari berbagai ide yang muncul, akhirnya memilih ini. Saya akan flashback membahas angkatan 6 yang baru saja dilepas dan lulus 100 persen Alhamdulillah.

Generasi transisi, yang memulai kelas 7 dengan sekolah ketika pertama di akreditasi. Generasi yang juga memiliki berbagai momen mengukir sejarah prestasi dengan semua lini. Dari Olahraga, Keislaman, Bahasa, sampai akademik mata pelajaran.

Setiap angkatan tentu memiliki ciri khas dan keseruan tersendiri, dan akan selalu ada yang membekas di hati. Bagaimana angkatan 7 dan 8 di masa depan? Semoga saya masih bisa membersamai kalian, hehe.

Setelah selesai pelepasan dan penyerahan kelulusan beberapa hari lalu, tentu semua berputar kembali tiga tahun belakang yang berlalu begitu cepat, kalau kata si bintang hafizhah. Beberapa hari kedepan saya akan membahas momen-momen yang masih bisa saya ingat dan ceritakan tentang angkatan kali ini. Angkatan tahan banting yang memulai masa depan ditengah pandemi.

Cukup bingung ingin menjabarkan darimana. Hm…

Dari awal masuk dan pendaftaran. Angkatan ini masih sempat merasakan untuk menginjakkan kaki di tempat awal bergeraknya SMPIT Khairunnas. Yaitu di lokasi di Lingkar Barat, kota Bengkulu. Meski tidak sampai melalui proses belajar mengajar disana, namun pendaftaran dan pengenalan sekolah awal, masih dimulai dari sana.

Di angkatan ini pertama kali saya mendapat tugas membantu tes seleksi untuk penerimaan. Di pertama ini langsung mendapat bagian wawancara orangtua. Jelas awalanya bingung, namun bismillah. Salah satu momen yang cukup tidak nyambung ketika saat itu mewawancarai orangtua dari Reina. 70 persen yang kami bahas malah kakaknya yang begitu banyak kisahnya disekolah, J

Lalu, bercerita singkat awal masuk sekolah. Pengenalan sekolah mereka masih di lokasi lama kalau tidak salah ya, lalu ditutup dengan kegiatan di pantai. Dan disini juga pertama kali mulai mengenalkan panahan. Angkatan pertama yang melakukannya.




Di angkatan ini pertama kali saya menjadi pendamping wali kelas di kelasnya talamidz (baca : laki-laki). Lalu memegang dua mata pelajaran. Bahasa inggris sesuai jurusan, lalu Bimbingan konesling untuk kelas tujuh.

Untuk kisah-kisah panjang, mungkin di berikutnya akan ditulis dengan spesifikasi karakter di setiap moment, hehe. Untuk pembukaan ini singkat aja dulu.

Alhamdulillah, sebagian besar sudah pada diterima di sekolah favoritnya atau pilihannya. Beberapa ada yang akan keluar kota Bengkulu, banyak juga yang akan tetap di dalam kota Bengkulu. Dan juga di angkatan ini 70 – 80 persen mendapatkan selendang hafalan. Pencapaian kemajuan yang Alhamdulillah juga, tahun ini peningkatan, karena ada yang menyelesaikan hafalan sampai 5 juz. 3 juz beberapa orang. Dan cukup banyak juga yang dua dan satu juz.


Karena kondisi berbeda tahun ini mungkin tidak menggunakan bintang khusus. Kalau ada, 4 bintangnya sudah terbayang. Dua bintang oleh satu tilmidzat, satu bintang timidzat lainnya, satunya bisa jadi talamidz. Sengaja tidak disampaikan apa bintang dan siapa orangnya, meski jika yang paham sudah bisa menebak, hehe.

Sepertinya itu singkat malam ini, dan jika masih kuat akan langsung disambung dengan tulisan berikutnya. Memulai kisah beberapa karakter angkatan ini,hehe.

Oyasuminasai.😉


0 komentar

Bingung mau nulis apa…

Assalamualaikum sobat pembaca. Di hari ahad yang cerah ini sudah ngapain aja?

