Sebenarnya terlalu lebay jika
di bilang tragedi sih, yang ada malah cerita singkat ini menurut saya adalah
lucu.
Sabtu lalu, 25 februari 2017.
Salah satu murid yang tidak pernah absen tiba-tiba tidak masuk. Tentu saja hal
ini menimbulkan sedikit pertanyaan. Namun menganggapnya biasa, namnya juga
manusia kan, hehe.
Usut punya usut, setelah senam
pagi bersama di sekolah, mendapat kabar bahwa murid yang tidak masuk itu
mengalami kecelakaan, dan sedang dirawat di Rumah Sakit Tiara Sella Bengkulu.
Tentu hal ini cukup membuat kami terkejut. Pasalnya, baru saja kemaren jumatnya
pulang dengan sehat setelah ujian praktek.
Tidak lama setelah senam,
kepala sekolah dan wakil kesiswaan berangkat untuk menjenguk ke Rumah Sakit. Saya
pun berinisiatif untuk mengajak teman kelasnya menjenguk selepas pulang
sekolah.
Setelah pulang dari memasang
spanduk sekolah di pasar panorama, saya kembali dan bersiap-siap.
Akhirnya yang siap berangkat
ada lima orang sudah termasuk dengan saya. Lala, Irvine, Zaky, dan Raka bersama
saya kami berangkat sekitar jam dua kurang lima belas menit menuju rumah sakit,
setelah berpamitan dengan guru lainnya.
Sekitar jam dua lewat sedikit
kami sampai. Naik ke lantai dua melalui tangga untuk menuju kamar Fadel yang
sedang dirawat. Setelah bertanya nomor kamar, pendengaran kami kurang baik
karena ingin buru-buru. Seharusnya ke nomor kamar 223, malah menuju ke 203.
Lala yang mengecek akhirnya keluar lagi karena salah kamar.
Setelah bertanya ulang barulah
kami menuju kamar 223, di tempat Fadel dirawat.
Ketika masuk, Fadel sedang
terbaring dengan infus ditangannya. Irvine, Zaky, dan Rhaka yang kelihatan
malu-malu sibuk ribut bertiga, tidak tahu mau berbicara apa. Sedangkan Lala
teman akrabnya hanya terdiam sambil saling berbicara dalam kontak isyarat
kepada Fadel.
Tidak lama kami disana,
ternyata seorang petugas masuk untuk memberi kabar bahwa Fadel akan di rontgen.
Kami berpikir untuk sekalian menunggu hasil Rontgen, berharap tidak terjadi
apa-apa. Kecelakaan yang terjadi jumat sore itu, ketika Fadel pulang jalan kaki
yang akhirnya di serempet motor dari belakang mengenai punggungnya. Berharap
punggungnya baik-baik saja.
Sembari menunggu, berbincanglah
dengan nenek Fadel. Lala, hanya terdiam, sedangkan tiga anak bujang sedang
sibuk main di tempat tidur pasien yang kosong di sebelah. Saya hanya tertawa
mendengar mereka bercanda.
Hampir setengah jam, Fadel
berama Ibu dan dokter kembali masuk ruangan. Alhamdulillah tidak ada yang
serius terjadi oleh Fadel, dan aman saja.
Setelah itu kami pamit pulang
karena waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat. Lala dan irvine pulang ke
rumah nenek yang tidak jauh lokasinya dari rumah sakit. Sedangkan Zaky dan
Rhaka kembali pulang ke rumah yang kebetulan satu arah.
Ketika kami keluar dari kamar
Fadel, belok kiri dari ruangan ada lift di samping kami. Baru saja teringat cerita
nenek yang sedikit memiliki claustrophobia,
phobia akan tempat tertutup dan sempit. Saya menantang mengajak mereka turun
memakai lift.
Awalnya mereka sedikit ragu, akhirnya
naik juga. Setelah kami naik, Lala masih di depan pintu. Dari sorot mata yang
agak ragu dan kening yang berkerut, awalnya saya kira dia takut untuk naik
lift. Setelah membaca eksprei wajahnya, ternyata karena kami laki-laki semua.
Akhirnya kami sedikit mundur
agar lala bisa masuk. Karena kelamaan, ketika Lala akan masuk, tertutuplah
pintu lift. Saya yang ingin menekan tombol penahan pintu malah tertekan tombol lantai dasar. Spontan kami tertawa sekaligus
bingung, Lala yang tidak ikut turun bersama, dan kami yang turun entah kemana.
Setelah beberapa detik, pintu
lift terbuka, dan ternyata kamipun berada di lantai radiologi dan kamar mayat.
Haha, bingung bercampur lucu akhirnya lari mencari jalan keluar. Sampai di
tempat parkir menunggu Lala yang akhirnya turun pakai tangga.
Lala yang menahan tawa, kami
yang tertawa lepas. Sungguh tragedi komedi yang tak akan terlupakan. Semua
gara-gara lift.
0 komentar:
Posting Komentar