Minggu, 31 Mei 2020 0 komentar

Selalu ada yang pertama kali…


Assalamualaikum sobat pembaca, masih ingat pertama kali kamu lahir? Dan tiba-tiba udah sebesar sekarang?

Pertanyaan gaje sih, hehe.


Nah, kita tentu selalu merasakan yang namanya pertama kali ya. Dalam hal apapun itu. Bisa jadi hal pertama itu, menjadi yang pertama dan selanjutnya, atau memang benar-benar pertama dan terakhir. Seperti pertanyaan pertama tadi, lahirnya kita pertama dan terakhir, lalu meninggal.

Hampir setiap orang yang melakukan hal pertama kali mengalami rasa gugup. Entah itu hal baik apalagi hal buruk.

Andai kita mengurutkan semua apa yang dirasakan dari lahir, semua kita mulai dari pertama kali.

Pertama kali lahir tak ada yang ingat bagaimana rasa dan kondisinya.

Pertama kali belajar berjalan, tak ingat berapa kali jatuh lalu berulang kali jatuh sampai akhirnya bisa lari bahkan loncat-loncat dan jungkir balik.

Pertama kali masuk sekolah, takut dengan berbagai hal baru, bingung mau bagaimana, sampai akhirnya ada yang bucin, ada yang cari perhatian, ada yang kepedean, ada yang… yah macem macem lah ya. Sampai sekolah ada yang menjadikannya ketakutan atau memang tempat menyenangkan.

Ada yang pertama kali mencoba menjadi ketua kelas, mengurusi semua hal yang berada di kelas. Sampai pusing dan serba salah dan ingin mundur.

Ada yang pertama kali keluar kota, serba bingung dan takut. Setelah beberapa kali akhirnya ketagihan, apalagi gratis karena ikut organisasi.

Pertama kali menikah tentu memiliki hal yang banyak bikin gundah dan perubahan sana sini. Yang bisa jadi pengalaman, entah akan menjadi pengalaman terakhir menikah, atau memperbaiki diri untuk pernikahan lagi, hm…

Yang pertama kali jadi orang tua. Dari sindrom baby blues sampai sang ayah mulai harus hemat-hemat fulus.

Begitu banyak kejadian di hidup ini yang diawali dengan hal pertama. Yang perlu dilakukan hanyalah menjalani dan mengalaminya. Tak ada yang perlu ditakutkan, itu hanya pikiran sesaat karena belum mencoba melakukan. Namun, akan ada selalu was-was jika pertama kali melakukan keburukan.

Mungkin ada…..

Yang pertama kali mencuri uang orangtua. Jantung berdetak kencang, pikiran tidak tenang, namun semua demi kuota bertahan agar main game online bisa menang.

Yang pertama kali terkagum dengan artis, mau dunia nyata, dunia maya, atau dunia khayalan yang karakternya tak pernah ada. Dari histeris sampai teriak-teriak. Yang berlebihan sampai menangis dan kalau ditegur marah berontak. Yang orang tua terlupakan sampai berjam-jam dikamar scroll info sana-sini sampai waktu makan dipanggil hanya menjawab tidak.

Semua, semua pertama kali ini akan terus hadir dalam hidup. Mau tidak mau, suka tidak suka harus dijalani. Apalgi ketika Negara api sekarang sedang menyerang. Jelas lebih banyak pertama kali yang terjadi. Namun skip lah ya, tidak usah dibahas, sudah banyak yang membahas sih…

Jika yang sudah banyak mengalami “pertama kali” dalam hidup ini, akan terbiasa dengan “pertama kali” yang akan datang di setiap perjalanan kehidupannya. Akan selalu ada perubahan, penyesuaian, perkembangan yang menjadi pertama kali dalam hidup, so, jangan takut untuk memulainya, selama hal itu adalah hal yang berbentuk kebaikan ya.

Jadikan setiap moment pertama kali dalam hidup adalah hal yang memberikan moment tak terlupakan, menyenankan, dan berbekas kenangan yang tidak menakutkan.

