Assalamualaikum,
Selamat beraktivitas dengan apapun yang sedang kamu kerjakan.
Apakah kamu pernah merasa bingung dengan apa yang sedang kamu alami? saya yakin pernah, karena sayapun juga mengalaminya.
Tapi apakah yang kita bingungkan itu berguna dan bermanfaat? atau jangan-jangan kita tidak paham apa yang kita bingungkan.
lucu sekali rasanya jika tiba-tiba menatap dengan pandangan kosong tanpa ada arti. Ada teman yang menegurpun hanya mengangguk lemas. Jika Mengetahui apa yang menjadi kebimbangan sampai termenung dalam dan tidak sadar akn sekitar ya aman-aman saja, berarti tahu akan solusi yang dicari. Namun jika hanya bingung tidak jelas itu yang menjadi masalah, karena solusinyapun tidak tahu harus seperti apa.
Sebenarnya bingung itu sendiri bukanlah suatu hal yang patut dialami, jika memahami apa yang ada pada diri. Padahal sudah dikatakan "Dengan mengingatKu hati akan menjadi tenang." Jika yakin dengan perkataan ini, tentunya tidak ada satupun hal yang mampu membuat bingung.
Perlu ditelisik lagi, terkadang kegalauan akan kebingungan dan kegelisahan yang dialami, hanyalah karena hal kecil, terlebih lagi kesalahan sendiri. Alangkah bodohnya jika melihat diri sendiri.
Semua sudah dijelaskan kepada kita secara jelas dan baik lho...
Dibalik kesusahan ada kemudahan, dan sesungguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan (al-insyiroh : 5-6)
Sesungguhnya tidak kuciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (At-tiin : 4)
Sesungguhnya Tidak ada keraguan dalam Kitab ini (Al-Quran), petunjuk bagi orang yang bertakwa (Al-Baqoroh : 2)
Terus apa yang dibingungkan kalo sudah tahu itu semua, bahkan ini baru sebagian kecil dari yang ada.
Janganlah menyiksa diri dengan keterpurukan. Sedikit dan sekecil apapun kamu merasa bingung dan putus asa, ingatlah Dia yang Maha memberi segala sesuatu. Selama itu masalah manusia, tak ada yang tak mungkin di selesaikan. Jika benar-benar yakin kepadaNya, sesungguhnya apapun jika Dia berkata Kun, maka jadilah.
Jika lebih sering mengingat Allah, disetiap ada apa-apa ingatnya Allah, dan apapun kondisinya baliknya ke Allah, dijamin tak ada sedikitpun kebingungan yang melanda. Kebingungan hanyalah ciptaan diri sendiri yang menolak keberadaanNya sebagai penolong.
Udah tahu obatnya kan, jadi kenapa bingung?
Tulisan kali ini melihat dari banyaknya kejadian pasca Ramadhan.
Menikah dan Meninggal dua hal yang tentunya bertolak belakang namun beriringan. Jika menikah adalah waktunya seseorang membuka sebuah kisah kehidupan yang baru, maka meninggal adalah waktunya seorang manusia menemui awal kematian.
Sama-sama hal baru bagi setiap manusia tapi beda rasanya.
Terhitung semenjak setelah ramadhan entah sudah berapa banyak undangan yang tersebar dan teman-teman yang menikah. jika pernah melihat status seseorang berbunyi seperti ini, "Dapat banyak undangan Nikah, namun kali ini teman seangkatan" tandanya sekarang waktunya dia dan teman-temannya yang merasakan pernikahan.
Entah kenapa setiap tahun paling banyak pernikahan dari yang saya amati secara tidak sengaja tentunya, adalah moment setelah ramadhan, apakah karena waktu lebarannya, atau kue dan daging masih banyak ya jadi tidak usah repot-repot cari bahan lagi? hehe
Yang pasti hal ini menjadi sebuah anugerah tersendiri bagi kedua orang yang dijadikan jodoh olehNya. Pun ramai sekali di media sosial terutama di Facebook meme atau lelucon tentang pernikahan, dan entah kenapa banyak sekali orang yang membuat postingan, status pm bbm, tentang galaunya diri yang ingin menikah ataupun cuma ikut-ikutan. Lucunya rata-rata yang melakukannya anak kelahiran 90-an dan kebanyakan perempuan. Apa segitu ngototnya ingin menikah?
Belum lama sayapun mendapat permintaan tolong untuk mencarikan seorang laki-laki yang mau menerima seorang muslimah namun sudah sedikit berumur. Ternyata memang untuk ukuran seorang perempuan jika terlalu lama sendiri akan menjadi galau dan bimbang, yang akhirnya menerima siapapun meskipun duda.
