Sabtu, 02 Desember 2017

Duka Sedalam cinta (KMGP 2)

Kali ini sedikit me review atau lebih tepatnya komentar saya tentang film baik yang baru saja ditonton kemaren. Film yag diangkat dari tulisan Karya Bunda Helvy Tiana Rosa ini cukup membuat saya kembali tertegun. Setelah sebelumnya lebih dulu mengenal bukunya dan membacanya berulang-ulang.

Hal yang saya senangi ketika menonton film yang di adaptasi dari karya-karya dua beradik, Asma Nadia dan Helvy tiana rosa, adalah isinya yang cukup sejalan dengan bukunya. Gubahan dan penambahan tidak merubah alur dari buku yang sudah saya baca sendiri.

Meskipun tidak semuanya saya tonton di bioskop, karena lebih menghindari hal itu sebisa mungkin, namun beberapa film yang akhirnya tayang sebelum ke layar kaca saya apresiatif dengan baik karena sesuai cerita yang ditulis dan dimainkan dalam bentuk peran.

Kembali ke film.

Satu yang cukup membedakan dengan film seri pertamanya Ketika mas Gagah Pergi, di seri kedua dengan judul filmnya Duka Sedalam Cinta ini lebih banyak narasi yang dimainkan. Benar-benar memberikan pesan dalam sedikitnya adegan.

Jika seri sebelumnya alur maju, yang ini terkesan lebih banyak alur mundurnya (pandangan saya aja sih ya).

Tapi semuanya cukup sangat sejalan dengan apa yang sudah saya baca di bukunya.

Moment-moment yang menarik adalah di filmnya membuat sebuah benang merah sebuah hubungan pertemanan yudi dan Mas gagah. Hal ini yang memang tidak terduga namun tidak mengacaukan isi filmnya,. Apalagi di sesi terakhir ketika melihat foto kecil di dompet Gagah yang terbelah dua, ternyata dulunya si Yudi lah yang merobeknya.

Memang terkesan kebetulan sekali, namun pengemasan benang merahnya sangat apik sehingga terlihat menarik. Sayangnya film ini tidak bisa di tayangkan lama seperti kebanyakan film lainnya.

Seorang karakter yang menarik perhatian saya juga seorang ustadz sekaligus guru, yaitu Salim A. Fillah. Melihat lakonnya di dalam film sungguh tidak ada bedanya ketika beliau mengisi majelis, dan teringat bahwa sayapun pernah menjadi moderator satu penggung dengan beliau. Kalau dipikir-pikir lagi MasyaAllah banget berarti ya.

Ketika memberikan nasehat-nasehat kepada Gagah dan membacakan ayat Al-quran nampak yang dilakukan sang ustadz adalah kerendahan hati dalam melakukannya.

Duka sedalam cinta, atau Ketika Mas Gagah pergi, sebuah komponen karya yang memang tidak biasa. Teringat ketika saya menanyakan karya ini kepada sang penulis secara langsung Bunda Helvy di acara workshop menulis di jakarta Oktober tahun lalu. Bagaimana bisa cerita Mas Gagah ini begitu membius?

Jawaban sederhana yang membuat kami satu ruangan takjub adalah, beliau mengerjakannya ketika setelah tahajjud, dan diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu jam yang awalnya itu adalah tugas perkuliahan.

Yaps, mendukung karya baik dan islami salah satu untuk mengarahkan generasi ini dalam konsumsi hal-hal yang pantas dan tidak pantas.

Nah sedikit promosi juga deh, khusus buat kamu yang di Bengkulu, akan ada film pendek amatir dari para pemula dengan judul “Nikahi atau Akhiri” yuk daftar, batasnya sampai tanggal 7 lho. Cuma 15.000 aja. Tempat nobarnya di aula Pola kantor gubernur. Sms/wa Daftar_nama_alamat_no Hp ke 085267175956



Salam kebaikan, Salam berkarya

0 komentar:

Posting Komentar

 
;