Minggu, 17 Desember 2017 0 komentar

Seperti Hinata Shoyo ketika menyusup di Pelatihan Imitasi pemain muda berbakat.

Melihat judulnya mungkin banyak yang agak memiringkan kepala berpikir. Kalau tidak ya alhamdulillah. Menggunakan anime sebagai bagian dari judul yang bukan hal umum orang suka. Tapi ini yang saya suka.

Sebelum ke pokok tulisan, perlu tahu dulu siapa itu Hinata shoyo (Semoga penulisan namanya benar). Hinata yang saya bawa adalah salah satu peran utama dalam sebuah manga sekaligus anime jepang dengan judul Haikyuu. Sebuah anime yang menceritakan tentang permainan bola voli.

Judul yang saya ambil adalah moment dimana cerita manganya pada bagian Hinata mengikuti Tsukishima rekan setimnya yang di undang pelatih shiratorizawa untuk mengikuti camp pelatihan pemain muda yang dikumpulkan dari perfektur di wilayahnya. Sayangnya sang pelatih hanya mengambil pemain-pemain yang memiliki tinggi 180cm ke atas untuk ukuran anak SMA.

Setelah iri dengan Kageyama rekan setimnya yang mengikuti camp pelatihan nasional, Hinata tidak tinggal diam ketika Tsukishima juga diundang meski di tempat yang berbeda. Dengan diam-diam Hinata mengikuti Tsukishima dan menyusup kedalam camp pelatihan.

Singkat cerita Hinata sempat bikin bingung pelatih Shiratorizawa, yang akhirnya diterima tapi tidak diperkenankan mengikuti latihan. Hanya menjadi anak bola. Tukang bantu-bantu para pemain. Dari mengepel, mencucikan baju menyiapkan minuman, dan memungut bola-bola yang keluar lapangan.

Namun, dalam kondisi yang tidak legal untuk bisa ikut latihan itu, Hinata tetap belajar dengan cara apapun dan mengambil pelajaran dari manapun.

Selama beberapa waktu camp sampai akhir, banyak yang shoyo perhatikan. Dari melihat para bloker tinggi menghalang bola, melihat cara libero menerima bola dengan baik, dan terus mengadaptasi teknik dan cara-cara para pemain camp yang ada di shiratorizawa, meskipun sampai akhir camp tetap menjadi anak bola.

Oke setelah sedikit banyak saya menceritakan tentang ini, lalu apa yang saya ingin sampaikan? Yah saya sedang mengalami kondisi seperti itu, kurang lebih.

Menjadi pendamping mengurusi banyak hal dan harus memperhatikan kebutuhan anak tentu bukan hal yang mudah. Harus peka dan mengerti setiap kewajiban dan tugas.

Kegiatan di pare yang seyogyanya menuntut anak-anak harus belajar disiplin mandiri dan tidak lupa untuk mengikuti kelas 6 kali dalam sehari. Lalu saya yang hanya mendampingi ngapain? Itu sempat jadi pertanyaan dan juga ditanyakan.

Yah memang tidak bisa banyak hal yang saya lakukan dan menuntut apa-apa. Ketika mendapat kondisi ini di hari ke lima berpikir, harus ada yang bisa saya capai dan lakukan. Pertama saya kembali ke salah satu aktivitas yang suka saya lakukan, yaitu membaca.

Menemukan toko buku murah menjadi godaan terbesar untuk saya sendiri. Melihat komik, novel, dan beberapa buku lain yang menarik dengan harga wow banget buat dibeli berhasil menarik godaan saya untuk mengambil dan membawanya pulang. Alhasil itu benar-benar saya lakukan, di hari ke tujuh saya di Pare mendampingi anak-anak belajar di Kampung Inggris, sudah membaca 17 buku. Terdiri dari komik dan novel.

Lalu, berikutnya saya mencoba mengambil metode mengajar para tutor disini. Memang tidak secara langsung saya mengikuti dan mengamatinya dari kelas, namun saya selalu bertanya kepada anak-anak tentang kejadian dan apa yang dilakukan para tutor di kelas. Melihat tugas mereka dan bagaimana penanganan para tutor dengan beberapa hal yang tidak disiplin, dengan begitu saya akan bisa menggunakannya dalam pengajaran ketika pulang nanti.