Disamping itu, ditahun ini yang menjadi renungan bagi diri saya adalah meninggal.
Sebenarnya hal ini menjadi suatu keunikan sendiri bagi saya. Setelah menulis buku tentang kematian tahun lalu, saya sering menjumpai tentang kematian atau mendengar tentang kabar meninggalnya seseorang.
Tahun lalu saya mendengar kabar meninggal ayah salah satu teman menulis namun beda kampus. Tahun ini saya juga mendapatkan kabar ayah seorang teman satu angkatan dan jurusan yang juga meninggal.
Di lain cerita, dalam kurang dari satu bulan ramai juga kabar meninggalnya seorang ustadzah di salah satu sekolah islam yang menghembuskan nafas terakhirnya, dan belum ada seminggu ini mendapat kabar meninggal ustadzah lainnya.
Subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah Allahuakbar.
Menikah dan meninggal semuanya adalah ketentuan takdir dari Allah yang tidak ada satu manusiapun yang dapat menunda atau mempercepatnya. Yang satu sisi mempertemukan kebahagian, sisi lainnya meninggalkan kesedihan. Allah maha mengetahui keseimbangan bagi hambaNya
Menikah dan Meninggal dua hal yang tentunya bertolak belakang namun beriringan. Jika menikah adalah waktunya seseorang membuka sebuah kisah kehidupan yang baru, maka meninggal adalah waktunya seorang manusia menemui awal kematian.
Sama-sama hal baru bagi setiap manusia tapi beda rasanya.
Terhitung semenjak setelah ramadhan entah sudah berapa banyak undangan yang tersebar dan teman-teman yang menikah. jika pernah melihat status seseorang berbunyi seperti ini, "Dapat banyak undangan Nikah, namun kali ini teman seangkatan" tandanya sekarang waktunya dia dan teman-temannya yang merasakan pernikahan.
Entah kenapa setiap tahun paling banyak pernikahan dari yang saya amati secara tidak sengaja tentunya, adalah moment setelah ramadhan, apakah karena waktu lebarannya, atau kue dan daging masih banyak ya jadi tidak usah repot-repot cari bahan lagi? hehe
Yang pasti hal ini menjadi sebuah anugerah tersendiri bagi kedua orang yang dijadikan jodoh olehNya. Pun ramai sekali di media sosial terutama di Facebook meme atau lelucon tentang pernikahan, dan entah kenapa banyak sekali orang yang membuat postingan, status pm bbm, tentang galaunya diri yang ingin menikah ataupun cuma ikut-ikutan. Lucunya rata-rata yang melakukannya anak kelahiran 90-an dan kebanyakan perempuan. Apa segitu ngototnya ingin menikah?
Belum lama sayapun mendapat permintaan tolong untuk mencarikan seorang laki-laki yang mau menerima seorang muslimah namun sudah sedikit berumur. Ternyata memang untuk ukuran seorang perempuan jika terlalu lama sendiri akan menjadi galau dan bimbang, yang akhirnya menerima siapapun meskipun duda.
Disamping itu, ditahun ini yang menjadi renungan bagi diri saya adalah meninggal.
Sebenarnya hal ini menjadi suatu keunikan sendiri bagi saya. Setelah menulis buku tentang kematian tahun lalu, saya sering menjumpai tentang kematian atau mendengar tentang kabar meninggalnya seseorang.
Tahun lalu saya mendengar kabar meninggal ayah salah satu teman menulis namun beda kampus. Tahun ini saya juga mendapatkan kabar ayah seorang teman satu angkatan dan jurusan yang juga meninggal.
Di lain cerita, dalam kurang dari satu bulan ramai juga kabar meninggalnya seorang ustadzah di salah satu sekolah islam yang menghembuskan nafas terakhirnya, dan belum ada seminggu ini mendapat kabar meninggal ustadzah lainnya.
Subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah Allahuakbar.
Menikah dan meninggal semuanya adalah ketentuan takdir dari Allah yang tidak ada satu manusiapun yang dapat menunda atau mempercepatnya. Yang satu sisi mempertemukan kebahagian, sisi lainnya meninggalkan kesedihan. Allah maha mengetahui keseimbangan bagi hambaNya
Kali ini bercerita dari sebuah artikel yang memprihatinkan.
Anak kecil berumur 6 tahun yang sakit jiwa karena kebanyakan les dan belajar. Ketika membaca headline ini pertama kali antara percaya dan tidak. Terang saja anak berumur 6 tahun yang lagi lucu-lucunya untuk bermain bisa terkena dangguan kejiwaan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah anak anda yang pintar menjadi tolak ukur kebanggaan?
