Jumat, 05 Januari 2018

Ihsan, Zilal, Bima, Lulu, Widya, Daisa (One Night Candle Light)

Tulisan ke enam selama saya di Pare, Kampung Inggris. Menjadi guru pendamping tidak banyak yang bisa saya lakukan. Banyaknya waktu untuk mengurusi anak-anak di minggu-minggu awal, menjadikan diri bosan akan sesuatu. Tentu hal ini alamiah.

Belum berani memberanikan diri untuk keluar ketika kelas-kelas sedang berlangsung. Hanya duduk diam di kamar tanpa ada banyak yang dilakukan selain membersihkan kamar, dan mempersiapkan sarapan dan makan anak-anak.

Bertemu dengan sebuah toko buku yang murah denga jenis buku yang berlimpah menjadi godaan tersendiri bagi saya yang memang suka membaca buku untuk menghayal ke dimensi lain dari bagian dunia ini.

Alhasil di hari terakhir pembelajaran anak, lebih dari 30 buku saya baca. Buku yang terdiri dari komik, novel sci-fi, dan buku pengembangan diri. Ketika mengetik inipun saya sedang dalam proses menghabiskan satu buku yang terakhir saya beli.

Yah, membaca adalah kegiatan paling mudah saya lakukan ketika tak ada kegiatan lain yang bisa dilakukan.

Lalu menulis ini kegiatan rutin yang sebenarnya sudah mulai cukup sulit mencari waktu yang tepat untuk melakukannya. Jika beberapa bulan lalu saya mampu menulis tiga sampai lima tulisan ringan perharinya. Sekarang mungkin hanya lima tulisan perbulannya. Banyak ide yang hilang karena tidak segera dituliskan.

Banyak pembukaan di atas ya, he maaf. Sebenarnya apa sih yang ingin saya sampaikan, yah kita langsung menuju dengan judul di atas. Ada enam nama yang saya jadikan judul, apakah ada artinya? Tentu ada, namanya juga judul kan...

Di tiga malam terakhir saya mencoba meminta izin untuk mengikuti kegiatan malam yang membuat saya penasaran sejak pertama kali saya menginjakkan kaki disini untuk mengawasi dan mendampingi anak-anak dalam proses belajarnya di kampung inggris.

Malam pertama ketika di hari rabu. Mengikuti kegiatan MMC (Multi media Class) yang menjadi salah satu kelas pelepas penat dengan beberapa moment pemacu adrenalin di dalamnya. Namun pada malam pertama ini yang saya ikuti hanyalah full menonton sebuah film animasi penggannti film yang sebelumnya macet untuk dijalankan, yaitu Zootopia.

Tidak banyak yang saya rasakan di malam pertama. Hanya saja bisa melihat bagaimana mengawali opening untuk membuka kegkiatan MMC ini.

Di malam kedua saya mendapat informasi tentang wakawakawangzi entah penulisannya benar atau tidak, ini salah satu yang membuat saya penasaran dengan acara MMC sedari awal masuk. Beberapa orang terkesan takut untuk mencoba dan melakukan hal ini. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada bagian ini, di malam kedua inilah saya menyaksikannya secara langsung.

Setelah melanjutkan film Zootopia yang malam sebelumnya baru diputar sebentar, ditunjuk beberapa orang untuk menjelaskan resume dari apa yang sudah ditonton oleh kami bersama. Tapi yang membuatnya seru dan bikin deg-degan adalah diputarnya musik yang seperti mengejar-ngejar akan sesuatu. Jadi setelah musik pada bagian tertentu dimulai, orang yang dipanggil harus menjelaskan isi film secara penangkapannya dengan bahasa inggris, spontan dan cepat.

Beberapa orang saya lihat yang menjadi speaker untuk memberikan resume membuat saya tertantang. Dalam hati berkata “Eh saya ingin maju juga dong”. Tapi tidak mungkin disampaikan, toh saya hanya pendamping yang mencoba ikut kegiatan di malam-malam terakhir, hehe.

Lalu pada malam ketiga ini, kegiatan candle light. Berkumpul dengan beberapa orang bercahayakan lilin dan membahas sesuatu. Nah ternyata saya mendapatkan kelompok yang tidak terlalu mengenal satu sama lain “pada awalnya”.

Leader kami yang menuntun jalannya perbincangan kelompok ini adalah kak Ihsan yang berasal dari Bandung, begitu saya lebih enak menyebutnya. Seseorang yang cukup sering saya lihat, dan saya merasa segan dan menghormatinya karena aura ketegasan ada di dalam dirinya. Terbukti ketika kami mengetahui Kak ihsan seorang presiden BEM dan lulusan sebuah sekolah berbasis islam. Hal itupun menguatkan bukti rasa segan saya kepada Kak Ihsan dalam hal yang baik.