Nah semakin kesini saya juga belajar bagian lainnya, yaitu bisnis dan keramahannya. Memang harga kebutuhan disni jauh lebih murah. Bilapun harganya sama dengan yang ada di Bengkulu namun servicenya jauh lebih baik. Kalau makanan katakanlah lebih banyak porsinya. Ini sedang saya olah bagaimana bisa untuk di bawa di Bengkulu nanti.

Andai saja bisa membawa harga miring ini ke Bengkulu nanti dan membuka setidaknya kedai sederhana, rasanya lumayanlah. Dan juga memanfaatkan buku obralan murah disini untuk ditawarkan kepada teman-teman di Bengkulu yang sedikit bisa bermanfaat dan membantu.


Yaps, mungkin saja kita sedang berada di suatu tempat dengan tidak melakukan apa-apa sesuai yang sedang ada di tempat itu. Tapi yakinlah akan ada sesuatu yang bisa diambil dimanapun kamu berada, meskipun hanya seujung kuku.
0 komentar

Khairunnas Goes To Pare

Berawal dari diskusi orang tua yang akhirnya disampaikan kesekolah. SMP IT Khairunnas mengadakan sebuah study wisata perdana mengunjungi Kampung inggris. Eits, bukan sekedar mengunjungi tapi benar-benar belajar.

Sekitar satu bulan memilah milih dan diadakan tes singkat untuk memilih sepuluh siswa yang berhak berangkat, alhasil hanya delapan siswa yang benar-benar sanggup untuk ikut. Banyak yang urung karena berbagai hal teknis yang menjadi pertimbangan.

Yups penentuan setelah ujian tengah semester delapan orang yang jadi untuk berangkat. Satu bulan sebelum keberangkatan terpilih tiga orang tilmidzat (baca : murid perempuan), dan lima orang talamidz (baca : murid laki-laki)

Marella Haldis, Senangun Tiandani, Zahra Nabilah Syifa, M. Rafif, Ahmad Nugrahadi, Naufal Nadzif, M. Arya Dhiwa, A. Rafid Fatwa. Bersama dua guru pendamping yang mengampu pelajaran Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab.

Sabtu jam 5 pagi kami sudah berkumpul di bandara Fatmawati Bengkulu, untuk menaiki maskapai keberangkatan jam 6 pagi. Sempat hampir ketinggalan, karena langsung check ini dengan satu rombongan sepuluh orang.

Salah satu dari kami ada yang baru pertama kali naik pesawat, jadi cukup medebarkan bagi dirinya. Sekitar satu jam kurang lebih kami sampai di bandara soekarno-Hatta Jakarta. Jam 7 kami sudah disana dan mencari ruang tunggu untuk transit penerbangan berikutnya ke Surabaya.

Sekitar tiga jam.an kami menunggu transit, tidak banyak yang kami lakukan. Dari yang main hp, beli makan, ngobrol sama ibu-ibu, gantian dhuha, sampai ada yang mencari pokemon (Permainan Pokemon Go).

Yaps, mendekati pukul sebelas kami mulai masuk untuk chek boarding dan duduk di kursi masing-masing.  Disinilah ketegangan bermula.

Setelah lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta menuju Surabaya, pesawat yang kami naiki masuk ke dalam gumpalan awan putih dan mengalami guncangan yang lumayan. Sedikit naik turun seperti jatuh bebas tapi naik lagi. Ini belum seberapa.

Tidak lama setelah itu, setengah perjalanan pesawat, kembali masuk ke dalam gumpalan awan yang lebih tebal dan besar. Kali ini guncangan naik turun lebih hebat dari yang tadi. Sekilas saya langsung terbayang film Final Destination 1. Sebuah alur kematian yang terjadi di pesawat. Atau beberapa keelakaan pesawat yang terjadi, membayangkan film Detective Conan yang mencari cara mendaratkan darurat dan menstabilkan pesawat.

Tapi diatas itu semua satu yang saya pikirkan. Bagaimana teman kami yang baru naik pesawat ini di kursi depan ya?

Sekitar satu setengah jam perjalanan kami di atas pesawat rasanya campur aduk dan macam-macam. Ketika turun dan berjalan keluar, ternyata teman kami itu cukup shok dan sempat lemas. Antara simpati dan lucu. Dia berkali-berkali berucap dan mukanya pucat pasi.