Sebagaimana pertama kali mencoba menulis ini, yah mengalir saja, apa yang ada di dalam pikiran dituliskan saja, toh nanti selesai juga. Kalau tidak selesai ya tinggal kasih titik selesai kan, hehe. Salam kebaikan.

Sabtu, 30 Mei 2020 0 komentar

Isi Mimpinya, Anak Murid. . .


Assalamualaikum sobat pembaca. Kembali lagi tulisan ringan kali ini. Seperti biasa membahas hal ringan yang bisa dibaca tanpa menambah beban pilkiran.

Dua bulan menuju tiga bulan libur sekolah secara tatap muka, tentu ada kerinduan kepada canda-tawa, suka-duka, kepada para sholeh sholeha calon penghuni surge. Pertemuan yang terhenti secara tiba-tiba tentu membuat kita banyak meninggalkan kenangan pada pandangan.

Hm… agak melankolis ya kayaknya, he.

Yah, banyak agenda pertemuan yang tertunda. Dimana bercengkrama dan kerjasama dengan anak-anak murid menjadi berwarna. Perpisahan yang batal total, dua agenda mabit yang juga tak lagi menjadi pertemuan yang nyata. Agenda ramadhan dan I’tikaf yang tentu hilang seketika. Serta pembelajaran di dalam kelas yang jelas hilang meninggalkan bekas.

Namun, sekali lagi, mengeluh bukan solusi. Menatap kedepan, kreatif dan menimbulkan inspirasi tentu lebih terpuji dan meninggalkan hal yang lebih melekat di hati.

Semua agenda terbatas video dan WA. Dengan mendadakpun sempat terlaksana juga rapat dengan para beberapa pengurus osis melalui video dan tatap muka. Selebihnya hanya senda gurau melalui teks aplikasi WA.

Lamanya tak bertemu dengan mereka memberikan kesan tersendiri. Bisa dikatakan hampir setiap hari di malam tidur, mimpi yang berjalan diisi dengan para murid-murid ini. Tema mimpi juga beragam, ada yang disekolah, bahkan yang semalam sampai posisinya dirumah.

Di satu bulan pertama, ada satu minggu bahkan hampir setiap harinya mimpi yang isinya anak murid. Tentu sekarang tak ingat lagi apa-apa saja mimpinya. Namun masih ada beberapa yang menempel. Bahkan unik-unik. Apakah ini bentuk kerinduan? Hehe

Jika harus bercerita singkat, teringat dari mimpi yang kali ini isinya semua anak talamidz. Ceritanya mimpi pertandingan bola atau futsal gitu sih. Bertanding di lapangan yang entah dimana. Sampai beberapa babak. Efek setiap agenda classmeeting atau hari besar sekolah, para anak lanang ini requestnya bola teroos.

Lalu ada juga mimpi dimana sekolah sedang dibangun. Meski dengan posisi yang beda namun cukup mewah. Terlihat sekolah sedang dibangun beberapa lantai, dan anak-anak juga sudah mulai masuk sekolah. Ada anak yang sedang diluar kelas yang dihukum dijemur kalau tidak salah. Ada juga yang sedang dikelas.

Ada yang sedang dihukum karena tidak menggunakan jilbab dengan benar, akhirnya disuruh pakai jilbab lebih rapi. Lucu juga, karena dikelas ini kelas 7 dan 8 digabung. Bahkan ada dua anak yang memakai gaun gamis putih dan biru saking menutup hijabnya. Ini kelas 8 yang katanya saudara kembar beda ibuk, hayoo ada yang mau tebak siapa, hihi.

Nah, beberapa hari lalu mimpi yang cukup unik juga. Di sebuah mushola dan kelas tiba-tiba datang angkatan 3-5, dimana di dominasi dengan para murid di angkatan 5, yah karena mereka yang paling banyak dibanding dua angkatan lainnya mungkin ya. Datang berombongan, ada yang bawa kamera, ada juga yang main, dan salah satu anak angkatan 5 yang bawa busur panah. Karena pernah bilang ikut ekskul panahan kali ya, hehe.

