Salam
semuanya Alhamdulillah Allah
memberikan kekuatan untuk keberkahan kita semua dengan baik dan aman. Namun
apakah sudah yakin semua yang kita lakukan sudah menjadi aman dan nyaman.
Apakah semua pahala ibadah yang kita lakukan sudah
menjadi pahala kita seutuhnya?
Kok
bisa seperti itu, apakah berarti pahala dari semua ibadah yang kita lakukan
tidak ada gunanya? Ya... Bisa jadi lho...
Ini
yang mungkin menjadi penyebabnya.
Mencela
orang lain. Hal sepele ini sering kita lakukan terlebih dalam kondisi yang
sedang tidak kita sadari. Ketika berjalan, lewat depan rumah orang, berkeliling
ketika wisata, mulut ini memang tidak terkendali untuk sekedar nyeletuk kesana
kemari.
Betapa
mudah kita yang hanya merasa sudah baik dan mengerjakan ibadah dengan benar mengatakan
mereka yang mungkin bahkan lebih baik dari kita. Apakah pernah ketika kamu
sudah melaksanakn sholat tarawih, melihat orang diluar yang hanya lewat, dan
langsung mengatakan iman mereka kurang karena tidak melaksanakan sholat
tarawih?
Saat
itu juga pahala tarawih kamu akan ditransfer, kepada orang yang kamu cela tadi.
Kita
tidak tahu mungkin orang yang kita cela tadi melakukan sholatnya secara
munfarid dan dilakukan di pertengahan malamnya. Belum melakukan saja sudah
mendapatkan pahala sholat kita, ditambah sholat yang akan dilakukannya lagi
nanti malam, menjadi dua kali lipat dong. Lha kita? Udah sholatnya belum tentu
banyak pahalanya, eh ditransfer dengan orang yang kita cela.
Sungguh
kehati-hatian ini sangat perlu dijaga untuk menjadikan diri kita terus
mempertahankan kebaikan iman dan islam yang ada pada diri.
Sebuah
cerita dari seorang ustadz kondang, yang dia sendiripun kapok akhirnya menegur
orang. Tibalah disebuah masjid. Dilihatnya seorang bapak yang duduk diam.
Dilihat sekelilingnya semua memegang msuhaf membaca ayat-ayat Allah, hanya
bapak itu yang duduk sambil menunduk, tanpa memegang msuhaf. Lalu sang ustadz
menatangi sang bapak dan berkata,
“Pak,
coba atuh dipegang mushafnya, malu sama yang lain,”
Dengan
senyum bapak itu menjawab, “punten a’ saya mah lagi muroja’ah”
Semenjak
itu saya tidak berani mengur orang lagi kapok. Ungkap sang ustadz.
Betapa
lucunya terkadang kita yang seperti sudah benar sendiri, mengatakan orang lain
salah. Padahal kita belum tentu benar. Contoh tauladan terbaik kita Nabi
Muhammad Sholallohu’alaihi wassalam.
Sungguh
teman-teman tak ada akhlak paling mulia yang bisa dicontoh selain pada diri
Rasululullah panutan kita. Lantas kita yang bukan rasul, surga belum terjamin, ibadah
belum tentu diterima masih menyombongkan segalanya, sungguh TER-LA-LU...
Sekali
lagi evaluasi untuk diri kita semua, berhati-hati dalam berucap dan bersikap.
Jika bisa mencoba berpikiran yang baik kepada setiap orang kenapa tidak
dilakukan? Sempurnakan saja ibadah kita, siapa tahu masih banyak celah dan
kurang dari itu semua. Semoga kita selalu dalam naungannya, dan jaga-jaga,
jangan sampai pahala yang kita punya ditransfer ke orang lain ya...
Wallahua’lam
Salam
kebaikan.