Yah, kecemasan berakhir karena kami sudah sampai di Bandara surabaya, dan siap di jemput travel untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat kursus kami di TEST English School.

Sekitar jam 2 kami sampai di Bandara, mengambil barang, lalu langsung kontak Travel yang sudah kami booking jauh-jauh hari. Pak Saipul nama supirnya, kami berangkat dengan mini bus jenis Elf, nggak bisa terbang kok karena mobil bukan peri sungguhan.

Perjalanan yang kami tempuh cukup lama. Karena jalanan yang cukup macet menambah waktu perjalanan. Sekitar setengah lima kami berhenti di rumah makan, untuk mengisi tenaga, dan melaksanakan sholat, serta melaksanakan “Panggilan Alam” hehehe.

Sekitar 45 menit kami menyelesaikan itu semua, kembali berangkat menuju lokasi kursus. Kurang lebih satu jam lewat dikit kami sampai di TEST English School. Tepat di kantornya kami meletakkan semua barang dan melakukan registrasi. Setelah mendapatkan kamar sementara, langsung saja kami mencari makan dan merehatkan badan.


Perjalanan kami baru dimulai untuk 1 bulan ke depan. Meski langsung ada yang nanya kapan pulang ketika kami baru sampai, hehe.
Sabtu, 02 Desember 2017 0 komentar

Duka Sedalam cinta (KMGP 2)

Kali ini sedikit me review atau lebih tepatnya komentar saya tentang film baik yang baru saja ditonton kemaren. Film yag diangkat dari tulisan Karya Bunda Helvy Tiana Rosa ini cukup membuat saya kembali tertegun. Setelah sebelumnya lebih dulu mengenal bukunya dan membacanya berulang-ulang.

Hal yang saya senangi ketika menonton film yang di adaptasi dari karya-karya dua beradik, Asma Nadia dan Helvy tiana rosa, adalah isinya yang cukup sejalan dengan bukunya. Gubahan dan penambahan tidak merubah alur dari buku yang sudah saya baca sendiri.

Meskipun tidak semuanya saya tonton di bioskop, karena lebih menghindari hal itu sebisa mungkin, namun beberapa film yang akhirnya tayang sebelum ke layar kaca saya apresiatif dengan baik karena sesuai cerita yang ditulis dan dimainkan dalam bentuk peran.

Kembali ke film.

Satu yang cukup membedakan dengan film seri pertamanya Ketika mas Gagah Pergi, di seri kedua dengan judul filmnya Duka Sedalam Cinta ini lebih banyak narasi yang dimainkan. Benar-benar memberikan pesan dalam sedikitnya adegan.

Jika seri sebelumnya alur maju, yang ini terkesan lebih banyak alur mundurnya (pandangan saya aja sih ya).

Tapi semuanya cukup sangat sejalan dengan apa yang sudah saya baca di bukunya.

Moment-moment yang menarik adalah di filmnya membuat sebuah benang merah sebuah hubungan pertemanan yudi dan Mas gagah. Hal ini yang memang tidak terduga namun tidak mengacaukan isi filmnya,. Apalagi di sesi terakhir ketika melihat foto kecil di dompet Gagah yang terbelah dua, ternyata dulunya si Yudi lah yang merobeknya.

Memang terkesan kebetulan sekali, namun pengemasan benang merahnya sangat apik sehingga terlihat menarik. Sayangnya film ini tidak bisa di tayangkan lama seperti kebanyakan film lainnya.

Seorang karakter yang menarik perhatian saya juga seorang ustadz sekaligus guru, yaitu Salim A. Fillah. Melihat lakonnya di dalam film sungguh tidak ada bedanya ketika beliau mengisi majelis, dan teringat bahwa sayapun pernah menjadi moderator satu penggung dengan beliau. Kalau dipikir-pikir lagi MasyaAllah banget berarti ya.

Ketika memberikan nasehat-nasehat kepada Gagah dan membacakan ayat Al-quran nampak yang dilakukan sang ustadz adalah kerendahan hati dalam melakukannya.