Ada juga mimpi sekilas ada kelas 7 dan 8 yang diawasi main lempar-lemparan. Dan semalam, malah salah satu anak kelas 7 laporan absen kelas kerumah, sambil mencibir bercanda. Lalu memijit salah satu rekan guru. Kali ini lokasinya dirumah. Haha, tiba-tiba aja nih.

Masih banyak tentunya beberapa kejadian lain yang tentunya mimpi-mimpi berisi anak murid. Guru-gurupun juga. Belum si eneng kelas 8 yang tiba-tiba tinggi banget, lalu si ponakan, ada juga di kelas lagi belajar pramuka sama bapak pramuka sekolah. Hehe, hampir komplit semua agenda sekolah lah ya. Belum flashback dalam mimpi para angkatan 6 yang lulus tanpa jejak kali ini.

Begitulah, sekelumit mimpi yang diisi para warga sekolah. Apakah malam ini akan menjadi mimpi lagi diisi oleh mereka? Hehe, yang penting nikmati saja, dan mereka semua sehat.

Yuk, tetap berdo’a dan saling mendo’akan semuanya. Salam kebaikan.

Jumat, 29 Mei 2020 0 komentar

Bingung darimana, Ya Udah tentang sekolah aja.


Assalamualaikum sobat pembaca sekalian. Sudah dari tanggal 13 maret yang biasanya gerak kesana kemari, langsung bergerak dirumah aja sendiri. Yah mesti nggak semua aspek juga sih. Ah, kalau bahas ini sudah pusing dan mumet kali ya. Sudah banyak ahli sana sini dengan berbagai teori memberikan semua saji yang kita lahap sampai tak tertelan lagi.

Lantas apa yang mau saya bahas kali ini, apa yang dekat dengan saya saja. Berhubung tulisan terakhir desember 2019 lalu, jika masih banyak yang kurang sana sini mohon dimaklumi ya. Mau mencoba kembali mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan ringan, receh, atau mungkin gaje. Yang penting menulis aja lah ya, hehe. Yang mau berselancar dengan tulisan-tulisan ringan saya di blog ini silahkan ya.

Oke, kembali ke tulisan yang ingin saya bahas kali ini. Tentang sekolah.

Kenapa sekolah, ya karena sekarang saya mengajar di sekolah, dan ini hal yang paling terasa selama stay at home dalam dua bulan lebih ini. Mengajar di salah satu SMP Swasta di Kota Bengkulu selama tiga tahun terkahir ini tentu banyak pembelajaran yang paling terasa dilaksanakan. Meski mungkin posisi status yang bukan tinggi disekolah, namun ilmu itu didapat dari learning by doing selama pembelajaran.

Bahkan untuk sekarang-sekarang teman komunikasi paling banyak didominasi anak murid dan wali murid. Sampai wali murid yang anaknya belum masuk, hehe. Di setiap komunikasi itu selalu mencari celah pembelajaran oleh para orangtua yang tentunya lebih berpengalaman dari segala sisi. Saya hanya memiliki secuil hal yang dimiliki dalam membantu anak-anak mereka. Berbeda dengan para orang tua yang darah daging semua sudah tercurahkan.

Maka, kadang merasa tidak enak yang besar ketka para ananda atau anak walimurid ini lebih mengikuti kata gurunya. Sering sekali kutipan seperti ini terlontar. Namun, hal itu jadi peluang untuk menjadi orangtua kedua bagi para murid. Menyamakan suhu dengan para orangtua, ketika mereka mencurakan beberapa bagian hidupnya kepada kita, apa yang diajarkan dan disampaikan jadi tidak beda jauh dengan apa yang dirasakan di rumah mereka.

Lantas, semua itu berubah ketika Negara api menyerang, #Cirini (Bahasa anak-anak sih gitu)
Yups, dua bulan lebih beradaptasi dengan semua perubahan mendadak dimana harus menolah semua pembelajaran dengan online. Adaptasi dengan aplikasi, keisapan kesigapan dan kematangan dalam melaksanakannya. Kerjasama antara orangtua – Guru – terutama murid sangat diperlukan. Miskomunikasi di satu sampai dua minggu awal tentu hal yang wajar. Karena perubahan ini perlu proses agar terbiasa, tidak seperti power ranger, tinggal bilang Henshin berubah deh dan punya kekuatan.