Hm… dari pagi banyak ide yang bersliweran tapi tak ada satupun yang bisa langsung dieksekusi. Banyak pertimbangan sana-sini ketika ingin dituliskan. Efek kebanyakan mikir sih, padahal nulis tinggal nulis aja ya kan, hehe.

Inilah kalau sedang writerblock. Bisa jadi karena tidak ada ide yang untuk dituliskan, atau terlalu banyak ide yang ingin dituliskan. Jadi ya ginilah bingung sih.


Kalau ingat tips dua penulis favorit yang Alhamdulillah diberikan kesempatan bertemu langsung. Yaitu Asma nadia penulis yang bukunya pertama kali saya baca ketika kelas 2 SMA, yaitu buku serial Aisyah Putri. Dan kakaknya Helvi Tiana Rosa, dimana kumcer Mas Gagahnya yang tak pernah bosan meski lebih sepuluh kali dibaca.

Alhamdulillah 2016 lalu berkesempatan bertemu langsung di Jakarta dalam pelatihan yang mereka adakan. Penulis nasional sekelas merekapun terkadang memiliki writerblock juga. Kebuntuan dalam menulis, terkadang mereka rasakan. Dan mereka memiliki cara yang berbeda masing-masingnya untuk mengatasinya.

Jika Helvi Tiana Rosa, dosen Bahasa ini ketika menemui writerblock, beliau akan meninggalkan naskahnya terlebih dahulu. Refreshing, keliling, agar otak kembali cair dan bisa menulis kembali. Berbeda dengan penulis yang sudah keliling berpuluh Negara di dunia melalui tulisannya, Asma nadia. Penulis senior satu ini, jika menemui kebuntuan dalam menulis dia akan tetap bertahan didepan laptop atau komputer menantang diri sendiri agar memecah kebuntuak dan kembali melanjutkan tulisan.

Sekelas mereka aja bisa mendapati momen demikian, apalagi sekelas saya yang masih sangat pemula, dan intens menulisnya masih naik turun dan baru belajar.

Dari semalam ingin merencanakan menulis dua kali hari ini di blog sederhana yang kontennya hanya tulisan ringan sehari-hari.

Banyak sekali yang ingin ditulis. Dari mau mencoba membahas anak kelas 9 yang baru pelepasan dengan berbagai momen. Menulis barang-barang yang menjadi jejak peninggalan secara pribadi yang dikasih dari anak kelas 9. Sampai mau menulis tentang Tegami, surat. Berhubung memiliki surat-surat unik dari anak murid, hehe.

Tapi setelah mikir sana-sini. Merenung sana-sono, bingung mau nulis gimana, yang mana dan dari mana. Akhirnya masih belum jadi ingin menuliskan apapun. Dan sampai saat ini belum juga menulis. Hm…

Padahal banyak momen dan cerita yang bisa diangkat. Selain itu sedang mencoba membuat konten dan kegiatan positif selama liburan nanti. Terutama dengan banyak agenda dengan anak murid. Dua utama diantaranmya berhubungan dengan tulisan. Namun karena idenya bingung sana sini, rancangannya masih belum rapi. Ya karena bingung mau nulis apa.

Semoga malam nanti sudah ada bisa coretan yang bisa dirampungkan untuk agenda-agenda liburan selama stay at home. Dan juga bisa menuliskan sesuatu di blog ini meskipun tidak terlalu panjang.

Udah agak sedikit cair kepala, semoga setelah ini bisa menulis dan upload di blog.


Sabtu, 06 Juni 2020 0 komentar

Spoiler terakhir dari naskah ketiga yang terpendam : Bagian Ke Lima (Voldemort in Bengkulu)

Professor Al dan kelima pemain uji coba yang sekarang harus berhadapan dengan kenyataan yang tidak pernah terbayangkan.

Mobil Kijang putih berhenti tepat di depan Masjid dekat Lampu merah, yang posisinya tepat di seberang Gardu Listrik. Professor Al, Reno, Fathimah, Zaza, Zaid, dan sherly turun dari mobil dan langsung merasakan hawa dingin yang luar biasa, meskipun mereka sudah memakai jaket.