Duka sedalam cinta, atau Ketika Mas Gagah pergi, sebuah komponen karya yang memang tidak biasa. Teringat ketika saya menanyakan karya ini kepada sang penulis secara langsung Bunda Helvy di acara workshop menulis di jakarta Oktober tahun lalu. Bagaimana bisa cerita Mas Gagah ini begitu membius?

Jawaban sederhana yang membuat kami satu ruangan takjub adalah, beliau mengerjakannya ketika setelah tahajjud, dan diselesaikan dalam waktu kurang lebih satu jam yang awalnya itu adalah tugas perkuliahan.

Yaps, mendukung karya baik dan islami salah satu untuk mengarahkan generasi ini dalam konsumsi hal-hal yang pantas dan tidak pantas.

Nah sedikit promosi juga deh, khusus buat kamu yang di Bengkulu, akan ada film pendek amatir dari para pemula dengan judul “Nikahi atau Akhiri” yuk daftar, batasnya sampai tanggal 7 lho. Cuma 15.000 aja. Tempat nobarnya di aula Pola kantor gubernur. Sms/wa Daftar_nama_alamat_no Hp ke 085267175956



Salam kebaikan, Salam berkarya
Jumat, 01 Desember 2017 0 komentar

Tukang rumput sholeh

Banyak yang mengatakan bahwa hati-hati dari siapa kamu mengambil ilmu dan belajar, tapi rasanya tidak salah jika dikatakan, mengambil pembelajaran boleh dari siapa saja.

Kali ini sebuah kekaguman sederhana yang saya dapat dari seorang pemotong rumput. Kejadian ini kurang lebih satu minggu lalu., memangnya apa yang membuatnya istimewa?

Pertama kali yang tidak disangka adalah ketika ingin mencari sang bapak yang bekerja di tempat pemadam kebakaran. Ketika saya dan teman menanyakan siapa yang biasa memotong rumput disana karena ingin meminta bantuannya, seorang ibu-ibu menunjuk seorang bapak dengan rambut yang sudah memutih dan mengenakan baju batik. Saya dan teman pun sempat berpandangan sejenak karena tidak menyangka dengan apa yang dilihat.

Akhirnya bertepatan dengan adzan ashar kami singgah di masjid untuk sholat sekaligus menanyakan perihal memotong rumput tersebut kepada bapak itu. Setelah bertemu di masjid dan yakin bapak dengan kacamata dan baju batik itu yang akan memotong rumput kamipun pulang.

Awalnya hanya berhenti disitu, kekaguman dengan penampilan yang tidak menunjukkan bahwa sang bapak dengan penampilan berbaju batik dan kacamata sederhana adalah seorang pemotong rumput.

Esoknya ketika sang bapak datang meskipun agak telat karena  paginya ada tamu dirumahnya, langsung mempersiapkan alat untuk memotong rumput. Sekitar tiga jam sang bapak melaksankan pekerjaannya, seperempat lahan yang dipangkas selesai. Terlihat sang bapak pergi ke kamar mandi sekolah dan mengganti bajunya. Awalnya tidak berpikir apa-apa, namun setelah itu beliau sudah siap-siap untuk melaksanakan sholat dzuhur.

Hal itu sedikit menarik perhatian.

Berlanjut ketika sholat ashar. Kami yang sedikit terlambat, melihat dari dalam kelas sang bapak menjadi imam beberapa jama’ah yang sudah duluan sholat. Dan ternyata memang itu terus dilakukan.

Keesokan harinya ketika melanjutkan sedikit lagi pemotongan rumput yang dilakukannya, lima menit tepat sebelum dzuhur mengganti bajunya dan kekamar mandi untuk siap-siap sholat dzuhur. Asoy yang selalu dibawanya adalah baju ganti untuk sholat. Yah, kelihatannya kecil tapi ini yang sering kita lupakan dan tinggalkan.

Betapa sang pemotong rumput yang bisa selalu bersiap-siap untuk menghadap sang pemberi rezeki. Bagaimana dengan kita. Guru, dosen, pengusaha, direktur, sudah seberapa sibukkah pekerjaan kita. Bahkan menghadap sang pencipta dengan baju apa adanya.

Bagaimana ingin mendapatkan yang terbaik, jika yang kita berikan kepadaNya adalah yang biasa-biasa saja bahkan yang terburuk?

Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah Yang Kamu Dustakan?


