Tulisan ke enam selama saya di Pare, Kampung
Inggris. Menjadi guru pendamping tidak banyak yang bisa saya lakukan. Banyaknya
waktu untuk mengurusi anak-anak di minggu-minggu awal, menjadikan diri bosan
akan sesuatu. Tentu hal ini alamiah.
Belum berani memberanikan diri untuk keluar
ketika kelas-kelas sedang berlangsung. Hanya duduk diam di kamar tanpa ada
banyak yang dilakukan selain membersihkan kamar, dan mempersiapkan sarapan dan
makan anak-anak.
Bertemu dengan sebuah toko buku yang murah
denga jenis buku yang berlimpah menjadi godaan tersendiri bagi saya yang memang
suka membaca buku untuk menghayal ke dimensi lain dari bagian dunia ini.
Alhasil di hari terakhir pembelajaran anak,
lebih dari 30 buku saya baca. Buku yang terdiri dari komik, novel sci-fi, dan
buku pengembangan diri. Ketika mengetik inipun saya sedang dalam proses
menghabiskan satu buku yang terakhir saya beli.
Yah, membaca adalah kegiatan paling mudah
saya lakukan ketika tak ada kegiatan lain yang bisa dilakukan.
Lalu menulis ini kegiatan rutin yang
sebenarnya sudah mulai cukup sulit mencari waktu yang tepat untuk melakukannya.
Jika beberapa bulan lalu saya mampu menulis tiga sampai lima tulisan ringan
perharinya. Sekarang mungkin hanya lima tulisan perbulannya. Banyak ide yang
hilang karena tidak segera dituliskan.
Banyak pembukaan di atas ya, he maaf. Sebenarnya
apa sih yang ingin saya sampaikan, yah kita langsung menuju dengan judul di
atas. Ada enam nama yang saya jadikan judul, apakah ada artinya? Tentu ada,
namanya juga judul kan...
Di tiga malam terakhir saya mencoba meminta
izin untuk mengikuti kegiatan malam yang membuat saya penasaran sejak pertama
kali saya menginjakkan kaki disini untuk mengawasi dan mendampingi anak-anak
dalam proses belajarnya di kampung inggris.
Malam pertama ketika di hari rabu. Mengikuti
kegiatan MMC (Multi media Class) yang menjadi salah satu kelas pelepas penat
dengan beberapa moment pemacu adrenalin di dalamnya. Namun pada malam pertama
ini yang saya ikuti hanyalah full menonton sebuah film animasi penggannti film
yang sebelumnya macet untuk dijalankan, yaitu Zootopia.
Tidak banyak yang saya rasakan di malam
pertama. Hanya saja bisa melihat bagaimana mengawali opening untuk membuka
kegkiatan MMC ini.
Di malam kedua saya mendapat informasi
tentang wakawakawangzi entah penulisannya
benar atau tidak, ini salah satu yang membuat saya penasaran dengan acara MMC
sedari awal masuk. Beberapa orang terkesan takut untuk mencoba dan melakukan
hal ini. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada bagian ini, di malam kedua
inilah saya menyaksikannya secara langsung.
Setelah melanjutkan film Zootopia yang malam
sebelumnya baru diputar sebentar, ditunjuk beberapa orang untuk menjelaskan
resume dari apa yang sudah ditonton oleh kami bersama. Tapi yang membuatnya
seru dan bikin deg-degan adalah
diputarnya musik yang seperti mengejar-ngejar akan sesuatu. Jadi setelah musik
pada bagian tertentu dimulai, orang yang dipanggil harus menjelaskan isi film
secara penangkapannya dengan bahasa inggris, spontan dan cepat.
Beberapa orang saya lihat yang menjadi
speaker untuk memberikan resume membuat saya tertantang. Dalam hati berkata “Eh
saya ingin maju juga dong”. Tapi tidak mungkin disampaikan, toh saya hanya
pendamping yang mencoba ikut kegiatan di malam-malam terakhir, hehe.
Lalu pada malam ketiga ini, kegiatan candle
light. Berkumpul dengan beberapa orang bercahayakan lilin dan membahas sesuatu.
Nah ternyata saya mendapatkan kelompok yang tidak terlalu mengenal satu sama
lain “pada awalnya”.
Leader kami yang menuntun jalannya perbincangan
kelompok ini adalah kak Ihsan yang berasal dari Bandung, begitu saya lebih enak
menyebutnya. Seseorang yang cukup sering saya lihat, dan saya merasa segan dan
menghormatinya karena aura ketegasan ada di dalam dirinya. Terbukti ketika kami
mengetahui Kak ihsan seorang presiden BEM dan lulusan sebuah sekolah berbasis
islam. Hal itupun menguatkan bukti rasa segan saya kepada Kak Ihsan dalam hal
yang baik.
