Minggu, 26 Februari 2017 0 komentar

Tragedi Komedi Lift di Rumah Sakit Tiara Sella.



Sebenarnya terlalu lebay jika di bilang tragedi sih, yang ada malah cerita singkat ini menurut saya adalah lucu.

Sabtu lalu, 25 februari 2017. Salah satu murid yang tidak pernah absen tiba-tiba tidak masuk. Tentu saja hal ini menimbulkan sedikit pertanyaan. Namun menganggapnya biasa, namnya juga manusia kan, hehe.


Usut punya usut, setelah senam pagi bersama di sekolah, mendapat kabar bahwa murid yang tidak masuk itu mengalami kecelakaan, dan sedang dirawat di Rumah Sakit Tiara Sella Bengkulu. Tentu hal ini cukup membuat kami terkejut. Pasalnya, baru saja kemaren jumatnya pulang dengan sehat setelah ujian praktek.

Tidak lama setelah senam, kepala sekolah dan wakil kesiswaan berangkat untuk menjenguk ke Rumah Sakit. Saya pun berinisiatif untuk mengajak teman kelasnya menjenguk selepas pulang sekolah.

Setelah pulang dari memasang spanduk sekolah di pasar panorama, saya kembali dan bersiap-siap.

Akhirnya yang siap berangkat ada lima orang sudah termasuk dengan saya. Lala, Irvine, Zaky, dan Raka bersama saya kami berangkat sekitar jam dua kurang lima belas menit menuju rumah sakit, setelah berpamitan dengan guru lainnya.

Sekitar jam dua lewat sedikit kami sampai. Naik ke lantai dua melalui tangga untuk menuju kamar Fadel yang sedang dirawat. Setelah bertanya nomor kamar, pendengaran kami kurang baik karena ingin buru-buru. Seharusnya ke nomor kamar 223, malah menuju ke 203. Lala yang mengecek akhirnya keluar lagi karena salah kamar.

Setelah bertanya ulang barulah kami menuju kamar 223, di tempat Fadel dirawat.

Ketika masuk, Fadel sedang terbaring dengan infus ditangannya. Irvine, Zaky, dan Rhaka yang kelihatan malu-malu sibuk ribut bertiga, tidak tahu mau berbicara apa. Sedangkan Lala teman akrabnya hanya terdiam sambil saling berbicara dalam kontak isyarat kepada Fadel.

Tidak lama kami disana, ternyata seorang petugas masuk untuk memberi kabar bahwa Fadel akan di rontgen. Kami berpikir untuk sekalian menunggu hasil Rontgen, berharap tidak terjadi apa-apa. Kecelakaan yang terjadi jumat sore itu, ketika Fadel pulang jalan kaki yang akhirnya di serempet motor dari belakang mengenai punggungnya. Berharap punggungnya baik-baik saja.

Sembari menunggu, berbincanglah dengan nenek Fadel. Lala, hanya terdiam, sedangkan tiga anak bujang sedang sibuk main di tempat tidur pasien yang kosong di sebelah. Saya hanya tertawa mendengar mereka bercanda.

Hampir setengah jam, Fadel berama Ibu dan dokter kembali masuk ruangan. Alhamdulillah tidak ada yang serius terjadi oleh Fadel, dan aman saja.

Setelah itu kami pamit pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul tiga lewat. Lala dan irvine pulang ke rumah nenek yang tidak jauh lokasinya dari rumah sakit. Sedangkan Zaky dan Rhaka kembali pulang ke rumah yang kebetulan satu arah.

Ketika kami keluar dari kamar Fadel, belok kiri dari ruangan ada lift di samping kami. Baru saja teringat cerita nenek yang sedikit memiliki claustrophobia, phobia akan tempat tertutup dan sempit. Saya menantang mengajak mereka turun memakai lift.

Awalnya mereka sedikit ragu, akhirnya naik juga. Setelah kami naik, Lala masih di depan pintu. Dari sorot mata yang agak ragu dan kening yang berkerut, awalnya saya kira dia takut untuk naik lift. Setelah membaca eksprei wajahnya, ternyata karena kami laki-laki semua.