Salam Kebaikan
Senin, 31 Juli 2017 0 komentar

Aku ragu ini Indonesiaku...




Aku ragu ini Indonesiaku 
Kulihat semua alam yang bersatu padu digerus tanpa ampun
dijual oleh mereka yang mencari kenikmatan belaka
yang katanya untuk kepentingan rakyat jelata
faktanya hanya untuk memuaskan isi perut saja


Aku Ragu Ini Indonesiaku
Ketika melihat betapa banyak karya yang tercipta
Banyak yang hanya menghujat dengan melontarkan sepatah kata
Tak ada usaha yang lebih nyata dalam pandangan mata
Hanya umpatan dan sindiran karena tidak bisa melakukan apa-apa

Aku ragu ini Indonesiaku
Ketika siswa sekolah Harus menguasai Matematika dengan sempurna
Harus mampu berbahasa inggris dengan kelancaran kritis
Kutahu setiap siswa tidak mampu melakukannya dengan seksama
Karena Tuhan tidak hanya memberikan dua ilmu itu saja

Aku Ragu ini Indonesiaku
Yang katanya disebut pahlawan tanpa tanda jasa
Guru dan dosen malah dituntut mengurus sampah-sampah berkas demi gaji semata
Jam mengajar yang habis terbuang sia-sia
Namun ketika pengajaran tidak maksimal mereka dikatakan makan gaji buta

Aku Ragu Ini Indonesiaku
yang kudengar orang-orangnya Ramah tamah
Dikatakan kepadaku semuanya baik hati dan penuh toleransi
tapi faktanya hanya membuat bulu kuduk berdiri
sedikit salah sikap masuk jeruji besi tanpa perlu basa-basi

Aku Ragu ini Indonesiaku
Lima sila yang menjadi dasar dianggap sebagai pajangan yang dijual di tengah pasar
Undang-undang yang dipatenkan, sebuah alat kemerdekaan yang sekarang dilupakan
Mungkinkah mereka yang diatas lupa atas jasa pendahulunya
Mungkinkah mereka merasa bahwa negara ini bukan lagi seperti penjajahan belanda

Ah, aku Lucu dengan Indonesiaku
Beribadah fanatik diumpat Sok Alim
Jujur Ujian dikatakan Sok Suci
Membantu orang lain Dihujat Sok Baik
Lantas apakah menjadi kejahatan adalah kewajiban

Ah, Aku Lucu dengan Indonesiaku
Tersangka pejabat masuk jeruji dengan senyum khidmat
Memberikan drama dengan sungguh hebat
tangisan airmata yang dibuat dengan latihan berat
Hakimpun hanya bisa menurut dalam berbuat

Ah, Aku lucu dengan indonesiaku
Katanya menjadi netral dengan Bhinneka Tunggal ika
Beda yang melakukan saja kau perlakukan dengan hina
lain pejabat yang sama-sama berdusta untuk negara
lain pula ulama yang mencoba membela untuk negara

Ah, Aku lucu dengan Indonesiaku
Dulu, saat ku sekolah dasar yang kunyanyikan dari balonku sampai lihat kebunku
Sekarang, anak TK Saja, isi lagunya luar negeri yang ungkapannya pada I Love you
Apakah perbedaan masa merubah moral bangsa
Ataukah memang mereka diperkenalkan dengan hal tidak pantas sedemikian rupa

Maaf negaraku
Media-media peliharaan tidak lagi mampu berlaku adil denganmu
Kamipun capek hanya mendengarkan berita yang ini-itu
Ketika mereka menampilkan yang sedikit berbeda dari keinginan para majikan
tak segan teguran dan pencabutan dilayangkan dengan ancaman

Maaf negaraku,
Anak-anak kita tak lagi seperti dulu
Ketika bermain bersama masih menjadi yang dirindu
Main bola kasti atau lempar gundu
Tetap betah sampai petang meski sudah diteriaki ibu

Maaf negaraku,
Anak-anak kitapun sudah dijejali tayangan sampah yang hanya bikin muntah
Kudengar bahwa semua yang disiarkan ada aturannya
Sampai kartun-kartunpun disensor setiap geraknya
Tapi sinetron dengan para artis bebaju kurang bahan tak sedikitpun pernah menjadi perbincangan