Untuk semua orang tua marilah berpikir bijak dan cerdas,
bahwa setiap anak punya masa dan waktunya sendiri mehghadapi dunia. Jangan kau
paksa dengan matematika yang kau anggap pemikiran tertinggi dari sebuah logika.
Jangan kau paksa bahasa inggris agar dia terlihat hebat dan optimis.
Setiap anak punya dunianya sendiri, ketika waktunya mereka
akan mau belajar juga.
Lihat negara maju dengan pendidikannya Finlandia, yang
membiarkan anak bebas sampai usia 7 tahu, itupun belajarnya tidak terlalu
ditekan.
Saya masih ingat ketika 1 tahun lalu menjadi guru PAUD. Memiliki
3 anak yang harus dididik. Meski bukan anak sendiri, namun kasih sayang yang
diberikan haruslah tulus dari hati.
Ketiga anak ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Al fatah, yang memang memiliki intelegensi yang cukup baik. Dia
yang paling cepat berhitung dari dua yang lainnya. Matematika dan keteraturan
bahasanya sangat baik, dan memiliki sifat tanggung jawab atas dirinya, meskipun
terkadang sedikit marah atau manja dalam beberapa hal. Tapi apakah harus di
tekan agar diam? Tidak semua itu perlu proses. Saya pun sebagai gurunya tak
langsung menyuruh dengan keras, ada metode sendiri yang akhirnya akan
membuatnya sadar.
Daffa. Awalanya adalah seorang anak yang mudah takut dan
mudah sedih. Namun dengan sedikit dorongan motivasi, dia menjadi anak yang
periang dan ceria dari teman-temannya. Mau untuk mempelajari sesuatu, tapi
jangan batasi dia akan kreativitas dan idenya yang baru.
Nayla., anak saya
yang satu ini sangat aktif bergerak. Meskipun terkadang dia mudah ngambek, tapi
sebenarnya Nayla anak yang penyayang. Dia suka menyanyi dan melakukan sesuatu
yang bergerak aktif. Seperti senam, memanah, dia lebih cepat penyerapannya dari
teman yang lain.
Dari ketiga anak tersebut cara paling mudah menenangkan ketika mereka ssedikit berontak adalah dengan pelukan dan senyuman.
Ingat setiap anak itu spesial, dan mereka memiliki cara
tersendiri untuk menunjukkan dirinya hebat dan mampu membanggakan.
Berikan kasih sayang namun tidak melenakah. Ajarkan
ketegasan, tapi bukan dengan kekerasan. Mereka memiliki anugerah dari Allah
untuk mampu memahami dengan cara mereka sendiri. Dan yakinlah, dari semua apa
yang terjadi oleh Seorang anak, ketika mereka tersenyum dan tertawa berkumpul
dengan kita adalah saat yang paling bahagia.
![]() | |||
Di belakang Sir Uus (Panggilan disekolah) Dari kiri ke kanan Fatah - Daffa - Nayla |
Tak ada ilmu yang sia-sia
Sharing
dengan mentor sendiri mendapatkan ide ringan yang jadi bahan pikiran. Kita
tidak pernah tahu akan jadi apa nantinya maka dari itu lakukan apa yang bisa,
dan jadilah yang terbaik dibidang apapun yang disuka.
Di awal
masuk kuliah sampai tiga tahun berikutnya, masih banyak yang tidak mengetahui
jurusan apa aku sebenarnya. tidak ada yang percaya jika aku katakan bahasa
inggris. Beberapa jurusan dan fakultas lain menjadi tebakan sendiri bagi
teman-teman yang beda jurusan.
Di awal-awal
menjadi mahasiswa, rata-rata aku dikira anak Matematika atau fisika. Memang ada
tampang ya? hehe. Padahal Fisika ku saja pernah merah sebelum akhirnya aku
masuk jurusan IPS.
Di lain
waktu, aku dikira anak pertanian, apa sebab? yah karena aku sering bermain
disana. Bahkan pertama kali menjadi pembicara di kampus undangan dari
organisasi Fakultas pertanian, selain itu juga mbak dan kakakku di pertanian,
maka itu aku sering main kesana. Sampai aku semester 8, masih ada yang mengira
kau fakultas pertanian.
Di lain
waktu lagi, aku dikira anak komunikasi, yang berarti itu Fakultas ISIP. Padahal
jarang main kesana, entah apa yang membuat orang berpikir bahwa aku adalah anak
FISIp.
Bagaimana
dengan hobi dan kemampuan? itu beda lagi. Aku senangnya berdagang dan
wirausaha. Dalam 4 tahun terakhir aku juga menekuni bidang public speaking dan
berbicara di depan umum, dan 2 tahun terakhir menambah tangan ke dunia
Tulis-Menulis.