Akhirnya kami sedikit mundur agar lala bisa masuk. Karena kelamaan, ketika Lala akan masuk, tertutuplah pintu lift. Saya yang ingin menekan tombol penahan pintu malah tertekan tombol lantai dasar. Spontan kami tertawa sekaligus bingung, Lala yang tidak ikut turun bersama, dan kami yang turun entah kemana.

Setelah beberapa detik, pintu lift terbuka, dan ternyata kamipun berada di lantai radiologi dan kamar mayat. Haha, bingung bercampur lucu akhirnya lari mencari jalan keluar. Sampai di tempat parkir menunggu Lala yang akhirnya turun pakai tangga.

Lala yang menahan tawa, kami yang tertawa lepas. Sungguh tragedi komedi yang tak akan terlupakan. Semua gara-gara lift.
0 komentar

Kecanduan Scrabble. . .



Tahu dong permainan menyusun kata bahasa inggris yang satu ini. Yap, Scrabble. Sebuah permainan dimana ada sebuah papan yang siap diisi oleh kata-kata diatasnya. Beberapa blok memiliki warna khusus yang akan meningkatkan poin di dalam kata yang di pasang.


Pada umumnya, permainan ini digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat kemampuan kosa kata yang dimiliki dalam bahasa inggris. Namun, semakin kesini permainan ini menjadi lebih kompetitif. Setiap tahun pasti akan ada perlombaan permainan ini dari tingkat SMP sampai dewasa.

Tidak hanya dalam dunia nyata, permainan ini pun sudah ada dalam bentuk elektronik. Bisa dipakai untuk melawan komputer atau bermain sesama teman juga.

Biasanya yang membuat kecanduan itu adalah hal yang berbau menyenangkan dan sedikit maknanya. Seperti menonton, main, shopping, atau main games. Nah scrabble, yang notabene.nya tentang bahasa inggris, dimana beberapa orang menganggapnya adalah momok mengerikan apakah iya bisa menjadi candu?

Yap, that is what I feel, hehe.

Di tempat mengajar sekarang, hampir semua guru terutama yang laki-laki sangat candu dengan scrabble. Tidak hanya guru bahasa inggris lho, bahkan beberapa guru lain lebih semangat memainkannya.

Jadi jika ada waktu luang saja, yang dimainkan adalah srabble, tentunya hal ini sangat bermanfaat. Dari guru agama sampai matematika ikut memainkannya. Permainan sederhana bukan lagi menjadi sebuah kekhususan bagi mereka yang hanya mendalami bahasa inggris. Mereka yang tidak fokus dalam menempuh pendidikan disana pun bisa menjadi lebih ahli.

Saya saja dalam beberapa hari ini sangat candu untuk memainkan permainan ini di dalam laptop. Bahkan pernah dalam semalam menghabiskan empat ronde untuk mengalahkan komputer, hehe. Sekarang dari delapan tingkat kepintaran komputer, saya sudah melewati empat tingkatan. Dari sana lama-kelamaan pola permainan juga bisa saya ikuti dan menambah kata-kata yang bisa dimainkan meski belum tahu artinya.

Memang lucu sih candu hal yang berbau pengetahuan, tapi kalo sudah dinikmati jadinya keenakan dong. Daripada candu obat-obatan kan?

Pagi minggu ini saja sudah memainkan empat ronde, yang disambi dengan mencuci dan menjemur dua ember, hoho. Mumpung libur kesempatan beres-beres dan istirahat. Apapun yang kamu sukai yang penting baik dan bermanfaat ya.

Salam kebaikan.
0 komentar

Jadi Guru Komedi?



Kondisi sekolah yang sedang menjalankan program promosi sekaligus pemberian motivasi ke berbagai SD memberikan banyak pengalaman yang menarik. Beda tempat beda juga rasanya, dan lagi-lagi kembali menjadi anak kecil di depan mereka yang sedang menduduki kelas 6 SD.
Minggu ini adalah minggu terakhir dalam rangka promosi dan pemberian motivasi UN kepada anak kelas 6 SD. Awalnya ada dua sekolah yang akan di datangi, namun akhirnya hanya satu sekolah yang pas dan siap untuk di masuki.

