“Expecto Patronum”
Sebuah cahaya
besar membentuk berang-berang muncul dari tongkatnya.
“Arahkan
sekarang Imah”
Fathimah
langsung mengarahkan tongkatnya dengan cahaya berbentuk berang-berang itu ke
dalam gudang dan ke arah Dementor.
Ruangan gudang
perlahan menjadi hangat. Para penjahat tidak tahu apa yang masuk, mereka hanya
melihat cahaya dan merasakan kehangatan yang nyaman. Mereka tidak mencurigai
apapun, pikir mereka itu hanyalah cahaya metahari yang masuk ke gudang.
Namun lain
dengan reaksi Dementor, dengan teriakan seperti orang menjerit dan serak,
Dementor langsung melayang keluar ruangan dan pergi menjauh dari gudang. Para
penjahat hanya melihat saja, sebenarnya mereka bersyukur karena dari tadi
mereka merasa suasana di dalam ruangan cukup mencekam dengan adanya Dementor.
“Oke bagus
Fathimah, sekarang giliranku” Sherly sedikit maju kedepan Fathimah, melalui
celah jendela, dia membidik orang terdekat, dan mengucapkan mantra.
“Imperio”
Cahaya merah
kecil keluar dari tongkat Sherly dan menuju ke arah dahi salah satu penjahat.
Seketika
penjahat yang terkena cahaya itu seperti orang yang di hipnotis. Lalu dia
mengajak keempat teman lainnya keluar untuk mencari makan. Tiga orang mengikutinya,
yang satu berjaga di dalam. Di luar rencana Sherly, ternyata masih ada satu
orang yang berjaga di dalam gudang.
“Gimana sekarang
Li? Ini di luar rencana” Tanya Fathimah cemas.
“Aduh, kayaknya
terpaksa bertarung deh, gimana Mah?” sherly pun dengan ragu bertanya kepada
Fathimah.
“Aku nggak mau
sebenarnya kalo harus mengeluarkan sihir lagi, bisa kamu bius kayak penjaga di
depan?” Fathimah balik meyakinkan Sherly.
“Tapi kita harus
tetap masuk Mah. Gini aja, pas masuk nanti kamu langsung gunakan mantra expelliarmus untuk mementalkan tongkat
sihirnya, lalu aku serang dengan mantra bius. Kamu harus ikut, ingat demi
adikmu” Kali ini Sherly yang meminta kerjasama oleh Fathimah. Sedikit memaksa
ssih, tapi daripada tidak sama sekali.
Fathimah hanya
mengangguk mengikuti rencana Sherly.
Pelan-pelan
mereka mencoba membuka pintu belakang gudang. Sherly mengarahkannya ke lubang
pintu dan mengucapkan mantranya.
“Alohomora”
Bunyi ‘klik’
pelan dan pintu terbuka. Sang penjahat tidak mendengar suara kecil itu. Dia
masih sibuk dengan bacaan koran di tangannya.
Setelah cukup
lebar terbuka, Sherly dan Fathimah siap-siap masuk dan sudah menyiapkan
tongkatnya masing-masing.
“Sekarang
Fathimah...!!!” Sherly berteriak
Penjahat itu
kaget dan berbalik, disaat itu juga Fathimah langsung mengarahkan tongkatnya ke
penjahat dan...
“Expelliarmus”
Tongkat sihir
penjahat yang berada disaku kanan bajunya terpental. Masih dalam kondisi kaget
penjaga itu berlari ke arah Fathimah. Ketika tinjunya hampir mendarat di perut
Fathimah, Sherly yang kali ini beraksi. Namun gerakan gesit sang penjahat
membuat susah Sherly untuk menyerang, takut mengenai Fathimah.
Fathimah yang
juga cukup ahli bela diri, masih mampu menghindari serangan fisik dari
penjahat. Meskipun berjilbab lebar dan bercadar, dia selalu memakai lapisan
celana olahraga, sehingga membuat gerakannya bisa lincah. Beberapa gelas dan
kursi patah dan pecah terkena amukan sang penjahat dan Fathimah sudah mulai
lelah. Satu pukulan lagi megarah ke Fathimah dan Fathimah menghindar melompat
kebelakang, ternyata sudah tidak ada jalan lagi. Fathimah menempel di sudut
tembok. Sang penjahat mulai menyeringai.
“Habislah kau
kali ini” Seru serak sang penjahat.
Pukulan siap di
lancarkan, satu kepalan tinju yang besar mengarah ke Fathimah...
“Petrificus Totalus”
Cahaya hijau
mengenai punggung belakang sang penjahat, dan seketika jatuh ke lantai dengan
keras.
-bersambung-