Di sebelah saya ada Zilal, seorang yang berkampung halaman di PayaKumbuh. Yang satu ini saya sudah cukup sering bertemu dan berpapasan. Dengan posisi kamarnya yang berada disebelah saya tentu hampir setiap hari kami saling sapa. Seorang laki-laki muda jurusan ekonomi yang memiliki banyak prestasi tersembunyi. Berbicara dengannya beberapa kali menjadikan saya tahu bahwa dirinya seorang laki-laki visioner yang teratur dalam mengerjakan hal yang diperlukannya.

Lalu ada Bima dari Malang sendiri. Nah yang satu ini, tatap muka saya lakukan baru dua kali. Malam  ketika ada wakawakawangzi berbicara dengan beliau dan kak Akrim dalam topik yang cukup berputar-putar namun intinya adalah saling mendukung dalam mengimprove kemampuan kami dalam berbahasa inggris.

Kedua, sore tadi ketika Kami makan di tempat Bude. Setelah ashar, saya langsung duduk bergabung dengan mereka ikut sedikit bernyanyi dan. asing bercerita. Disanalah saya dapati bahwa Ihsan ini memilki sebuah usaha dalam melakukan sesuatu dengan baik. Sebuah pandangannya dengan menjadikan orang lain loncatan dalam perubahan baik bagi Bima sendiri, menunjukkan dirinya yang memang sangat  baik dalam menilai bagaimana dia harus memulai.

Lalu tiga perempuan yang saya kenal di TEST selama ini. Dan benar-benar hanya tiga orang ini. Karena disini tidak ikut program dan apapun, maka dari itu saya hampir tidak ada komunikasi dengan student perempuan disini, juga dorm yang dipisah membuat saya terjaga dari hal itu.

Pertama dari Lulu, nah saya lupa asalnya. Kesulitan mengingat data seorang perempuan yang mengakibatkan saya seperti ini. Si kerudung merah berkacamata yang berasal dari pondok, yang ternyata seorang adik tingkat dari Kak Ihsan. Ceritanya yang ternyata membutuhkan sangat dan habbitual dalam membangun bahasa inggrisnya menunjukkan kekaguman akan usahanya. Mengambil level yang langsung meloncati dasar, dan lagi baru saja lulus SMA. Tentu menunjukkan level belajar yang sangat baik.

Widya asal Payakumbuh, semoga tulisan namanya benar. Ini juga yang ternyata adalah teman masa SMP dari Zilal setelah 7 tahun tidak bertemu. Melihatnya sekilas berbicara menunjukkan sebuah karakter kuat yang ada pada diri Widya. Lulusan yang masih fresh ini, juga memberikan aura persahabatan yang baik. Tampak sosok seorang ayuk diantara dua perempuan lainnya diantara kami karena masih dibawah dirinya.

Daysa/Daisa entahlah mana yang benar. Kalau salah maaf ya, hehe. Flower muda ini,  Ketika mendengar namanya ada sedikit rasa tidak asing  dan setelah mendengar beberapa perkataan lagi dan pertanyaan beruntun dari kak Ihsan dan Bima, barulah sadar ini nama yang sempat disebut oleh beberapa choki-choki.

Saya rasa beliaulah cerita yang paling banyak di dengar dengan luar biasanya perjalanan yang ada. German dan Malaysia, dua negara yang manapun akan menjadi tempat persinggahannya dalam meneruskan pendidikan sebagai mahasiswa. Melihat perawakann Daisa sendiri nampak cuek tapi poeduli. Memiliki jiwa friendable meskipun terkesan mengabaikan.

Yaps, terlepas dari tim laki-laki itulah tiga orang perempuan yang saya kenal dalam waktu satu malam selama di TEST. Dan lagi sharing dengan orang-orang hebat menjadikan wawasan yang terbuka lebih luas dalam kedepannya.

Di akhir saya meminta izin sedikit bercerita apa yang saya alami di TEST meskipun tidak ikut program. Mengklarifikasi panggilan-panggilan yang saya takut hanya menjadikannya salah paham.

Akhirnya tulisan setengah jam ini menghasilkan 1000 kata lagi setelah lama tidak menulis. Hanya bisa menjelaskan singkat tentang enam orang yang bakal menjadi salah satu hal paling diingat semasa hidup sampai sekarang.

Kembali ingin saya absen satu-satu nama mereka.  Kak Ihsan, Zilall, Bima, Lulu, Widya, Daisa. Yah enam orang dalam satu kelompok yang dipertemukan saya yakin bukan dengan kebetulan.

Saya memberikan tulisan ini untuk rekan tim Candle Light 5, semoga sedikit menjadi pengingat pertemanan yang singkat namun padat. Ini hanya tulisan seorang amatir yang masih terus bermimpi menjadi penulis yang baik.


Salam Kebaikan ^_^

2 komentar:

Unknown mengatakan...

'Daisya' yang benar itu..

Usamah Izzuddin Al-qosam mengatakan...

ah, maaf jadi salah namanya ?

Posting Komentar

 
;