Empat
semester pertama aku senang sekali jualan, dan yang kujual saat itu adalah
obat-obatan herbal. sampai-sampai pernah kuliah hanya membawa kertas selembar,
dan tas isinya obat semua, haha. Karena dari SD udah diajarin jualan, jadi
keasyikan tersendiri. Sampai sekarangpun masih jualan, ampe dikira anak ekonomi
(Nah, nambah satu lagi).
Memasuki
tahun ketiga, awal semester 6 mulai semakin gencar aku mengisi acara, dari
motivasi sampai di semester 8 lebih banyak yang minta untuk mengisi acara
renungan, mungkin di bagian ini aku dikira anak komunikasi.
Nah,
pengalaman kerja pertama, aku diminta mengajar salah satu sekolah islami yang
masih dirintis, tapi tahu apa, ternyata itu adalah PAUD. Jauh kan dari jurusan,
hoho. selama kurang lebih hampir setahun aku bekerja disana, Februari 2016
habis kontrak, dan aku fokus untuk menyelesaikan beberapa amanah.
Bulan Maret
dapat tawaran kerja lagi, tahu apa , menjadi seorang marketing dan admin, serta
mempelajari bisnis marketing. Beralih ke pekerjaan yang seharusnya secara
normal untuk anak ekonomi kan, kok bisa? Hanya Allah yang tahu.
Terus bahasa
inggrisnya nggak kepake dong, eits siapa bilang, dalam dua tahun ini, lebih
dari 5 abstrak dan ringkasan yang aku transletekan. Entah kenapa orang percaya
padaku untuk melakukannya, tapi ya itu ilmuku. Akan ada saatnya ilmu itu
terpakai.
Kalo dilihat
dari hobi, jurusan, pendidikan apakah ada hubungannya? tidak, tapi semua pasti
ada manfaatnya.
Seperti salah satu mentorku. seorang jurusan perawat yang memiliki keahlian komputer melebihi anak jurusan komputer sendiri. terus perawatnya gimana? sekarang dia sudah memiliki seorang anak dan kemampuannya diuji disana. Lebih keren kan?
Seperti salah satu mentorku. seorang jurusan perawat yang memiliki keahlian komputer melebihi anak jurusan komputer sendiri. terus perawatnya gimana? sekarang dia sudah memiliki seorang anak dan kemampuannya diuji disana. Lebih keren kan?
So jangan
abaikan ilmu yang datang, serap dan persiapkan kalo akan digunakan. Ilmu bisa
dicari dimana saja, tapi tidak semua orang bisa mencari ilmu. Ambil dan
manfaatkan kesempatan.
Tidak sengaja malam ini, melihat artikel tentang cerita perjuangan masuk kampus anak-anak baru lulus.
Jadi ingin mereview 5 tahun lalu ketika tes untuk jadi mahasiswa.
Ada banyak cara untuk bisa masuk menjadi mahasiswa. Penawaran dan bantuan dari berbagai pihak pun datang. Akupun mengalaminya.
Pertama kali setelah menjelang kelulusan SMA, mendapatkan tawaran beasiswa dari Perindag. Yang mana nantinya akan diikat kontrak kerja di kantor Perindag. Rekomendasi ini atas usulan abahku, yang beliau memang kerja di Perindag. Aku yang saat itu belum genap berumur 17 tahun, hanya mengikuti apa saran dari Abah dan keluarga. mencoba apa yang bisa dicoba.
Proses mengumpulkan berkas yang kurang dari seminggu cukup kelabakan ku kerjakan. dari Ummi, Abi, sampai amma pun ikut turun tangan mengurus berkasku.hal terakhir kelengkapan berkas adalah foto. Aku tidak terlalu memikirkan ini, dan hanya mencari foto yang ada, dan pada saat itu foto yang kupunya adalah foto SMP dan aku memasukkannya sebagai kelengkapan. Setelah menunggu pengumuman yah, aku tidak mendapatkannya, namun hal itu juga tidka membuat diriku kecewa.
Kesempatan berikutnya ketika aku mendapatkan rekomendasi dari jurusan IPS, di sekolahku, sebahai salah satu penerima beasiswa bidikmisi. setelah mengurus semuanya, hal terakhir yang harus diserahkan, adalah universitas dan jurusan yang diinginkan. Aku hanya mengikuti apa kata orangtuaku. Dengan pd-nya Abi menyuruh untuk masukkan UI (Universitas Indonesia) dan UNJ (Universitas Negeri Jakarta), dalam hati sebenarnya aku berpikir kalo ini terlalu tinggi, tapi aku hanya bisa menuruti, Jurusan yang kupilih, Psikologi, Bahasa inggris, dan Sastra inggris/
Alhamdulillah dalam pengumumannya tidak ada juga yang tembus.