Dari tidak semua ananda yang memiliki fasilitas smartphone, atau gantian dengan orangtua yang juga mau kerja. Tidak semua ada laptop, dan tidak semua juga bisa mengoperasikan aplikasi pembelajaran yang ada dengan seketika. Gurupun jika mau disatukan suhu tentu ada yang bisa ada yang tidak, otomatis juga menggunakan yang paling bisa dikuasai untuk digunakan dalam proses pembelajaran onlinenya, dan mengakibatkan semua sistem tersedia dengan cara beragam. Di cocok cocokkan ajalah semuanya ya.hehe.

Namun, itu semua kondisi yang membuat kita harus menyesuaikan semuanya. Mau menyalahkan tentu tidak boleh. Semua apa-apa yang terjadi sudah ada ketentuan dan pasti ada hikmahnya. Banyak positif jika berkaca dari sudut pandang yang lain. Dari yang lebih meningkatkan kebersihan diri, menjaga agar tidak asal sentuh, auto tidak salaman dengan yang bukan mahrom, dan hal lainnya.

Kita bisa melihat juga yang lebih peduli dengan orang lain. Siapa yang lebih mengedepankan ego atau simpatinya. Terbuka semua deh sifat kita juga kan. Oke, kita kembali bahas terkait sekolah ya, hehe.

Setelah berjalan dua minggu awal belajar onlen di rumah. Banyak anak-anak yang mulai mengeluh. Rindu sekolah, pusing belajar onlen, dan sebagainya. Dari orangtua pun juga banyak yang memiliki cerita. Harus menjadi guru semua mata pelajaran, menghadapi pertanyaan yang tak tertahankan, dan lain-lainnya.

Para guru tak kalah shocknya dong. Namun terlepas dari itu semua, disini kembali kita memandang hal positifnya adalah bagaimana kita siap menghadapi keadaan dengan semua hal yang dadakan. Sehingga kita tidak menjadi orang yang ketinggalan jaman.

Sekarang kita bisa melihat, peningkatan kasus #Cirini yang semakin melonjak, para dewan atas langit yang entah mau seperti apa, belum lagi para sekitar kita yang masih bandel dengan kepedeannya berkeliaran kemana-mana. Sekarang semua pandangan mulai berubah. Sekolah lebih baik ditunda daripada terjadi apa-apa. Entah benar atau tidak, namun melihat headline salah satu Negara maju yang mencoba sekolah dengan keadaan baru ternyata gagal, dan kembali meliburkan sekolahnya karena ada anak yang terpapar. (koreksi jika salah ya)

Maka dari itu, sebagai salah seorang guru, juga berpendapat bahwa lebih baik berpisah sementara daripada berpisah selamanya. Tak apa mundurkan tahun ajaran baru satu semester, daripada masuk bikin semua pihak keteter. Bersabarlah dan mulai kreatif. Disini keluarkan semua ide dan inisiatif. Namun hanya bisa berpendapat dan menuliskan saja. Apapun keputusan dan kebiajakan atas semua yang ada, akan diikuti nantinya.

Dan dibagian terakhir ini, luaskan pandangan dan pikiran. Salah satunya bersiap dengan karya berikutnya yang inshaAllah akan saya proses terbit. Doakan ya, hehe. Kalau ada rezeki minimal satu judul buku maksimal dua judul buku. Kalau tahun ajaran baru ternyata tetap dilanjutkan juli ini, minimal satu judul buku, kalau ternyata diundur tahun depan  semoga bisa dua judul buku. Katanya kalau ide tidak disampaikan nanti hanya tersimpan saja, jadi saya sampaikan semoga banyak yang mengirimkan doanya, hehe.

So, untuk semua ayah bunda ananda dan semua guru seindonesia. Mari kreatif, banyak inisiatif, dan pinter-pinter otaknya diputer untuk nambah insentif (ups, hehe). Mari cerdaskan anak bangsa dengan segala cara dan jangan lupa selalu kirimkan doa. Salam kebaikan.

 
;