Mereka langsung melihat Voldemort yang sedang melayang di tengah Gardu Listrik sambil menyerap energi listrik yang ada. Dementor mengelilingi voldemort terlihat seperti memujanya. Semua kaki mereka gemetar. Fathimah dan Zaza sampai terduduk karena ketakutan, dan merekapun hanya mampu mengucap dzikir. Hal itu secara sekilas menjadi perhatian Sherly lagi. Meskipun secara mental dia masih sanggup berdiri melihatnya, namun hatinya sangat ketakutan.

“Prof, apakah kita akan berdiam diri saja tanpa melakukan apapun?” Reno yang juga sebenarnya ketakutan bertanya sambil tetap memandang kejadian mengerikan itu.

“Tidak tahu Reno, apa yang bisa saya pikirkan adalah kalian berlima bertarung melawannya seperti di game” dengan sedikit bingung professor menjawab Reno.

“Gila itu prof, kalau kami mati bagaimana?” Sherly yang merasa kurang setuju dengan hal itu memprotesnya.

“Ya, saya belum memikirkan lebih jauh. Tapi sudah ada jatuh korban, berdasarkan apa yang kami analisis dan teliti, kalian memiliki hubungan dengan kejadian ini. Dan ada peluang kalian yang bisa menyelesaikan ini” professor dengan bingung merespon apa yang disanggah Sherly.

Semua bingung dan hanya bisa diam, sementara Voldemort semakin menjadi-jadi menyerap energi listrik kalau dibiarkan Kota Bengkulu akan kehilangan energinya.

Avada Kedavra”

Secara mendadak Reno maju dan mengarahkan tongkat mekanik yang dibuat oleh AlCorp nya ke arah Voldemort dan kilatan cahaya hijau keluar dari tongkat Reno. Cahaya itu terpental dan tidak mengenai Voldemort. Ada pelindung di sekitarnya untuk menjaga Voldemort dari pengaruh energi luar.


Voldemort yang terganggu langsung menoleh ke arah Reno dan yang lain. Dan dia berdesis seperti ular, saat itu juga tujuh dementor yang mengelilinginya langsung melayang ke arah mereka.

Professor Al dan yang lain langsung lemas tanpa bisa bergerak. Reno yang masih berdiri langsung mengarahkan tongkatnya ke arah Dementor yang datang dan mengucapkan mantra yang sudah dilatihnya.

“Expecto Patronum”

Cahaya putih membentuk Rusa Jantan keluar dan menghalau para dementor untuk mendekat, tapi itu saja tidak cukup. Cahaya patronus Reno sudah mulai meredup.

“Teman-teman keluarkan mantra patronus kalian juga, aku tidak cukup kuat menahannya. Ayolah, InshaAllah ini bukan sihir yang seperti kita bayangkan, tongkat yang kita pakai juga dibuat dari bahan mekanik elektrik yang menyalurkan energi listrik dari game yang ada pada tubuh kita. Ayo teman-teman...!!!” sembari mempertahankan sihirnya, Reno berteriak kepada teman-temanya.

Sherly yang memang atheis langsung berdiri di samping Reno dan mengucapkan mantra seperti Reno, seekor cahaya yang berbentuk kelinci berlari melingkari Dementor terlihat seperti mengusirnya.

Zaid dan Zaza juga mulai berdiri dan mengucapkan mantranya Cahaya yang membentuk Singa jantan dan Kangguru keluar dan berdiri sejajar dengan Rusa dan kelinci Reno dan Sherly.

Perlahan Dementor itu mulai melemah, dan tidak mampu menembus benteng Patronus yang dibuat oleh mereka. Namun ketujuh dementor itu bergabung dan menjadi satu dementor yang besar dan membuat semua Patronus lenyap.