SD IT Al-Aufa, daaerah hibrida, tempat kami menjalankan program yang sudah menjadi rancangan tim promosi dari SMP IT Khairunnas.

Kamis, 23 Februari Pukul 08.15 kami sampai di lokasi. Bertemu dengan kepala sekolah dan sedikit berbincang. Ternyata setelah kami, akan ada juga SMP lain yang melakukan promosi. Setelah sepakat dengan yang akan dilakukan, kamipun menuju ke kelas 6, disana bertemu dengan kakak yang dulu pernah tinggal satu atap ketika menjadi marbot Masjid, kak Sihardin.

Setelah dipersilahkan, kami mulai setting tempat dan peralatan yang akan digunakan. Ternyata Tiga Belas anak yang ada di dalam semuanya sudah mengenal ustadz Anas, yang dulu pernah di tempat yang sama. Dengan kondisi ini, saya berpikir bahwa promosi dan motivasi akan berjalan dengan lebih enak,

Pukul 08.35, saya memulai presentasi kepada semua anak yang ada. Melakukan motivasi kepada anak-anak tentu saja energi yang dibutuhkan jauh lebih banyak dan extra dibandingkan dengan orang yang lebih dewasa. Bukan berarti dengan mereka tidak menggunakan yang maksimal. Hanya saja tingkat penyerapan anak-anak yang berbeda dengan orang dewasa membuat kita harus lebih piawai membawakannya dengan menarik.

Kelas yang berukuran sedang dengan anak yang tidak terlalu banyak tentunya membuat pembawaan yang dilakukan semakin santai. Saya yang biasanya berdiripun, kali ini hanya duduk manis di depan kelas mereka.

Berbeda dengan presentasi di empat sekolah sebelumya, kami melakukan yang kali ini tidak terlalu energik dengan gerakan, tapi lebih dengan bercerita, dan menjadikan mereka sebagai objeknya. Alhamdulillah yang sederhana itu bisa masuk dan mengena kepada mereka.

Setelah sekitar satu jam presentasi motivasi dan menampilkan video promosi sekolah, kamipun menutup aksi dengan sedikit keriangan, yang di awal juga kami lakukan dengan senam pinguin.

Sebelum melangkah keluar, sembari mengemas peralatan saya mencoba mengetes alias tebak-tebakan kepada mereka. Saya menanyakan kepada mereka,

“Hayo kira-kira ustadz Anas mengajar apa?” mereka langsung menjawab dengan cepat dan lantang

“Matematika”

Sama ketika presentasi di SD 05 minggu lalu, semua murid langsung menebak bahwa beliau mengajar Matematika.

Nah, ketika giliran saya yang ditanyakan, jawaban tak terduga keluar yang membuat saya heran, sedih, sekaligus berpikir, kok bisa sampai terpikir seperti itu ya?


Ketika di SD 05 dulu, beberapa menebak saya guru Bahasa Indonesia atau IPA, yah masih dalam cakupan nama mata pelajaran yang umum. namun ketika disini saya tanyakan hal serupa satu anak spontan menjawab Guru Komedi. Adakah mata pelajaran Komedi?

Disini kadang saya merasa sedih. Hehe

Jujur saja dari dulu tidak ada yang pernah benar dengan langsung tepat menebak apa yang saya lakukan. Tiga tahun kuliah di awal, hampir ketika menanyakan tentang fakultas yang saya ampu, rata-rata menebak jurusan matematika, ataupun Fisika. Bahkan beberapa mengira saya anak fakultas Fisip, pertanian, ataupun hukum.

Tapi kali ini lebih beda lagi. Haha, tak ada yang pernah mengira akan menjadi Guru Komedi, dan seumur hirup baru kali ini mungkin ada di sekolah formal pelajaran Komedi. Sayangnya belum benar-benar ada, hanya sebuah jawaban polos dari seorang anak SD, hehe.