Jalan terakhir yang bisa aku lakukan adalah tes tertulis masuk kampus di daerahku, Universitas Bengkulu. Aku merasa masih sangat polos. Mengikuti teman-teman satu sekolah yang pagi-pagi buta untuk ke kota bengkulu mendaftar dan membayar lewat bank yang sudah ditentukan, dan pulang pada sorenya.
Di hari tes Alhamdulillah mendapat tempat tinggal untuk tes, dari salah satu kakak tingkat. Yah, belajar sebagaimana aku biasanya dengan buku-buku tes dan soal-soal prediksi, bersama temanku Galuh.
Aku mendapatkan gedung serba guna sebagai tempat tes. aku rasa sampai 1000 orang di dalamnya, namun tak ada satupun dalam penglihatanku ada mahasiswa yang kukenal. aku cuek saja dan mengerjakan soal tes yang ada. Ingat bahwa soal benar bernilai 4, soal salah bernilai minus 1. aku hanya mengerjakan soal yang benar-benar yakin.
di hari pertama ingat orang disebelah kananku, mengerjakan soal tes TPA 75 soal secara penuh, tak ada yang tertinggal (bukan contek ya, tidak sengaja terlihat ketika dikumpul ke petugas ujian) aku hanya mengerjakan sekitar 30.an soal yang aku yakini. ketika hari kedua aku semakin parah, dan hanya bisa membuatku tertawa sendiri. karena kursinya tidak ada meja langsung, aku duduk di lantai dan bantalan kursi menjadi meja untuk mengerjakannya, dan banyak yang meniruku, hehe.
aku ingat, mengerjakan soal matematika tidak sampai 10 soal, bahasa indonesia sekitar 8 soal, dan bahasa inggris 10 soal. pada hari kedua semua tes tidak ada yang kuisi setegngah dari total soal yang diberikan, yang penting yang kukerjakan yakin betul, begitu pikirku.
setelah mencoba melihat nnama pada kelompok jurusan ternyata ada. alhamdulillah, posisi namaku pada urutan 9 jurusan bahasa inggris.
Aku sangat bersyukur, karena tidak pernah terpikir akan lulus mengingat teman-teman dari satu sekolah banyak yang mengambil jurusan itu. Tapi ternyata hanya dua orang dari tes tertulis dari sekolahku yang lulus.
Yah, selama ini aku menganggap apalah yang istimewa masuk kuliah melalui jalur tes. ternyata setelah sekarang dipikir, itu hal yang luar biasa, karena penuh perjuangan dan mengalahkan ribuan orang dalam tes.yah aku baru sadar itu sekarang. Jadi berbanggalah jika kamu lulus melalui jalur tes.
Semangat Kuliahnya ya...
Jadi ingin mereview 5 tahun lalu ketika tes untuk jadi mahasiswa.
Ada banyak cara untuk bisa masuk menjadi mahasiswa. Penawaran dan bantuan dari berbagai pihak pun datang. Akupun mengalaminya.
Pertama kali setelah menjelang kelulusan SMA, mendapatkan tawaran beasiswa dari Perindag. Yang mana nantinya akan diikat kontrak kerja di kantor Perindag. Rekomendasi ini atas usulan abahku, yang beliau memang kerja di Perindag. Aku yang saat itu belum genap berumur 17 tahun, hanya mengikuti apa saran dari Abah dan keluarga. mencoba apa yang bisa dicoba.
Proses mengumpulkan berkas yang kurang dari seminggu cukup kelabakan ku kerjakan. dari Ummi, Abi, sampai amma pun ikut turun tangan mengurus berkasku.hal terakhir kelengkapan berkas adalah foto. Aku tidak terlalu memikirkan ini, dan hanya mencari foto yang ada, dan pada saat itu foto yang kupunya adalah foto SMP dan aku memasukkannya sebagai kelengkapan. Setelah menunggu pengumuman yah, aku tidak mendapatkannya, namun hal itu juga tidka membuat diriku kecewa.
Kesempatan berikutnya ketika aku mendapatkan rekomendasi dari jurusan IPS, di sekolahku, sebahai salah satu penerima beasiswa bidikmisi. setelah mengurus semuanya, hal terakhir yang harus diserahkan, adalah universitas dan jurusan yang diinginkan. Aku hanya mengikuti apa kata orangtuaku. Dengan pd-nya Abi menyuruh untuk masukkan UI (Universitas Indonesia) dan UNJ (Universitas Negeri Jakarta), dalam hati sebenarnya aku berpikir kalo ini terlalu tinggi, tapi aku hanya bisa menuruti, Jurusan yang kupilih, Psikologi, Bahasa inggris, dan Sastra inggris/
Alhamdulillah dalam pengumumannya tidak ada juga yang tembus.