Maaf negaraku,
Keadilanpun tidak seperti dulu
Rakyat kecil yang mengambil singkong untuk makan
Bisa kau penjarakan sampai lima tahun ke depan
Para petinggi yang mengambil uang rakyat untuk senang-senang
Masuk penjara saja sambil membawa senyum ringan

Tak kan habis lembar putih ini kuisi dengan tinta hitam
menuliskan tempat tinggalku sendiri yang sudah kelam
semua kebohongan hanya menjadi pendengaran sekelebatan
tanpa tahu setiap nyawa yang dipertaruhkan

Apakah aku harus pindah negara?
Agar karyaku diapresiasi disana?
Ataukah aku pindah negara?
Agar anak-anakku menjadi terjaga disana?

Apakah aku harus pindah negara?
Agar bisa berbicara dengan oknum keadilan yang lebih bersahabat dan bersahaja?
Ataukah aku harus pindah negara?
Agar bisa beribadah dengan sempurna?

Apakah aku harus pindah negara?
Hanya untuk melihat para petinggi yang mau sadar akan siap kesalahan diri?
Dimana baru jadi tersangka,
mengundurkan diri, bahkan siap bunuh diri

Oh, Indonesiaku
Akan kembali kah kau seperti kata mereka dulu?
Menjadi negara yang disenangi rakyatnya?
pemerintah yng tidak pandang bulu kebijakannya?
oknum yang melakukan tindakan dengan cara yang bijaksana?
Guru-guru yang berdedikasi mengajar siswanya?

Atau aku hanya akan menjadikan semua ini mimpi sampai nafas terhenti bersua?
Jumat, 30 Juni 2017 0 komentar

Musibah? Nggak kok ngetes iman aja... (Ramadhan In Moment)

Bulan ramadhan seharusnya bulan pendidikan dan bulan berkah bukan? Namun bagaimana kalau ada yang mendapat musibah? Pertanyaannya yakin itu musibah?

Terkadang persepsi sempit kita karena kurang membuka pikiran mengartikan musibah dengan kesulitan, berkah dengan kemudahan. Padahal bisa saja sebaliknya. Seorang milyader dengan harta yang berlimbah apakah itu berkah? Bisa jadi musibah kalau ternyata itu seua hasil dari uang suap yang akhirnya mengantarkan kepenjara.
 
dari meme ikhwan akhwat/rege muslim indonesia (lupa salah satunya deh pokoknya, hhe)
Seorang yang buta mata, tidak bisa melihat dari lahir apakah musibah? Sebenarnya salah satu anugerah terbesar. Karena dengan butanya mata di selamatkan dari melihat hal yang haram dan maksiat. Diselamatkan dari melihat aurat bertebaran seperti fried chicken bahkan lebih murah. Kalau fried chicken aja harganya bisa dari tujuh ribu sampai puluhan ribu. lah aurat perempuan gratis kan,nggak rugi neng?

Nah, kembali dengan salah satu moment ramadhan. Saya mengalami hal yang membuat aya hanya menertawakan diri. Dan disanalah proses peningkatan iman sebenarnya. Adalah ketika di uji oleh sebuah kesulitan, apakah kita akan menjadikan sholat dan sabar sebagai penolong seperti yang tercantum di surat al-baqoroh. Karena jika kita membaca dan memaknainya dengan benar. Ujian akan kehilangan harta, jiwa, dan lainnya jelas-jelas akan terjadi.

So,siap nggak siap tergantung bagaimana kita menyikapinya kan. Nah rumus sederhana untuk menjadi sengsara dan bahagia yang masih saya ingat dari sebuah workshop Kang Nanang. Kalau dibikin kolomnya agak sulitlah ya disini, jadi dibikin narasi semoga tetap nyambung ya.

Nah, kalau tidak berdasarkan iman, jika mendapatkan kesulitan lalu kita mengeluh, mengumpat, menjelek-jelekkan orang lain, lalu ketika mendapat kemudahan luapa diri kikir, nah hasilnya akan menjadi sengsara kehidupan yang dijalani.

Sebaliknya, ketika kita mendapatkan kesulitan, disikapi dengfan sikap sabar dan penuh keyakinan, lalu saat mendapat kemudahan kita bersyukur, membagi kebahagiaan dengan orang lain, dengan izin Allah bahagia yang sukses akan kita dapatkan. Rumus sederhana, tapi berdampak luar biasa.