Yah, imajinasi yang tak terbats memberikan mereka berpikir untuk lebih luwes dan santai. Jadi kalau ada yang mau membuat mata pelajaran komedi untuk anak-anak agar tidak terlalu stress ya silahkan yang penting tetap dalam aturan dan tujuannya untuk kebaikan.

Salam Kebaikan.
Minggu, 19 Februari 2017 0 komentar

Ternyata ada yang kecewa.



Huh, dua minggu libur menulis ternyata ada sesuatu yang hilang pake banget. Jujur saja, ide banyak berseliweran silih berganti, tapi apa daya ketika harus melakukan sesuatu yang lebih penting dan urgent. Namun ini semua tidak bisa dijadikan alasan ya, tetap saja saya yang salah karena tidak bisa mengatur waktunya kan.


Nah, kembali memaksakan diri menulis, menggunakan 30 menit waktu sebelum maghrib. Sederhana saja untuk memulai menulis yang sempat terdiam. Selain itu kembali mengisi pelatihan menulis yang akan dilakukan dua bulan ini, rasanya hanya menjadi omong besar jika yang menyuruh tidak ikut menulis kan?

Sore ini pulang dari masjid DU, setelah saling bercerita dan bersilaturahim dengan teman-teman disana menambah banyak pencerahan dan ilmu baru.

Setelah tadi pagi melaksanakan jalan santai dalam acara MILAD Sekolah yang kelima sekaligus promosi untuk penerimaan siswa baru, langsung berpindah tempat ke masjid DU. Menikmati tidur sebelum dzuhur dengan angin yang semilir membuat tubuh merasa cukup beristirahat.

Ketika pulang diantar oleh Agung, bertemu dengan salah satu adik tingkat, yang sekarang sudah memiliki posisi di kampus. Wakil gubernur FISIP, atau yang biasa dipanggil Ferry. Memanggil saya dengan sebutan sensei, yang sebelum dirinya, hanya satu orang yang terus memanggil saya dengan panggilan ini. Sekarang sudah ada beberapa juga yang mulai memakai panggilan ini. Hal itu membuat saya tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya.

Setelah beriringan, terlontarlah satu ucapan yang membuat saya jleb banget,

“Kak, mana tulisan di blognya idak muncul lagi, aih, kecewa rasonyo...”

Mendengar perkataan itu membuat saya seperti menghilangkan tanggung jawab sebagai seorang penulis kepada pembacanya. Meskipun baru penulis pemula.

“Lagi ada yang di urus fer, tulisannya udah ada, tapi belum di post aja ya, hehe”

Saya jawab pendek, merasa malu dengan mereka yang ternyata suka membaca tulisan sederhana ini. Ah, andai saja lebih konsisten. Harus lebih memperbaiki diri lagi kalau seperti ini.

Tidak lama itu, Agung yang mengantar saya pulang pun berkomentar,

“Tulisan kakak bagus kok kak,”

Mak Jleb yang kedua. Duh, merendahkan diri melulu tanpa memikirkan apa yang orang lain pertimbangkan. Dua komentar itu sudah cukup untuk membuat saya memulai lagi memaksakan diri untuk menulis. Kembali lagi teringat dengan target 430 tulisan blog di tahun ini.

Yang namanya semangat memang tidak ada yang tahu kapan datang dan munculnya. Terkadang bisa tiba-tiba, tak jarang juga dengan terencana. Namun dibalik itu semua, setiap yang kita lakukan, ingatlah ada selalu orang yang menikmatinya, apalagi kalau itu adalah sebuah kebaikan.

Sudah berani memulai jangan mudah untuk berhenti. Selesaikan dengan pasti meski harus dengan tertatih.

Yah tulisan singkat ini, sedikit tidak jelas memang, hehe. Sebuah lecutan saja untuk membuat saya kembali menulis dan mempublish ide-ide pikiran yang bersemayam di kepala. Mohon doanya agar bisa terus itiqomah dan konsisten ya. Setidaknya kecepatan mengetik belum hilang, hehe.

Salam kebaikan
 
;