Jalan terakhir yang bisa aku lakukan adalah tes tertulis masuk kampus di daerahku, Universitas Bengkulu. Aku merasa masih sangat polos. Mengikuti teman-teman satu sekolah yang pagi-pagi buta untuk ke kota bengkulu mendaftar dan membayar lewat bank yang sudah ditentukan, dan pulang pada sorenya.
Di hari tes Alhamdulillah mendapat tempat tinggal untuk tes, dari salah satu kakak tingkat. Yah, belajar sebagaimana aku biasanya dengan buku-buku tes dan soal-soal prediksi, bersama temanku Galuh.
Aku mendapatkan gedung serba guna sebagai tempat tes. aku rasa sampai 1000 orang di dalamnya, namun tak ada satupun dalam penglihatanku ada mahasiswa yang kukenal. aku cuek saja dan mengerjakan soal tes yang ada. Ingat bahwa soal benar bernilai 4, soal salah bernilai minus 1. aku hanya mengerjakan soal yang benar-benar yakin.
di hari pertama ingat orang disebelah kananku, mengerjakan soal tes TPA 75 soal secara penuh, tak ada yang tertinggal (bukan contek ya, tidak sengaja terlihat ketika dikumpul ke petugas ujian) aku hanya mengerjakan sekitar 30.an soal yang aku yakini. ketika hari kedua aku semakin parah, dan hanya bisa membuatku tertawa sendiri. karena kursinya tidak ada meja langsung, aku duduk di lantai dan bantalan kursi menjadi meja untuk mengerjakannya, dan banyak yang meniruku, hehe.
aku ingat, mengerjakan soal matematika tidak sampai 10 soal, bahasa indonesia sekitar 8 soal, dan bahasa inggris 10 soal. pada hari kedua semua tes tidak ada yang kuisi setegngah dari total soal yang diberikan, yang penting yang kukerjakan yakin betul, begitu pikirku.
Hari Pengumuman
Aku mengecek namaku diinternet, pertama aku tidak tahu kalo diurutkan berdasarkan jurusan. yang aku lihat fokus pada urutan nomor. sempat cemas karena nomor ujianku tidak tertera.setelah mencoba melihat nnama pada kelompok jurusan ternyata ada. alhamdulillah, posisi namaku pada urutan 9 jurusan bahasa inggris.
Aku sangat bersyukur, karena tidak pernah terpikir akan lulus mengingat teman-teman dari satu sekolah banyak yang mengambil jurusan itu. Tapi ternyata hanya dua orang dari tes tertulis dari sekolahku yang lulus.
Yah, selama ini aku menganggap apalah yang istimewa masuk kuliah melalui jalur tes. ternyata setelah sekarang dipikir, itu hal yang luar biasa, karena penuh perjuangan dan mengalahkan ribuan orang dalam tes.yah aku baru sadar itu sekarang. Jadi berbanggalah jika kamu lulus melalui jalur tes.
Semangat Kuliahnya ya...
Hanya sedikit berbalik ke beberapa waktu lalu dan terkadang masih dipikirkan ke masa sekarang.
Yah, aku laki-laki yang masih berumur 21 tahun, 5 september nanti baru masuk 22 tahun. Kelahiran tahun 1994.
Bukan bermaksud diminta ucapan selamat ulang tahun saat ini, hanya saja jika membahas umur selalu menarik bagi diriku,
Sampai detik ini jika aku mengatakan anak kelahiran 94, hampir tidak ada yang percaya kecuali keluargaku. Entah apa alasannya.
Beberapa tahun lalu, ketika sedang rihlah (jalan-jalan) bersama anak-anak risma smp 3 bengkulu. ketika salah satu dari mereka menanyakan kelahiran, tak percaya kalau aku 94, dikiranya kelahiran 92, padahal jenggot belum tumbuh banget. Bahkan ketika menunjukkan ktp dibilangnya ktp palsu. Well, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Beberapa bulan lalu sehabis melakukan pelatihan Training dan motivator, ketika sharing dengan salah satu peserta, dikiranya umur 23 dan sudah kerja. Bagian kerjanya tidak salah sih, tapi umurnya itu lho, hehe. Padahal sudah cukup kenal lama.
Terbaru di hari-hari akhir ramadhan kemaren. Ketika iktikaf bertemu salah satu teman dari kampus lain. dengan tiba-tiba menanyakan umurku 27 kan? What The...?
