Tulisan kali ini melihat dari banyaknya kejadian pasca Ramadhan.
Menikah dan Meninggal dua hal yang tentunya bertolak belakang namun beriringan. Jika menikah adalah waktunya seseorang membuka sebuah kisah kehidupan yang baru, maka meninggal adalah waktunya seorang manusia menemui awal kematian.
Sama-sama hal baru bagi setiap manusia tapi beda rasanya.
Terhitung semenjak setelah ramadhan entah sudah berapa banyak undangan yang tersebar dan teman-teman yang menikah. jika pernah melihat status seseorang berbunyi seperti ini, "Dapat banyak undangan Nikah, namun kali ini teman seangkatan" tandanya sekarang waktunya dia dan teman-temannya yang merasakan pernikahan.
Entah kenapa setiap tahun paling banyak pernikahan dari yang saya amati secara tidak sengaja tentunya, adalah moment setelah ramadhan, apakah karena waktu lebarannya, atau kue dan daging masih banyak ya jadi tidak usah repot-repot cari bahan lagi? hehe
Yang pasti hal ini menjadi sebuah anugerah tersendiri bagi kedua orang yang dijadikan jodoh olehNya. Pun ramai sekali di media sosial terutama di Facebook meme atau lelucon tentang pernikahan, dan entah kenapa banyak sekali orang yang membuat postingan, status pm bbm, tentang galaunya diri yang ingin menikah ataupun cuma ikut-ikutan. Lucunya rata-rata yang melakukannya anak kelahiran 90-an dan kebanyakan perempuan. Apa segitu ngototnya ingin menikah?
Belum lama sayapun mendapat permintaan tolong untuk mencarikan seorang laki-laki yang mau menerima seorang muslimah namun sudah sedikit berumur. Ternyata memang untuk ukuran seorang perempuan jika terlalu lama sendiri akan menjadi galau dan bimbang, yang akhirnya menerima siapapun meskipun duda.
Disamping itu, ditahun ini yang menjadi renungan bagi diri saya adalah meninggal.
Sebenarnya hal ini menjadi suatu keunikan sendiri bagi saya. Setelah menulis buku tentang kematian tahun lalu, saya sering menjumpai tentang kematian atau mendengar tentang kabar meninggalnya seseorang.
Tahun lalu saya mendengar kabar meninggal ayah salah satu teman menulis namun beda kampus. Tahun ini saya juga mendapatkan kabar ayah seorang teman satu angkatan dan jurusan yang juga meninggal.
Di lain cerita, dalam kurang dari satu bulan ramai juga kabar meninggalnya seorang ustadzah di salah satu sekolah islam yang menghembuskan nafas terakhirnya, dan belum ada seminggu ini mendapat kabar meninggal ustadzah lainnya.
Subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah Allahuakbar.
Menikah dan meninggal semuanya adalah ketentuan takdir dari Allah yang tidak ada satu manusiapun yang dapat menunda atau mempercepatnya. Yang satu sisi mempertemukan kebahagian, sisi lainnya meninggalkan kesedihan. Allah maha mengetahui keseimbangan bagi hambaNya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
6 komentar:
Renungan..
Menarik dan reflektif tulisannya Bang Usamah.
Sebagian bisa jadi menikah setelah ramadhan karena ikut-ikutan.
Sebagian lagi, mungkin berhubung momen kumpul keluarga dari berbagai belahan dunia.
sebagian yang lain menikah karena hadis “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).
@Kak Beni : Iya kak, dan ternyata ada satu hal lagi, kelahiran..
@Kak rio,
Iya kak, hal-hal itu bisa jadi landasan dan pemicu orang ramai melakukannya.
Tapi tulisannya memang sengaja dibikin lebih santai,
makasih masukannya kak
Gk nyangka, hehe ust usamah, (opik)
iya pik, hhe, kenapa pik?
Posting Komentar