Masih dalam perjalanan diri saya ketika Sekolah Dasar. Sebelum lanjut, sedikit flashback di awal kelas 3 SD.
Siapa yang pusing dengan pelajaran matematika?
yup, kita sama kok, hehe. Hal itu bermula di awal kelas 3 SD, dan pelajaran hari itu adalah matematika. Materi kala itu menuliskan angka ratusan, ribuan dan seterusnya. Saat itu ada lima soal yang diberikan oleh guru saya. Dua diantaranya menjadi contoh dan bonus. tak disangka pada soal ketiga saya disuruh maju. Pikiran jelas mulai melayang kemana-mana karena tidak tahu jawabannya. Contoh sebelumya pun belum paham.
Setelah beberapa saat, masa bodo lah ya, maju ke depan, mengambil kapur, lalu menuliskan angka yang diminta. Kalau tidak salah ingat, disuruh menuliskan angka Dua Ratus Empat. Saya yang masih berumur Enam atau Tujuh tahun kala itu, hanya menuliskan angka secara polos yang terlintas. Maka angka yang disuruh tersebut saya tuliskan...
"2004"
Pikir saya, ya tulis dulu angka Dua Ratus, lalu angka Empat kan?
Jelas salah sih, hehe. dan begitu juga semua sisa soal yang sudah saya kerjakan semuanya salah. Dua soal yang benar hanya karena contoh yang diberikan oleh guru.
Namun, apa dikata dari bocah sukanya jahil dan kocak. Sebelum pulang sekolah, Guru saya memberikan soal matematika sederhana, siapa yang bisa menjawab boleh pulang. Langsung saja setiap soal saya jawab asal, yang pasti salah. Lalu di pertanyaan kesekian, saya mnejawab "Tujuh" dan ternyata benar. Senang dong bisa pulang. Tak peduli berapa angka yang disampaikan guru tadi.
Meloncat lagi ke kelas 5 menuju kelas 6. Namanya menulis bebas santai aja sih ya, hehe.
Yah, sampai masuk SMA, tak pernah terlalu terpikir dengan masalah umur. Diri ini yang terlalu cepat sekolah, ternyata juga menjadi kekhawatiran orangtua sesekali. Dan masih saya ingat kala itu di penghujung kelas 5 SD.
Ummi saya mengatakan agar saya menyampaikan kepada sekolah agar jangan di naikkan dulu ke kelas enam, masih terlalu kecil. Ketika itu bahkan umur saya masih sekitaran 9 tahun, namun si kecil ini tak terpikirkan akan hal itu.
Akhirnya mengalir saja, jika memang dinaikkan ikut naik. Jika tidak, ya sudah siap untuk tidak naik. Malah makin yakin tidak naik, karena di mata pelajaran IPS kelas 4 sempat merah, dan di kelas lima, beberapa kali kena sindiran di depan kelas. Yang paling ingat ketika tulisan saya di bilang cacing kepanasan.
Akhirnya tidak lama, pengumuman kenaikan dan pembagian rapot, dan hasilnya.....
Bersambung.