Nah, lalu sedikit moment ketika ramadhan yang saya rasakan. Lupa mana yang duluan tidak masalah ya. Moment pertama bisa di bilang ini penipuan berbentuk pulsa. Smsnya udah saya hapus, namun kurang lebih isi awalnya seperti ini.

“Assalamualaikum Usamah, ini K**** (nama disamarkan) bisa minta tolong belikan pulsa nggak?”

Nah, saya sempat kaget. karena nama yang digunakan adalah salah satu nama adik tingkat, yang juga cukup sering berkegiatan bersama, baik dari awal saya mengadakan pelatihan, dan juga sudah menjadi alah satu penulis keren. Yang membuat saya kaget karena memanggil nama saya saja. biasanya panggilnya pake kak, dan lagi nomernya beda.

Tapi karena penasaran saya pancing dulu awalnya.

“Oh iya, pulsa berapa mbak?”

Saya balas sms dengan memanggilnya mbak. Saya masih mencoba positive siapa tahu ada nama panggilan sama yang saya lupa. Seingat saya yang namanya saya kenal dengan panggilan itu Cuma satu orang. Tapi ketika saya balas seperti itu, saya cukup kaget karena sepertinya dia menanggapi dengan biasa.

“kalau tidak merepotkan, 100 ribu bisa?”

Ternyata dia merasa panggilan “mbak” itu biasa saja. akhirnya terus saja saya pancing. Saya mencoba menawar, 25 ribu. setelah agak lama, dia minta 50 ribu. saya menjadi lucu sendiri, tawar menawar dengan penipu ya. Saya sudah niat tetap akan beli pulsanya, yah mengetes. Benar-benar penipu atau bukan.

Sempat beliau mengatakan, bahwa akan menggantinya besok, dengan merubah panggilannya memakai “mbak”. Udah kepedean saya panggil mbak ternyata. Yah daris emua data dan analisis, pas sih kalau dibilang penipu. Setelah saya telpon saat selesai mengirimkannya pulsa langsung saja tidak aktif. Haha, ternyata benar-benar saya ditipu.

Andai saja dikemudian hari menghubungi lagi dan ternyata bukan penipu, wah saya harus minta maaf besar nih karena sudah mengatakannya dan dipublikasikan. Tapi sampai sekarang tidak ada sms konfirmasi lagi, ya sudahlah. Sekali-sekali ngerasain ditipu kan. Alhamdulillah dimudahkan allah untuk tenang. Apalagi sedang bulan puasa ya.

Setidaknya mencoba mengetes saja bahwa penipu bisa meminjam nama, tapi tidak akan bisa menembus sesuatu yang umum dan pribadi yang biasa di lakukan.

Nah yang kedua, adalah di moment 10 malam terakhir. Kalau tidak di malam pertama atau malam kedua lupa deh. Nah posisinya sedang sholat di salah satu masjid di Bengkulu. Sampai setelah taraweh dan tengah malam, salah satu barang yang saya bawa masih ada dan aman. Namun setelah sahur dan ketika akan sholat shubuh hilang.

Barang ini bagi kebanyakan orang akan rugi sekali tentunya. Barang bermerek yang lumayan juga harganya. Tapi entahlah, mungkin udah terapi bahagia ya, malah yang terucap alhamdulillah. Dua teman saya malah heran dan bingung. Yah barang juga kan dari Allah, kalau diambil Allah lagi nggak usah risau toh. Mereka berdua hanya terbengong mendengar penuturan saya itu.

Lalu yah bahagia aja lah. Uang, barang, nggak usah risau banget kalau hilang. Kalau iman yang hilang nggak balik lagi nah baru dah galau, risau, gundah gulana. Iman kita akan diuji, dengan kemudahan kalau terlena berarti iman kita masih segitu. Dengan kesulitan, kalau galau dan frustasi, berarti iman juga tidak naik.

Jadi intinya, apapun itu nikmati aja. Kekuatan sederhananya, apapun kembalikan kepada Allah, inshaAllah selesai deh urusannya. Hatipun tenang.

Wallahua’lam. Salam kebaikan.
 
;