Seklai lagi Reno, Sherly, Zaza, dan Zaid berdiri sejajar dan mengucapkan mantranya dengan serentak,

“Expecto Patronum”

Sebuah cahaya berbentuk kubah cembung menyelimuti mereka namun belum cukup kuat. Sherly menoleh Fathimah dengan wajah memohon. Dengan berat hati Fathimah berdiri di samping Zaza dan membayangkan Kenangan sebelumnya, lalu mengucapkan mantranya,

“Expecto Patronum”

Seekor berang-berang raksasa yang terbuat dari cahaya keluar dari tongkat Fathimah. Yang akhirnya membuat Dementor terpecah kembali dan melayang balik ke arah Voldemort.

Voldemort menghentikan penyerapan listriknya. Dia mulai melayang turun ke jalan raya yang sepi, karena semua warga sudah memasuki rumah dan tidak ada yang keluar dengan peringatan sebelumnya.

Perlahan dia mulai jalan ke arah Reno dan kawan-kawan. Dengan tangannya dia membentuk sebuah tongkat dari kilatan listrik di telapaknya. Lalu mengarahkan tongkatnya ke arah Reno dan lainnya. Tanpa perlu mengucapkan mantra kilatan cahaya kuning keluar dari tongkat di telapaknya, mengenai ban mobil Professor yang langsung pecah dan meledak.

Voldemort semakin mendekati mereka yang bersembunyi di balik mobil.

“Dalam hitungan ketiga, langsung ucapkan mantra paling ampuh ya, seperti yang ku ucapkan di awal tadi,” Bisik Reno, semuanya mengangguk kecuali Fathimah. Hal itu tidak terlalu diperhatikan oleh Reno.

Langkah kaki Voldemort sudah mulai terdengar, dan hawa semakin dingin dengan Dementor yang juga mengiringinya.

Reno sudah siap dengan aba-abanya. Fathimah yang tetap bersikukuh tidak mau ikutan, duduk agak mundur diikuti Professor Al yang hanya bisa melihat.

“Satu...dua...tiga...”

Reno, Sherly, Zaza, dan Zaid berdiri langsung mengucapkan mantra sambil mengarahkannya ke arah voldemort.

“Avada Kedavra”

Empat cahaya hijau menuju ke arah Voldemort, dengan satu gerakan dia menepis semua itu. Kekuatan listrik yang di dapatnya cukup membantu menambah kekuatan yang ada pada voldemort.

Sekarang semuanya saling berhadapan di perempatan jalan. Voldemort mulai mengarahkan tongkatnya ke arah Reno dan yang lainnya. Ketika cahaya kuning keluar dari tongkatnya...

Allahu akbar...allahu akbar...”

Adzan Isya berkumandang, dan tiba-tiba cahaya kuning dari tongkat Voldemort menghilang. Voldemort pun merasakan sesuatu yang aneh, dan seketika dia melayang menjauhi tempat itu bersamaan dengan Dementor yang mengikutinya.

Suara adzan sudah memberikan pengaruh gelombang yang sangat kuat. Gelombang suara dari energi yang ada pada suara adzan yang dimaksimalkan dengan pengeras suara khusus ternyata mampu mengalahkan energi yang ada pada Voldemort.

Memang semua masjid di Bengkulu menggunakan pengeras suara yang mampu mengeluarkan energi listrik dari gelombang suara yang dihasilkan. Yang mana jika adzan berkumandang maka semuanya yang memiliki energi listrik yang sedang beroperasi akan terhenti sementara sampai adzan itu selesai. Hal itu menjadi sebuah pertolongan tidak terduga sebelumnya oleh Reno dan lainnya.

Mendengar Adzan itu, Fathimah yang dari tadi ketakutan menjadi tenang, dan menjadi yang pertama untuk langsung menuju masji dekat lampu merah Suka Merindu itu.

“Nah biar tenang yuk kita Sholat dulu” Ajak Fathimah kepada yang lain.

Reno yang dari tadi sempat cemas, malah sekarang melongo melihat Fathimah yang begitu santainya mengajak sholat. Zaza dan Zaid tanpa banyak bicara mengikuti Fathimah, dan Sherly menunggu di teras.

“Udah, tenangin diri dulu yuk Ren,“ Professor menepuk punggung Reno menenangkan lamunannya sesaat. Lalu mengikuti langkah Fathimah dan lainnya yang sudah menuju masjid untuk melakukan sholat isya.


 
;