Untuk yang satu ini aku semakin speechless.
Aku menjadi bingung apa sih yang menjadi penilaian orang dalam menebak umur, apakah berhubungan dengan kedewasaan atau tampilan?
Mereka yang mengatakan umurku cukup jauh dari umur sebenarnya memang mengatakan bahwa aku terllihat dewasa, bahkan ikut-ikut main tebak umur di media sosial angkanya selalu menunjukkan diatas 30. Kalo tampilan biasanya ummiku yang berkomentar kalo tampilanku kayak bapak-bapak.
Haha, aku terkadang jadi bingung sendiri. yah kalo tampilan aku memang suka mengenakan kemeja dan batik terkadang gamis, dan memang untuk sekarang tidak punya celana jeans atau levis. semuanya dasar, bukan milih-milih ya secara tidak sengaja itulah yang kupunya.
Kalo sikap rasanya aku tidak begitu deh. Masih suka kayak anak kecil apalagi kalo di depan anak kecil, masih lalai beberapa hal. Hm, kita memang tidak tahu sejauh mana penilain orang ya..
Yang terpenting menjadi diri sendiri, jika memang dianggap lebih dewasa dari tampaknya syukuri saja, jangan lupakan untuk terus berkarya ya...
Yah, aku laki-laki yang masih berumur 21 tahun, 5 september nanti baru masuk 22 tahun. Kelahiran tahun 1994.
Bukan bermaksud diminta ucapan selamat ulang tahun saat ini, hanya saja jika membahas umur selalu menarik bagi diriku,
Sampai detik ini jika aku mengatakan anak kelahiran 94, hampir tidak ada yang percaya kecuali keluargaku. Entah apa alasannya.
Beberapa tahun lalu, ketika sedang rihlah (jalan-jalan) bersama anak-anak risma smp 3 bengkulu. ketika salah satu dari mereka menanyakan kelahiran, tak percaya kalau aku 94, dikiranya kelahiran 92, padahal jenggot belum tumbuh banget. Bahkan ketika menunjukkan ktp dibilangnya ktp palsu. Well, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Beberapa bulan lalu sehabis melakukan pelatihan Training dan motivator, ketika sharing dengan salah satu peserta, dikiranya umur 23 dan sudah kerja. Bagian kerjanya tidak salah sih, tapi umurnya itu lho, hehe. Padahal sudah cukup kenal lama.
Terbaru di hari-hari akhir ramadhan kemaren. Ketika iktikaf bertemu salah satu teman dari kampus lain. dengan tiba-tiba menanyakan umurku 27 kan? What The...?
Untuk yang satu ini aku semakin speechless.
Aku menjadi bingung apa sih yang menjadi penilaian orang dalam menebak umur, apakah berhubungan dengan kedewasaan atau tampilan?
Mereka yang mengatakan umurku cukup jauh dari umur sebenarnya memang mengatakan bahwa aku terllihat dewasa, bahkan ikut-ikut main tebak umur di media sosial angkanya selalu menunjukkan diatas 30. Kalo tampilan biasanya ummiku yang berkomentar kalo tampilanku kayak bapak-bapak.
Haha, aku terkadang jadi bingung sendiri. yah kalo tampilan aku memang suka mengenakan kemeja dan batik terkadang gamis, dan memang untuk sekarang tidak punya celana jeans atau levis. semuanya dasar, bukan milih-milih ya secara tidak sengaja itulah yang kupunya.
Kalo sikap rasanya aku tidak begitu deh. Masih suka kayak anak kecil apalagi kalo di depan anak kecil, masih lalai beberapa hal. Hm, kita memang tidak tahu sejauh mana penilain orang ya..
Yang terpenting menjadi diri sendiri, jika memang dianggap lebih dewasa dari tampaknya syukuri saja, jangan lupakan untuk terus berkarya ya...
Sabtu, 25 Juni 2016, menuju 21 ramadhan 1437 H.
Pagi hari pertama, mulai
memanaskan motor ibadah. Langkah pertama yang aku lakukan meningkatkan sholat
dhuha.
Ramadhan tahun lalu aku berhasil
meningkatkan dhuha. Yang biasanya masih sebatas 2-4 rokaat, meningkat sampai 6-8
rokaat. Meskipun setelah ramadhan belum full tiap hari bisa kesampaian, tapi
rata-rata bisa sampai 6 rokaat.
Ramadhan kali ini aku ingin
meningkatkan sepenuhnya sholat dhuhaku, meskipun yang di awal pasti berat.
