Bulan
ramadhan seharusnya bulan pendidikan dan bulan berkah bukan? Namun bagaimana
kalau ada yang mendapat musibah? Pertanyaannya yakin itu musibah?
Terkadang
persepsi sempit kita karena kurang membuka pikiran mengartikan musibah dengan
kesulitan, berkah dengan kemudahan. Padahal bisa saja sebaliknya. Seorang
milyader dengan harta yang berlimbah apakah itu berkah? Bisa jadi musibah kalau
ternyata itu seua hasil dari uang suap yang akhirnya mengantarkan kepenjara.
Seorang
yang buta mata, tidak bisa melihat dari lahir apakah musibah? Sebenarnya salah
satu anugerah terbesar. Karena dengan butanya mata di selamatkan dari melihat
hal yang haram dan maksiat. Diselamatkan dari melihat aurat bertebaran seperti
fried chicken bahkan lebih murah. Kalau fried chicken aja harganya bisa dari
tujuh ribu sampai puluhan ribu. lah aurat perempuan gratis kan,nggak rugi neng?
Nah,
kembali dengan salah satu moment ramadhan. Saya mengalami hal yang membuat aya
hanya menertawakan diri. Dan disanalah proses peningkatan iman sebenarnya.
Adalah ketika di uji oleh sebuah kesulitan, apakah kita akan menjadikan sholat
dan sabar sebagai penolong seperti yang tercantum di surat al-baqoroh. Karena
jika kita membaca dan memaknainya dengan benar. Ujian akan kehilangan harta,
jiwa, dan lainnya jelas-jelas akan terjadi.
So,siap
nggak siap tergantung bagaimana kita menyikapinya kan. Nah rumus sederhana
untuk menjadi sengsara dan bahagia yang masih saya ingat dari sebuah workshop
Kang Nanang. Kalau dibikin kolomnya agak sulitlah ya disini, jadi dibikin
narasi semoga tetap nyambung ya.
Nah,
kalau tidak berdasarkan iman, jika mendapatkan kesulitan lalu kita mengeluh,
mengumpat, menjelek-jelekkan orang lain, lalu ketika mendapat kemudahan luapa
diri kikir, nah hasilnya akan menjadi sengsara kehidupan yang dijalani.
Sebaliknya,
ketika kita mendapatkan kesulitan, disikapi dengfan sikap sabar dan penuh
keyakinan, lalu saat mendapat kemudahan kita bersyukur, membagi kebahagiaan
dengan orang lain, dengan izin Allah bahagia yang sukses akan kita dapatkan.
Rumus sederhana, tapi berdampak luar biasa.
Nah,
lalu sedikit moment ketika ramadhan yang saya rasakan. Lupa mana yang duluan
tidak masalah ya. Moment pertama bisa di bilang ini penipuan berbentuk pulsa.
Smsnya udah saya hapus, namun kurang lebih isi awalnya seperti ini.
“Assalamualaikum Usamah, ini K**** (nama
disamarkan) bisa minta tolong belikan pulsa nggak?”
Nah,
saya sempat kaget. karena nama yang digunakan adalah salah satu nama adik
tingkat, yang juga cukup sering berkegiatan bersama, baik dari awal saya
mengadakan pelatihan, dan juga sudah menjadi alah satu penulis keren. Yang
membuat saya kaget karena memanggil nama saya saja. biasanya panggilnya pake
kak, dan lagi nomernya beda.
Tapi
karena penasaran saya pancing dulu awalnya.
“Oh iya, pulsa berapa mbak?”
Saya
balas sms dengan memanggilnya mbak. Saya masih mencoba positive siapa tahu ada
nama panggilan sama yang saya lupa. Seingat saya yang namanya saya kenal dengan
panggilan itu Cuma satu orang. Tapi ketika saya balas seperti itu, saya cukup
kaget karena sepertinya dia menanggapi dengan biasa.
“kalau tidak merepotkan, 100 ribu bisa?”
Ternyata
dia merasa panggilan “mbak” itu biasa saja. akhirnya terus saja saya pancing.
Saya mencoba menawar, 25 ribu. setelah agak lama, dia minta 50 ribu. saya
menjadi lucu sendiri, tawar menawar dengan penipu ya. Saya sudah niat tetap
akan beli pulsanya, yah mengetes. Benar-benar penipu atau bukan.
Sempat
beliau mengatakan, bahwa akan menggantinya besok, dengan merubah panggilannya
memakai “mbak”. Udah kepedean saya panggil mbak ternyata. Yah daris emua data
dan analisis, pas sih kalau dibilang penipu. Setelah saya telpon saat selesai
mengirimkannya pulsa langsung saja tidak aktif. Haha, ternyata benar-benar saya
ditipu.
Andai
saja dikemudian hari menghubungi lagi dan ternyata bukan penipu, wah saya harus
minta maaf besar nih karena sudah mengatakannya dan dipublikasikan. Tapi sampai
sekarang tidak ada sms konfirmasi lagi, ya sudahlah. Sekali-sekali ngerasain
ditipu kan. Alhamdulillah dimudahkan allah untuk tenang. Apalagi sedang bulan
puasa ya.
Setidaknya
mencoba mengetes saja bahwa penipu bisa meminjam nama, tapi tidak akan bisa
menembus sesuatu yang umum dan pribadi yang biasa di lakukan.
Nah
yang kedua, adalah di moment 10 malam terakhir. Kalau tidak di malam pertama
atau malam kedua lupa deh. Nah posisinya sedang sholat di salah satu masjid di
Bengkulu. Sampai setelah taraweh dan tengah malam, salah satu barang yang saya
bawa masih ada dan aman. Namun setelah sahur dan ketika akan sholat shubuh
hilang.
Barang
ini bagi kebanyakan orang akan rugi sekali tentunya. Barang bermerek yang
lumayan juga harganya. Tapi entahlah, mungkin udah terapi bahagia ya, malah
yang terucap alhamdulillah. Dua teman saya malah heran dan bingung. Yah barang
juga kan dari Allah, kalau diambil Allah lagi nggak usah risau toh. Mereka
berdua hanya terbengong mendengar penuturan saya itu.
Lalu
yah bahagia aja lah. Uang, barang, nggak usah risau banget kalau hilang. Kalau
iman yang hilang nggak balik lagi nah baru dah galau, risau, gundah gulana.
Iman kita akan diuji, dengan kemudahan kalau terlena berarti iman kita masih
segitu. Dengan kesulitan, kalau galau dan frustasi, berarti iman juga tidak
naik.
Jadi intinya,
apapun itu nikmati aja. Kekuatan sederhananya, apapun kembalikan kepada Allah,
inshaAllah selesai deh urusannya. Hatipun tenang.
Wallahua’lam.
Salam kebaikan.