Minggu, 04 Juni 2017

Hati-Hati Pahalanya Ditransfer...



Salam semuanya, masih bertahan puasanya sampai hari ini ya. Alhamdulillah Allah memberikan kekuatan untuk kita semua melewatinya dengan baik dan aman. Namun apakah sudah yakin semua yang kita lakukan sudah menjadi aman dan nyaman. Apakah semua pahala ibadah yang kita lakukan di bulan ramadhan ini sudah menjadi pahala kita seutuhnya?

Kok bisa seperti itu, apakah berarti pahala dari semua ibadah yang kita lakukan tidak ada gunanya? Ya... Bisa jadi lho...


Ini yang mungkin menjadi penyebabnya.

Mencela orang lain. Hal sepele ini sering kita lakukan terlebih dalam kondisi yang sedang tidak kita sadari. Ketika berjalan, lewat depan rumah orang, berkeliling ketika wisata, mulut ini memang tidak terkendali untuk sekedar nyeletuk kesana kemari.

Betapa mudah kita yang hanya merasa sudah baik dan mengerjakan ibadah dengan benar mengatakan mereka yang mungkin bahkan lebih baik dari kita. Apakah pernah ketika kamu sudah melaksanakn sholat tarawih, melihat orang diluar yang hanya lewat, dan langsung mengatakan iman mereka kurang karena tidak melaksanakan sholat tarawih?

Saat itu juga pahala tarawih kamu akan ditransfer, kepada orang yang kamu cela tadi.

Kita tidak tahu mungkin orang yang kita cela tadi melakukan sholatnya secara munfarid dan dilakukan di pertengahan malamnya. Belum melakukan saja sudah mendapatkan pahala sholat kita, ditambah sholat yang akan dilakukannya lagi nanti malam, menjadi dua kali lipat dong. Lha kita? Udah sholatnya belum tentu banyak pahalanya, eh ditransfer dengan orang yang kita cela.

Sungguh kehati-hatian ini sangat perlu dijaga untuk menjadikan diri kita terus mempertahankan kebaikan iman dan islam yang ada pada diri.

Sebuah cerita dari seorang ustadz kondang, yang dia sendiripun kapok akhirnya menegur orang. Tibalah disebuah masjid. Dilihatnya seorang bapak yang duduk diam. Dilihat sekelilingnya semua memegang msuhaf membaca ayat-ayat Allah, hanya bapak itu yang duduk sambil menunduk, tanpa memegang msuhaf. Lalu sang ustadz menatangi sang bapak dan berkata,

“Pak, coba atuh dipegang mushafnya, malu sama yang lain,”

Dengan senyum bapak itu menjawab, “punten a’ saya mah lagi muroja’ah”

Semenjak itu saya tidak berani mengur orang lagi kapok. Ungkap sang ustadz.

Betapa lucunya terkadang kita yang seperti sudah benar sendiri, mengatakan orang lain salah. Padahal kita belum tentu benar. Contoh tauladan terbaik kita Nabi Muhammad Sholallohu’alaihi wassalam.

Kisahnya yang selalu menyuapi seorang buta dan tua renta. Namun setiap bertemu dan menyuapinya itu juga nabi Muhammad mendapatkan cacian dan hinaan dari seorang tua renta dan buta ini. Namun dengan kemuliaannya, tidak sekalipun Rasulullah membalasnya dengan mencela atau bahkan menyakiti orang tersebut.

Sepeninggal rasulullah, Abu bakar menggantikan menyuap sang tua renta buta itu setelah bertanya kepada ‘Aisyah tentang amalan yang dilakukan rasul ketika hidup. Ketika Abu Bakar memulai menyuapi sang tua buta, ada yang ganjil dan tidak biasa. Sang tua renta berkomentar,

“Siapa kau, kau bukan orang yang biasanya menyuapiku. Mana orang yang biasa menyuapiku itu?”

Abu Bakar dengan suara yang sedikit bergetar tapi tegas menjawab, “Orang itu sudah meninggal. Rasulullah, nabi Muhammad yang setiap hari kau caci sudah wafat dan tidak bisa menyuapimu lagi”

Detik itu juga sang tua buta menangis dan merasa beralah, lalu disaat itu juga dirinya menyatakan keislamannya.

Sungguh teman-teman tak ada akhlak paling mulia yang bisa dicontoh selain pada diri Rasululullah panutan kita. Lantas kita yang bukan rasul, surga belum terjamin, ibadah belum tentu diterima masih menyombongkan segalanya, sungguh TER-LA-LU...

Sekali lagi evaluasi untuk diri kita semua, berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Jika bisa mencoba berpikiran yang baik kepada setiap orang kenapa tidak dilakukan? Sempurnakan saja ibadah kita, siapa tahu masih banyak celah dan kurang dari itu semua. Semoga kita selalu dalam naungannya, dan jaga-jaga, jangan sampai pahala yang kita punya ditransfer ke orang lain ya...

Wallahua’lam

Salam kebaikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;