Setelah membaca buku yang baru saja kubeli tentang menjadi pengusaha pemula dan
menghindari tentang praktek riba. Sebuah kesadaran penuh yang saya yakini bahwa
semua hal bahkan rezeki sekecil apapun tempat meminta memang harus kembali
kepada Allah. dan salah satu cara ampuhnya dengan sholat dhuha.
Jika tahun lalu hanya mampu 6-8
rokaat, kali ini dipaksain dah full 12 rokaat. Dan ini hari pertama aku
melakukannya. Awalnya memang perlu niat yang kuat. Karena masih baru dilakukan,
harus memilah surat pendek yang dibaca, mengingat jumlah rokaat yang ada.
Alhamdulillah sekitar setengah jam aku menyelesaikannya, mungkin masih termasuk
waktu yang cukup cepat untuk 12 rokaat.
Apa yang terjadi?
Yah hari itu aku harus
memperbaiki motor, mau tidak mau harus. Aku menghitung-hitung harusnya gaji
kemaren cukup untuk biayanya. Namun Allah berkata lain, seluruh gaji yang ada
langsung habis untuk motor. Biayanya diluar dugaan, karena ada bagian yang
harus diganti dengan barang yang baru.
Aku hanya tersenyum dan
bismillah. Ummi tahu tentang hal itu, ketika menanyakan bagaimana untuk makan,
aku hanya menjawab minta sama Allah.
Setelah zuhur, aku pergi kerumah
mbak karena bude juga lagi disana. Menemani mbak yang baru saja keluar dari
rumah sakit.
Ketika mau pulang bude memberikan
uang 200ribu, batas sini aku hanya menganggap itu hal biasa, meskipun yang
kutahu dari ummi hanya menitipkan 100 ribu. namun, Allah memberikan kejutan
lainnya. Setelah ashar aku pulang ke kost. Selagi bersiap-siap untuk itikaf di
masjid yang sudah ditargetkan, seorang teman yang kemaren tampil nasyid untuk
anak yatim datang. Beliau memberikan uang 100ribu, katanya dikasih dari panitia
penyelenggara mega mall. Pada titik ini, hanya rasa syukur yang terucap dalam
hatiku.
Baru juga mulai, udah dikasih,
pikirku seperti itu.
Tak ada keraguan lagi, inilah
yang harus kulakukan kedepannya untuk memperlancar segala seuatunya.
Besoknya, 26 juni 2016.
10 malam terakhir ramadhan adalah
moment yang selalu ditunggu bagi mereka yang memahami kemuliaan dan
keuntungannya. Selalau ada hal yang berkesan di setiap ramadhan, andaikan semua
orang mengetahuinya.
Ramadhan kali ini menjadi titik
balik yang luar biasa lagi yang memberikan efek kuat. Dalam sepuluh malam
terakhir ini ada moment-moment yang tidak biasa.
Malam-malam terkahir ramadhan
tahun lalu, saya mencoba untuk berpindah-pindah masjid untuk melakukan iktikaf,
namun tentunya belum bisa melakukan untuk berpindah setiap malam satu masjid.
Pada malam ramadhan kali ini,
saya mencoba meniatkan dengan tekad yang kuat untuk melakukannya. Jika ada
sebuah program mengaji one day one juz, pada kali ini saya mencoba untuk one
day one masjid.
Sebuah pemikiran yang gila memang
tapi saya rasa akan menikmatinya.
Jumat 24 juni 2016, malam ke 20 ramadhan
1437 hijriah.
Tanpa pikir panjang, setelah
pulang dari mengisi nasyid anak yatim dan mendapatkan gaji kerja (alhamdulillah),
sore itu langsung meniatkan untuk bermalam di masjid yang selama ini belum
kesampaian untuk menikmatinya. Masjid padang harapan Al-kautsar.
Kurang lebih 30 menit perjalanan
dari kost-an menuju masjid yang dituju. Berangkat katika isya karena maghrib
baru saja sampai dikost. Alhamdulillah masih sempat dapat makmum masbuk di
rokaat yang kedua.
Setelah tarawih, saya mencoba
meminta izin kepada pengurus dan penjaga masjid untuk bermalam disana. Meskipun
hanya sendirian Alhamdulilllah tidak ada masalah. Pada malam itu tidak banyak
yang saya lakukan. Hanya seperti biasa tilawah, tahajud dan ibadah lainnya.
Meskipun dengan persiapan mendadak, sahur hanya dengan minum susu kedelai dan
sedikit snack.
Inilah yang menjadi pijakan untuk
menuju malam-malam berikutnya.
Besoknya 25 Juni 2016, dimasjid
Darul Ulum Universitas Bengkulu.
Langganan:
Postingan (Atom)