Di sebelah saya ada Zilal, seorang yang
berkampung halaman di PayaKumbuh. Yang satu ini saya sudah cukup sering bertemu
dan berpapasan. Dengan posisi kamarnya yang berada disebelah saya tentu hampir
setiap hari kami saling sapa. Seorang laki-laki muda jurusan ekonomi yang
memiliki banyak prestasi tersembunyi. Berbicara dengannya beberapa kali
menjadikan saya tahu bahwa dirinya seorang laki-laki visioner yang teratur
dalam mengerjakan hal yang diperlukannya.
Lalu ada Bima dari Malang sendiri. Nah yang
satu ini, tatap muka saya lakukan baru dua kali. Malam ketika ada wakawakawangzi
berbicara dengan beliau dan kak Akrim dalam topik yang cukup berputar-putar
namun intinya adalah saling mendukung dalam mengimprove kemampuan kami dalam
berbahasa inggris.
Kedua, sore tadi ketika Kami makan di tempat
Bude. Setelah ashar, saya langsung duduk bergabung dengan mereka ikut sedikit
bernyanyi dan. asing bercerita. Disanalah saya dapati bahwa Ihsan ini memilki
sebuah usaha dalam melakukan sesuatu dengan baik. Sebuah pandangannya dengan
menjadikan orang lain loncatan dalam perubahan baik bagi Bima sendiri,
menunjukkan dirinya yang memang sangat baik
dalam menilai bagaimana dia harus memulai.
Lalu tiga perempuan yang saya kenal di TEST
selama ini. Dan benar-benar hanya tiga orang ini. Karena disini tidak ikut
program dan apapun, maka dari itu saya hampir tidak ada komunikasi dengan
student perempuan disini, juga dorm yang dipisah membuat saya terjaga dari hal
itu.
Pertama dari Lulu, nah saya lupa asalnya. Kesulitan
mengingat data seorang perempuan yang mengakibatkan saya seperti ini. Si
kerudung merah berkacamata yang berasal dari pondok, yang ternyata seorang adik
tingkat dari Kak Ihsan. Ceritanya yang ternyata membutuhkan sangat dan
habbitual dalam membangun bahasa inggrisnya menunjukkan kekaguman akan usahanya. Mengambil level yang langsung meloncati dasar, dan lagi baru saja lulus
SMA. Tentu menunjukkan level belajar yang sangat baik.
Widya asal Payakumbuh, semoga tulisan namanya
benar. Ini juga yang ternyata adalah teman masa SMP dari Zilal setelah 7 tahun
tidak bertemu. Melihatnya sekilas berbicara menunjukkan sebuah karakter kuat
yang ada pada diri Widya. Lulusan yang masih fresh ini, juga memberikan aura
persahabatan yang baik. Tampak sosok seorang ayuk diantara dua perempuan
lainnya diantara kami karena masih dibawah dirinya.
Daysa/Daisa entahlah mana yang benar. Kalau salah
maaf ya, hehe. Flower muda ini, Ketika mendengar
namanya ada sedikit rasa tidak asing dan
setelah mendengar beberapa perkataan lagi dan pertanyaan beruntun dari kak
Ihsan dan Bima, barulah sadar ini nama yang sempat disebut oleh beberapa
choki-choki.
Saya rasa beliaulah cerita yang paling banyak
di dengar dengan luar biasanya perjalanan yang ada. German dan Malaysia, dua
negara yang manapun akan menjadi tempat persinggahannya dalam meneruskan
pendidikan sebagai mahasiswa. Melihat perawakann Daisa sendiri nampak cuek tapi
poeduli. Memiliki jiwa friendable meskipun terkesan mengabaikan.
Yaps, terlepas dari tim laki-laki itulah tiga
orang perempuan yang saya kenal dalam waktu satu malam selama di TEST. Dan lagi
sharing dengan orang-orang hebat menjadikan wawasan yang terbuka lebih luas
dalam kedepannya.
Di akhir saya meminta izin sedikit bercerita
apa yang saya alami di TEST meskipun tidak ikut program. Mengklarifikasi panggilan-panggilan
yang saya takut hanya menjadikannya salah paham.
Akhirnya tulisan setengah jam ini
menghasilkan 1000 kata lagi setelah lama tidak menulis. Hanya bisa menjelaskan
singkat tentang enam orang yang bakal menjadi salah satu hal paling diingat semasa
hidup sampai sekarang.
Kembali ingin saya absen satu-satu nama
mereka. Kak Ihsan, Zilall, Bima, Lulu,
Widya, Daisa. Yah enam orang dalam satu kelompok yang dipertemukan saya yakin
bukan dengan kebetulan.
Saya memberikan tulisan ini untuk rekan tim
Candle Light 5, semoga sedikit menjadi pengingat pertemanan yang singkat namun
padat. Ini hanya tulisan seorang amatir yang masih terus bermimpi menjadi
penulis yang baik.
Salam Kebaikan ^_^
2 komentar:
'Daisya' yang benar itu..
ah, maaf jadi salah namanya ?
Posting Komentar